Mohon tunggu...
Hengki Mau
Hengki Mau Mohon Tunggu... Teknisi - Membaca Manusia Sebagai Kisah

Pemburu Berita, Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Enam Kali Ponselku Berdering

18 Februari 2023   06:44 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu dalam suasana hening saya bangun dari tempat tidurku, terasa tubuhku hendak menggigil karena udara pagi yang begitu dingin, mungkin akan ada perubahan musim sehingga cuacanya dingin.

Dalam kondisi masih mengantuk saya mencoba memaksakan diri untuk berlangka meninggalkan kamar tidur, saat itu seluruh tubuhku terasa berat karena kondisi masih mengantuk dan capek, maklum semalaman berada di acara pernikahan teman SMP ku di kecamatan tetanga meskipun mengantuk saya harus memaksakan diri untuk berlangka agar menyiapkan diri untuk berangkat kesekolah. Tepat jam 06.30 saya meninggalkan rumah berangkat ke sekolah, dalam perjalanan banyak kendaraan berlalu lalang ada mobil, motor ada juga yang sementara berjalan kaki sambil memikul barang-barangnya entah mau kemana merekalah yang tahu tujuannya.

Kurang lebih tiga puluh menit saya tiba di sekolah, disana terlihat para guru dan siswa-siswi sudah menyiapkan diri untuk apel pagi. Selamat pagi saya ucapkan kepada beberapa siswa yang menyapaku dengan seyuman khas antara kakak dan adik. Saya terus berlangkah menuju ruang guru untuk menyimpan tas yang lumayan berat karena terisi beberapa buku cetak dan lembaran jawaban soal-soal siswa-siswi kelas X SMP dan kelas XI SMA.

Diruang guru sudah ada beberapa teman guru yang sudah menunggu disana. Kusapa teman-teman guru itu dengan ucapan " selamat pagi apa kabar semua pagi ini....?" Sapaanku itu membuat teman-teman guruku senang membuat suasana ruang guru itu semakin menyenangkan.

Setelah apel pagi para siswa dan siswi menuju kelasnya masing-masing untuk menerima pelajaran dari guru yang mempunyai jadwal mengajar. Hari itu saya hanya membagi lembaran jawaban kepada siswa -siswi kelas X SMP dan kelas XI SMA sambil membahas kembali soal-soal yang tidak dimengerti oleh siswa-siswi baik SMP maupun SMA.

Siang itu sekitar jam 13.00 dibawa terik matahari yang begitu panas para siswa dan siswi berbaris didepan halaman sekolah untuk mendengarkan pesan-pesan dari bapak kepala sekolah. Suatu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh bapak kepala sekolah adalah selalu memberi pesan-pesan kepada para siswa dan siswi untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan pulang menuju kerumah, hal ini dilakukan oleh pimpinan sebagai bentuk perhatian kepada siswa-siawi dan memberi semangat, motivasi untuk menjadi peribadi yang baik.

Setelah siswa dan siswi meninggalkan lingkungan sekolah kami para gurupun berpamitan meninggalka sekolah dan masing-masing pulang kerumah, dari halaman sekolah saya berlangkah meninggalkan kawasan itu menelusuri jalan raya sambil sesekali menahan motor ojek yang hilir mudik. Beberapa kali saya menawarkan diri untuk menumpang motor ojek namun tidak ada yang berhenti.

Dengan hati yang tenang saya berlangkah dan terus berlangkah sambil melihat-lihat kalau-kalau ada motor ojek yang lewat yang bisa kutawar untuk mengantar saya ke rumah, namun tidak satupun ojek yang melintas berpapasan maupun berlalu dari belakang saya.

Cape rasanya sudah setengah kilo saya menempuh perjalanan namun tidak satupun motor ojek yang berlalu-lalang, mungkinkah karena hari sudah siang para tukang ojek kembali kerumah untuk makan siang ataukah mereka sudah jenuh untuk mencari uang tanyaku dalam hati.

Dalam kondisi lapar, haus dan letih karena sudah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, dari lingkungan sekolah hingga kompleks pertokoan, saya tidak patah semangat maka dengan tenang saya berjalan dan terus berjalan melewati lorong-lorong pertokoan itu dan sesekali menahan motor ojek yang berlalulalang namun tidak satupun yang berkeinginan untuk berhenti.

Capek rasanya, sudah berjalan sejauh satu kilo, namun tidak ada tumpangan, tanpa patah semangat dan dengan hati tenang saya berjalan ditemani hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang seolah menemani perjalanan pulang kerumah.

Karena tidak ada tumpangan ojek sayapun memutuskan untuk berjalan hingga rumah tempatku tinggal. Waktu terus berlalu, senja hari sudah mulai nampak tanda malam akan tiba, perjalananku lumayan jauh membuatku meras letih dan capek, ya meskipun capek saya harus mandi agar tubuh terasa segar kembali dan bisa menyiapkan materi untuk besok pagi.

Waktu telah menunjukan pukul 19.00 sebagai guru yang masih bujang semua kebutuhan makan dan minum sendiri menyiapkannya, setelah makan saya kembali menyiapkan materi sambil membaca bahan yang akan diberikan keesokan harinya sambil diiringi musik intrumen saksofon Kenegy. Musik instrumen merupakan salah satu musik yang saya sukai sejak saya masih menjadi salah satu anggota Kongregasi ternama yang menghasilkan banyak Imam dan Bruder misionaris.

Ya meskipun kini saya memilih dan menjalani kehidupan baru saya tetap bangga menjadi salah satu anggota tarekat ini, karena telah membentuk dan mendewasakan pribadi saya menjadi matang dan dewasa, mengetahui dan membedahkan yang baik dan buruk.

Iringan musik saksofon Kenegy membuatku larut dalam membaca materi Budi Pekerti yang akan saya bawakan besok untuk siswa-siswi sehingga saya tidak sadar ada panggilan masuk di handphone saya, ketika saya lihat ternya susah kesekian kalinya panggilan masuk.

Saya melihat layar ponsel disana terlihat ada nomor baru yang memanggil hingga enam kali panggilan, siapa gerangan orang ini tanyaku dalam hati.

Tiba -- tiba panggilan masuk dan aku menerimanya. Halo selamat malam jawabku dan balasan dari yang menelpon, selamat malam kak, apakah benar ini dengan kak Hengki ?.... suara seorang gadis yang begitu lembut dan menggoda ..... ya benar jawabku ,maaf ini dengan siapa tanyaku kepadanya. Dengan Sherly kak jawabnya. Aku bingung siapa Sherly itu dan dimana kami perna bertemu. Halo kak masih ingat sayakan ? saya Sherly katanya lagi. Hem........maaf ade kamu Sherly siapa ya soalnya saya sudah lupa, oya kita perna bertemu dimana tanyaku kepadanya. Terimakasih ya kak karena kakak telah menyadarkan saya, sekarang saya sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Saya sudah menjadi orang yang baik, sudah meninggalkan kehidupan yang perna saya jalani sebelumnya.

Gadis ini begitu berapi-api mengucapkan terimakasih kepada saya, dan juga membuat saya bingung...., Sherly siapa ya tanyaku dalam hati. Halo....kak Hengki ini saya Sherly yang perna kakak bebaskan dari belenggu dunia hitam yang perna saya jalani waktu itu.

Dari Kalimat, bahasa dan kata-kata yang diucapkannya saya mulai mengingat sosok seorang gadis manis yang perna saya jumpai ketika saya masih bekerja disalah satu media lokal yang ada di kota kami. Saat itu ia memutuskan untuk terjun ke dunia hitam akibat orang tuanya yang tidak menyetujui hubungan asmaranya dengan kekasih hatinya.

Dengan hati yang senang dan gembira saya menyahutnya,.... Halo...... adik Sherly bagaiman keadaanmu, sekarang ada dimana? Tanyaku kepada Sherly. Saya baik -- baik saja kakak, sekarang saya sudah bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di kota kita,... jawabnya, mendengar jawabannya saya merasa senang dan terharu ternyata nasehatku didengar oleh Sherly sang gadis manis yang perna terjun ke dunia hitam kala itu.

Adik sherly provisiat ya dan terimakasih karena kamu sudah menjadi seorang gadis yang baik , maaf ya adik sherly tadi enam kali kamu telpon saya tidak tahu, soalnya nada dering ponsel tidak kedengaran oya bagaimana dengan kedua orang tuamu apa mereka sehat -- sehat saja ? tanyaku kepada sherly sang gadis manis yang kini menjadi salah satu karyawan di rumah sakit di kota kami itu. Kakak mereka baik -- baik saja jawabnya.

Dalam keheningan malam, butiran -- butiran embun malam yang jatuh dari lagit diiringi angin sepoi -- sepoi yang menyengat tubuh seolah mendampingi pembicaraan kami lewat telpon seluler membuat komunikasi malam itu menjadi hangat oleh karena suatu perubahaan yang terjadi dalam diri sang gadis manis Sherly. Malam itu kami berbagi keceriaan dan pengalaman hidup lewat telepon seluler menceritakan liku -- liku kehidupan yang sangat menantang di era globalisasi ini hingga jam menunjukan jam setengah sebelas malam.

Karena keasikan berbicara sampai saya lupa menyediakan materi -- materi ajar untuk keesokan harinya. Halo adik Shely saya minta maaf ya soalnya saya harus menyiapkan materi untuk besok mengajar. Agak lama Sherly menjawab enta kaget atau gugup saya tidak tahu. Tiba -- tiba ia memanggil " halo... kakak Hengki apakah saya tidak salah dengar katanya mau siapkan materi memangnya sudah jadi guru ya.

Tidak mau membuat dirinya penasaran sayapun menjawabnya, ya adik Sherly sementara ini saya mengajar di salah satu sekolah yang ada di kota kita, Sherly berulang -- ulang melontarkan pertanyaan mengenai status saya soalnya yang dia tahu saya adalah seorang wartawan di kota kami.

Halo....kakak benarkah sudah menjadi guru? pertanyaan yang sama dilontarkannya lagi. Ya adik untuk sementara saya membantu mengajar karena ada permintaan bantuan untuk mengajar makanya saya mengajar. Oh ya kakak provisiat ya berarti selama tidak ada kabar ini kakak lanjut kuliah, Ya adik tetapi tidak selesai, jawabku. Hmmmm....... Kenapa tidak selesai. Ya ade, kita anak petani penghasilan orang tua tidak seberapa untuk biaya kuliah, apa lagi kuliahnya di jawa, belum makan minum, bayar kos, jadi ketika sudah tidak ada yang biaya lagi saya putuskan untuk kembali kampung halama. Ya kakak tidak apa -- apa itu semua jalan Tuhan tidak usa putus asa, seperti saya dulu tidak ada arti di mata masyarakat tetapi karena kakak saya bisa berubah menjadi seorang wanita yang baik dan sekarang saya sudah bekerja meskipun honornya kecil tetapi halal. Ya Adik Sherly terimakasi itu mungkin jalan Tuhan buat kita umat_Nya.

Percakapan kami saling meneguhkan membuat kami larut dalam permenungan akan kehendak Tuhan. Halo Adik Sherly kamu baik -- baik sajakan, lama ia tidak menjawab entah mengapa sampai terjadi hal itu. Dengan suara agak berat ia menjawabku. halo kakak saya baik -- baik saja.

Kedengarannya Sherly lagi menangis, Halo adik mengapa kamu menangis mencoba untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja, belum selesai saya bertanya, Sherly sang gadis manis itu mulai berbicara,

 kakak terus terang saya menangis bukan karena ada yang marah tetapi saya sangat terharu akan kebaikan  yang saya alami darimu, pengalaman saya juga seperti yang kakak alami, empat tahun yang lalu saya juga melanjutkan kuliah namun sampai di pertengahan saya kembali itu karena penghasilan orang tua yang tidak seberapa untuk biaya perkuliahan saya.

Dan dengan tidak direstuinya hubungan saya dengan pilihan saya oleh kedua orang tua maka saya putuskan untuk terjun ke dunia yang sebenarnya tidak boleh saya jalani waktu itu, dan seandainya waktu itu saya tidak berjumpa dengan kakak entah apa yang terjadi terhadap kehidupan saya dan tidak dapat di bayangkan apa yang akan terjadi kepada saya. 

Aku hanya mendengar apa yang di sampaikanya mengingat dirinya ingin supaya aku menjadi pendengar yang baik baginya. 

Ya adik Sherly janganlah berkecil hati  semua itu adalah ujian bagi kita, Jalani saja hidup ini dengan penuh tanggung jawab karena hidup itu adalah anugrah dari Tuhan.

Percakapan kami malam itu membuat kami larut dalam suatu kebahagiaan yang sangat luar biasa oleh karena ada nasehat dan ada pertobatan, bersyukur dan selalu mencintai diri maka semesta akan bersekutu dengan kita, melalui orang lain ataupun sesama kita segala persoalan dapat diselesaikan.

Semoga cerpen ini bermanfaat bagi para pembaca.

(Hengki Mau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun