Pendidikan merupakan jalan untuk mencapai kemajuan. Dimulai dari RA Kartini, Ki Hajar Dewantara, sampai Bapak Habibie menjadi tokoh representatif dan inspiratif yang dikenal karena pendidikan.
Pendidikan saat ini telah mendapat tempat sebagai kebutuhan yang pemenuhannya dijamin oleh negara. Pendidikan saat ini bukan lagi sebuah tujuan tetapi merupakan suatu yang pasti dilalui.
Tidak jarang pendidikan justru menjadi rutinitas yang terkesan monoton dan tidak berkembang. Apalagi jika membandingkan diri dengan para tokoh yang sukses di luar institusi pendidikan seperti Mark Zukenberg pendiri dari layanan media sosial Facebook yang pernah dikeluarkan saat menempuh pendidikan di tingkat universitas.
Atas kondisi tersebut saya justru berpandangan seandainya Mark Zukenberg tidak di drop out pasti dia lebih sukses lagi. Sebab, tidak menyelesaikan kuliah saja sudah bisa menjadi pendiri Facebook, apalagi jika tidak drop out, pasti banyak kesuksesan yang dapat diambil.
Tetapi saya tidak akan memperdebatkan hal tersebut. Saya justru melihat bahawa hal yang terpenting adalah cara berpikir, mau kita dalam institusi pendidikan atau di luar. Kita harus memiliki pola pikir pembelajar dan peka terhadap perubahan.
Izinkan saya menceritakan pandangan saya tentang pendidikan. Bagi saya pendidikan adalah suatu petualangan yang menyenangkan karena kita akan menjelajahi alam pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu.
Di dalam proses pendidikan, adrenalin itu juga akan timbul seperti berolah raga. Sebagai contoh, ketika akan menghadapi ujian pasti akan merasa gelisah. Untuk menyikapi itu selanjutnya pasti anda akan belajar karena menginginkan hasil yang baik.
Di dalam tahap pendidikan saya, ada hal yang menarik yang saya alami sebagai salah satu petualangan, yaitu saat mengerjakan tugas akhir strata 1 berupa skripsi.
Corporate Social Responsibility (CSR)Â menjadi tema yang saya ambil. Latar belakang pemilihan topik tersebut karena CSR berbicara tentang keseimbangan antara pemangku kepentingan yang artinya menjadi salah satu upaya untuk memanajemen konflik sehingga dapat meminimalkan kerugian yang akan timbul.
Atas dasar pemahaman tentang CSR, selanjutnya saya mengajukan topik tersebut. Topik pun diterima oleh jurusan dan pembimbing saya. Di situlah petualangan saya dimulai.
Pertama, oleh pembimbing saya diminta dua pilihan apakah saya akan melakukan penelitian lapangan atau teori. Atas dasar pertimbangan penguasaan teori yang rendah saya pun memilih penelitian lapangan. Konsekuensi dari penelitian lapangan ini adalah saya harus menentukan lokasi penelitian.
Saya pun memulai perjalanan untuk memperoleh informasi. Target saya adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara karena saya rasa perusahaannya pasti untung karena dijamin oleh negara. PT Perkebunan Nusantara IX menjadi lokasi yang saya datangi pertama.
Menunggu dan menunggu terasa lama. Saking lamanya saya membuat surat izin penelitian ke lokasi lain di PT Kereta Api Indonesia DAOP IV serta PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah.
Berbeda dari PT Perkebunan Nusantara IX, di PT Kereta Api Indonesia saya disambut ramah oleh Bu Fitri di bagian akutansi yang mengelola tentang CSR. Perizinan yang saya bawa langsung diterima dan diputuskan hari itu juga untuk saya melakukan penelitian. Atas informasi yang diberikan Bu Fitri saya semakin penasaran dengan topik CSR pada BUMN.Â
Setelah data lengkap, bukan laporan penelitian yang saya kerjakan. Akan tetapi justru saya penasaran meneliti ke Pertamina MOR IV karena kebetulan atas surat perizinan yang saya ajukan disetujui.
Untuk di Pertamina kesan saya biasa saja, pertanyaan yang saya ajukan dijawab, tetapi soal data tidak banyak hal yang dibagikan. Meski begitu setidaknya saya merasa memiliki pengalaman pernah mencoba pintu akses masuk di kantor Pertamina MOR IV karena jumlahnya banyak banget dan harus pakai kartu. Pikir saya segitukah keamanan pada perusahaan Pertamina MOR IV.
Setelah selesai pengumpulan data dan informasi dari PT Kereta Api Indonesia DAOP IV dan Pertamina MOR IV, tiba-tiba dari PT Perkebunan Nusantara IX memberi kabar bahwa izin penelitian yang saya ajukan dikabulkan. Saya pun senang karena kualifikasi lokasi penelitian lebih dari target saya.
PT Perkebunan Nusantara IX berkantor pusat di Semarang sehingga di sini saya berkesempatan melihat BUMN sebagai suatu yang utuh bukan hanya sebagai kantor unit. Selanjutnya, PT Perkebunan Nusantara IX bergerak di bidang perkebunan yang merupakan salah satu pendorong perekonomian yang menjadi keunggulan Indonesia di bidang agraris.
Di kantor pusat PT Perkebunan Nusantara IX saya disambut hangat oleh Pak Budi Hartanto, karyawan dari PT Perkebunan Nusantara yang menangani CSR. Tidak hanya bertukar informasi dan data.
Di sini Pak Budi Hartanto juga menyediakan waktu untuk bertukar pengalaman. Saya pun menjadi termotivasi untuk segera menyelesaikan pendidikan dan memperoleh pekerjaan yang saya inginkan.
Setelah seluruh data masuk, saya harus melakukan verifikasi agar data yang saya peroleh dapat dipresentasikan kepada pembimbing dan penguji. Kebutuhan atas verifikasi ini mendorong saya untuk sampai di kawasan unit kerja PT Perkebunan Nusantara IX di Patean, Kabupaten Kendal.
Di sini saya beruntung karena ditemani oleh sahabat saya Amry Yuda. Perjalanan saya mulai dari kampus tercinta, Universitas Negeri Semarang, menyusuri jalan pedesaan Gunung Pati, Boja, sampailah di Patean. Jarak yang harus kami tempuh tidak tanggung-tanggung yaitu 4 jam dengan medan perbukitan yang dikelilingi oleh perkebunan.
Pada kesempatan pertama ini, saya masih belum dapat informasi dari narasumber karena saya lupa belum mengurus perizinan. Saya pulang dengan kekecewaan karena saya harus balik lagi untuk jarak yang sejauh ini.
Pada kunjungan selanjutnya saya ditemani sahabat saya Erwin Aditya Putra, kebetulan rumahnya kendal, tetapi kota. Perjalanan kali ini saya tempuh melalui Kabupaten Kendal melalui Gringsing dan tibalah di Patean.
Sesampainya di sana saya awali dengan mulai mencari informasi terkait narasumber yang saya butuh untuk verfikasi data. Akhirnya saya tentukan narasumber terdiri dari sekretaris desa, pelaksana CSR, serta masyarakat.Â
Di perjalanan kedua ini saya sampai lebih cepat, hanya 3 jam dari Semarang, perjalananpun menyenangkan. Ternyata di Desa Patean ini saya temukan kafe juga enak tempatnya. Kafe tersebut dikembangkan oleh PT Perkebunan Nusantara 9. Saya dan Erwin pesan kopi dan teh produk PT Perkebunan Nusantara 9 dipadu dengan singkong goreng panas nikmat.
Usai makan saya mengunjungi narasumber satu persatu dan tak dirasa waktu sudah sampai maghrib. Mengingat waktu perjalanan yang mencapai 3 jam, sayapun langsung bergegas pulang lewat Kendal untuk mengantar Erwin Aditya dulu.
Laporan penelitian pun saya presentasikan di depan dosen pembibing Pak Pujiono serta penguji Pak Suhadir dan Bu Nurul. Akhirnya saya memperoleh gelar strata 1 Ilmu Hukum. Perasaan bahagia dan bangga muncul terlebih dengan Tugas Akhir (skripsi) saya yang menjadi petualangan saya untuk masuk ke perusahan-perusahaan serta turun ke masyarakat.
Hal itu lah yang saat ini saya rasa menumbuhkan loyalitas dan semangat pantang menyerah saya. Sebab semua hal itu bisa dicapai asalkan fokus dan yakin, ditambah dengan satu kunci lagi, panjatkan doa kepada Allah SWT.
Terima kasih semua pihak yang berperan dalam perjalanan pembuatan skripsi saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H