Tak perlu waktu lama, langsung saat itu juga penulis ketik artikel, dan terbitlah artikel pertama penulis berjudul “Perkawinan Haram Agama & Politik”. Susul menyusul artikel demi artikel sehingga hanya dalam tempo satu minggu terbit 10 artikel. Mungkin pembaca agak heran kenapa dapat menulis secepat itu, padahal semua tulisan tersebut tak ada yang pendek bahkan ada yang 4 halaman ukuran kertas A4.
Pembaca, itulah yang disebut keseimbangan, rupanya selama ini kurang ada keseimbangan antara yg dibaca dengan yang ditulis. Padahal There Must be a Balance between What you READ and What you WRITE. Begitu tanggul dibuka langsung air bah ide dan gagasan berhamburan keluar berupa rangkaian kata dan kalimat.
Dari uraian singkat tadi penulis ingin meng ENCOURAGE para pembaca, terutama yang hingga kini masih berstatus silent reader untuk meningkatkan diri. Penulis paham, bagi kita semua yang namanya aktivitas membaca tentulah tak akan pernah berhenti kapanpun dan di manapun namun untuk menulis memang perlu suatu “tekad” yang agak khusus.
Untuk itu bagi yang merasa berat langsung bertransformasi menjadi Active Writer kenapa tidak dimulai bertahap dulu, yakni memberi komentar atas tulisan Kompasianer.
Cobalah menuliskan komentar, kalau bisa (meskipun itu hanyalah sebuah comment) gunakan bahasa sebaik mungkin yang anda mampu. Ingat tulisan anda harus dapat menjadi JuBir bagi diri anda tanpa anda harus menjelaskannya lagi secara lisan.
Banyak sekali perdebatan yang terjadi hanya karena kesalah pahaman dari suatu tulisan. Untuk itu jangan terlalu hemat dalam merangkai kata atau kalimat. Memang singkat, padat dan tepat adalah merupakan tulisan terbaik, namun bila anda belum mampu janganlah memaksakan diri dulu agar tak terjadi kesalah pahaman yang tak perlu.
Setelah anda merasa mantap cobalah menuliskan artikel, tak perlu harus artikel panjang, semampu anda saja, tokh nanti akan berkembang kemampuan tersebut. Topiknya terserah anda, lebih baik anda pilih topik yang anda kuasai. Bila masih merasa kurang menguasainya atau ingin mempertajam akurasi tulisan maka anda dapat googling di Wikipedia atau media lainnya.
Mesti diingat, pemilihan topik sangat pengaruhi jumlah pembaca. Topik yang aktual apalagi yang sedang hot mudah sekali menarik pembaca, topik perenungan apalagi yang bobotnya berat tentulah sedikit pembacanya, namun meski begitu topik seperti itu tak lekang oleh waktu.
Kalau anda memilih topik Pilkada meski akan menyedot banyak pembaca namun akan terasa basi saat Pilkada tersebut usai. Selalu ada plus minus, namun menurut penulis ikuti saja kata hati, menulis itu Pertama dan Terutama adalah untuk kepuasan batin agar tercapai keseimbangan, yang lain boleh menyusul.
Ada satu lagi bonus kelebihan bila kita jadi writer, yakni kualitas membaca kita akan meningkat. Bila kita sebelumnya membaca hanya sekadar for fun, tulisan demi tulisan lewat begitu saja yang penting kita puas bacanya, maka setelah jadi writer kita akan lebih alert atau aware atas tulisan yang kita baca. Kita akan jeli pada yang kita baca tersebut, adakah poin penting yang dapat kita petik untuk dijadikan inspirasi atau bahan untuk artikel kita berikutnya. Juga kita akan lebih perhatian terhadap spelling suatu kata agar tulisan kita tak asal tulis.
Ok selanjutnya, lantas kemana penulis pemula sebaiknya berlabuh, menurut penulis Kompasiana merupakan media yang tepat sebab menurut pengalaman penulis yang pernah mencoba kirim artikel ke blog serupa di Indonesia. Blog tersebut melakukan screening yang agak “ketat / lama”. Hari ini posting, besok barulah dipublish.