Mohon tunggu...
Hengki Mau
Hengki Mau Mohon Tunggu... Teknisi - Membaca Manusia Sebagai Kisah

Pemburu Berita, Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Enam Kali Ponselku Berdering

18 Februari 2023   06:44 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena tidak ada tumpangan ojek sayapun memutuskan untuk berjalan hingga rumah tempatku tinggal. Waktu terus berlalu, senja hari sudah mulai nampak tanda malam akan tiba, perjalananku lumayan jauh membuatku meras letih dan capek, ya meskipun capek saya harus mandi agar tubuh terasa segar kembali dan bisa menyiapkan materi untuk besok pagi.

Waktu telah menunjukan pukul 19.00 sebagai guru yang masih bujang semua kebutuhan makan dan minum sendiri menyiapkannya, setelah makan saya kembali menyiapkan materi sambil membaca bahan yang akan diberikan keesokan harinya sambil diiringi musik intrumen saksofon Kenegy. Musik instrumen merupakan salah satu musik yang saya sukai sejak saya masih menjadi salah satu anggota Kongregasi ternama yang menghasilkan banyak Imam dan Bruder misionaris.

Ya meskipun kini saya memilih dan menjalani kehidupan baru saya tetap bangga menjadi salah satu anggota tarekat ini, karena telah membentuk dan mendewasakan pribadi saya menjadi matang dan dewasa, mengetahui dan membedahkan yang baik dan buruk.

Iringan musik saksofon Kenegy membuatku larut dalam membaca materi Budi Pekerti yang akan saya bawakan besok untuk siswa-siswi sehingga saya tidak sadar ada panggilan masuk di handphone saya, ketika saya lihat ternya susah kesekian kalinya panggilan masuk.

Saya melihat layar ponsel disana terlihat ada nomor baru yang memanggil hingga enam kali panggilan, siapa gerangan orang ini tanyaku dalam hati.

Tiba -- tiba panggilan masuk dan aku menerimanya. Halo selamat malam jawabku dan balasan dari yang menelpon, selamat malam kak, apakah benar ini dengan kak Hengki ?.... suara seorang gadis yang begitu lembut dan menggoda ..... ya benar jawabku ,maaf ini dengan siapa tanyaku kepadanya. Dengan Sherly kak jawabnya. Aku bingung siapa Sherly itu dan dimana kami perna bertemu. Halo kak masih ingat sayakan ? saya Sherly katanya lagi. Hem........maaf ade kamu Sherly siapa ya soalnya saya sudah lupa, oya kita perna bertemu dimana tanyaku kepadanya. Terimakasih ya kak karena kakak telah menyadarkan saya, sekarang saya sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Saya sudah menjadi orang yang baik, sudah meninggalkan kehidupan yang perna saya jalani sebelumnya.

Gadis ini begitu berapi-api mengucapkan terimakasih kepada saya, dan juga membuat saya bingung...., Sherly siapa ya tanyaku dalam hati. Halo....kak Hengki ini saya Sherly yang perna kakak bebaskan dari belenggu dunia hitam yang perna saya jalani waktu itu.

Dari Kalimat, bahasa dan kata-kata yang diucapkannya saya mulai mengingat sosok seorang gadis manis yang perna saya jumpai ketika saya masih bekerja disalah satu media lokal yang ada di kota kami. Saat itu ia memutuskan untuk terjun ke dunia hitam akibat orang tuanya yang tidak menyetujui hubungan asmaranya dengan kekasih hatinya.

Dengan hati yang senang dan gembira saya menyahutnya,.... Halo...... adik Sherly bagaiman keadaanmu, sekarang ada dimana? Tanyaku kepada Sherly. Saya baik -- baik saja kakak, sekarang saya sudah bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di kota kita,... jawabnya, mendengar jawabannya saya merasa senang dan terharu ternyata nasehatku didengar oleh Sherly sang gadis manis yang perna terjun ke dunia hitam kala itu.

Adik sherly provisiat ya dan terimakasih karena kamu sudah menjadi seorang gadis yang baik , maaf ya adik sherly tadi enam kali kamu telpon saya tidak tahu, soalnya nada dering ponsel tidak kedengaran oya bagaimana dengan kedua orang tuamu apa mereka sehat -- sehat saja ? tanyaku kepada sherly sang gadis manis yang kini menjadi salah satu karyawan di rumah sakit di kota kami itu. Kakak mereka baik -- baik saja jawabnya.

Dalam keheningan malam, butiran -- butiran embun malam yang jatuh dari lagit diiringi angin sepoi -- sepoi yang menyengat tubuh seolah mendampingi pembicaraan kami lewat telpon seluler membuat komunikasi malam itu menjadi hangat oleh karena suatu perubahaan yang terjadi dalam diri sang gadis manis Sherly. Malam itu kami berbagi keceriaan dan pengalaman hidup lewat telepon seluler menceritakan liku -- liku kehidupan yang sangat menantang di era globalisasi ini hingga jam menunjukan jam setengah sebelas malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun