Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Apa Kita Butuh Ahok?

4 Desember 2016   06:26 Diperbarui: 4 Desember 2016   08:37 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ini skenario Tuhan yg maha dahsyat, mengetahui duduk masalah tsb secara kontras langsung sontak nama Truman menjadi Harum. From Zero to Hero. Public america agak telat padahal jauh sebelumnya sebuah survey terhadap pendapat para sejarawan mengatakan Truman tsb dapat disejajarkan dengan Para Presiden Agung sebelumnya. Bahkan kalau ditinjau dari sejarah presiden modern mungkin beliau itu adalah satu-satunya orang ter Agung, maklum presiden USA sekarang banyak bejatnya daripada baiknya.

Kisah tsb dapat menjadi refleksi bagi kita semua karena ada kemiripan yg sangat kuat yakni demo besar-besaran karena faktor kemarahan, ketidak puasan dsb dsb. Ada 1 pesan moral kuat tersirat disitu yakni persepsi masyarakat dapat berubah, saat emosi telah mendingin, rasio mulai menggeliat maka narrow minded dapat mejadi wide minded.

Pepatah mengatakan : setiap masa amrik membutuhkan presidennya, presiden yg bisa jadi berbeda 180 derajat dibanding masa sebelumnya. Amrik pernah punya pejuang persaaman hak, yakni abraham Lincoln. Namun disaat amrik dilanda paranoia yg disebut islamphobia maka muncullah Donal Trump yg justru dianggap Rasis, kontras khan. Begitu pula dengan philipina yg saat ini dipimpin Duterte yg tak kenal ampun, tapi masyarakat philipina yg dicekam oleh Narkoba justru sangat puas dengan beliau. Kalau Trump dan Duterte muncul beberapa tahun silam pastilah mereka tsb tak laku. Jadi pepatah tsb memang ada benarnya  setiap masa masyarakat membutuhkan pimpinnnya, tak peduli jenis & macam dari pimpinan tsb. Mereka tak lebih hanyalah ALAT dari masyarakat untuk mewujutkan keinginan, kebutuhan dari masyarakat itu sendiri.

Terkadang malah terasa ada campur tanggan Tuhan di keadaan tertentu, misal di kasus Truman vs MacArtur. Andaikan yg jadi presiden saat itu bukan Truman tapi Donal Trump, kebayang gak sikh apa jadinya. Perang Dunia ke 3 ? Perang Nuklir ? Only God Knows. Kadang masyarakat butuh orang yg berani untuk tidak populer, berani untuk dimusuhi, berani untuk terkucil. Berani namun sesungguhnya benar meski saat itu dianggap salah.

Lantas coba kita tengok ke Ahok. Apakah kita butuh Ahok, apa istimewanya Ahok ? Jujur ? Ya mungkin beliau jujur, tapi kalau hanya sekedar jujur sikh sebetulnya masih banyak kok yg jujur. Mungkin satu-satunya yg istimewa dari Beliau tsb adalah keberaniannya, berani menentang arus. Persis seperti Truman di atas. Keberanian menentang arus adalah sesuatu yg amat sangat langka dalam dunia politik. Bahkan sebaliknya dalam politik itu berlaku pepatah “Pandailah Mengikuti Arah Angin”. Mereka tak segan bahkan tak malu untuk berubah haluan, menjilat ludah sendiri demi mengamankan posisi. Kedudukan & jabatan merupakan segala-galanya, berpura-pura bahkan memfitnah sangat lazim di dunia seperti itu.

Kalau kita pikirkan lebih mendalam, mana yg benar Jakarta butuh Ahok atau Ahok butuh Jakarta. Kalau kita mau jujur, seorang hebat itu justru dicari-cari, dicari perusahan, dicari universitas, cari oleh daerah bahkan dicari oleh negeri. Beda dengan orang payah, kalau orang payah justru amat sangat sibuk mencari pekerjan, mencari jabatan dengan mengiklankan diri, mengkampanyekan diri bahkan tega memfitnah rivalitas demi agar dia yg terpilih. Saya jadi teringat kata2 Einstein, beliau berkata begini : Saat saya belum dikenal, dunia internasional mengatakan saya orang amerika, tapi  amerika mengatakan saya orang jerman, sedang jerman mengatakan saya orang yahudi. Tapi begitu saya terkenal mereka berebut mengatakan bahwa saya orangnya mereka.

Jadi bagi saya sikh, kalau memang Ahok adalah orang hebat maka beliau tak perlu khawatir, orang hebat itu akan selalu dicari-cari kok. Bukankah ada istilah Head Hunter, yakni biro jasa yg mencari cari orang hebat yg belum terkenal untuk disodorkan ke perusahaan top. Nah orang hebat namun belum terkenal saja bisa ditemukan apalagi ini sudah hebat bahkan terkenal, tentu mudah sekali ditemukan dan dipekerjakan.

Saya sikh paham perasaan para Ahok Lovers, yg merasa betapa tidak adilnya ini. Masa persaingan harus dengan cara begitu. Ya yah, saya maklum… namun ingat …enersi yg terkuras dari bangsa ini begitu derasnya hanya untuk seorang Ahok. Jadi saya sempat terpikir, ya sudah Ahok sementara menyingkir dulu lah demi kemaslahatan bangsa ini.

Namun ternyata ada yg bilang bahwa yg mereka perjuangkan bukan semata diri Ahok pribadi tapi mencegah suatu upaya penghancuran sistem. Lha kalau cara penurunan seorang pejabat dilakukan dengan cara pengerahan masa, apakah ada jaminan ke depannya bahwa cara cara seperti ini tidak akan terulang. Bukankah ini akan menjadi preseden, suatu bentuk pengulangan yg ada awalnya namun tak akan ada akhiirnya. Ini akan menjadi semacam YurisPrudensi di dalam kasus hukum. Hal yg sebelumnya tak tercantum di kitab hukum manapun namun begitu diputus Hakim akan menjadi patokan Hukum bagi peristiwa serupa di masa-masa yg akan datang. Jika begitu maka akan hancur lebur seluruh tatanan kenegaran di negeri ini.

Nah kalau sudah begitu argumentasinya, jujur saya tak bisa menjawab sebab mengharap masyakat ini sadar seperti sadarnya masyarakat amrik setengah abad yg lalu. Hmm memang tidak gampang, meski itu sudah terpaut lebih dari setengah abad silam. Memang cara terbaik, terelegan adalah tetap membiarkan Ahok tetap ikut Pilkada, apapun hasilnya. Itu bukan karena Ahok lho, suara Ahok khan cuma 1, tapi karena tidak pantas ada sebagian masyarakat mencoba mencabut Hak Memilih masyarakat DKI yg jumlahnya jutaan. Biarlah masyarakat DKI menentukan pilihannya, bukankah selama ini kita selalu ngomong diantara yg lain, masyarakat DKI lah yg paling rasional. Nah biarlah masyarakat yg paling rasional tsb menentukan pilihannya tanpa dihalang-halangi.

Atau bisa juga dicari jalan tengah (win-win solution), yakni Ahok tetap maju terus namun bila dia menang langsung akan meletakan jabatan. Tokh bagi tokoh sekelas Ahok yg namanya jabatan sangat mudah diperoleh. Bahkan ada rekan yg entah serius atau bercanda mengusulkan Ahok jadi gubernur di Amrik aja, setelah itu barulah maju menantang si Rasis Trump. Bagus khan, tokh disitu yg berkulit hitam aja boleh jadi presiden, sedang Ahok khan tak terlalu hitam. Lagipula si Rasis Trump tsb khan membahayakan dunia, jadi pantas secepatnya dicongkel jabatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun