Seperti kita tahu, biaya yang digelontorkan untuk mencetak uang logam tidaklah kecil. Lantas, kemana 'hilangnya' uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia?
Kebiasaan masyarakat menyimpan uang logam sembarangan dan jarang digunakan untuk bertransaksi kembali ditengarai menjadi salah satu faktor utama penyebab sirkulasi uang logam menjadi kurang lancar. Parahnya lagi, seringkali uang logam digunakan sebagai 'alat kerokan' punggung untuk menghilang masuk angin.
Peluru Eskalasi
Berkaca dari pengalaman, situasi ini seharusnya tak dibiarkan berlarut-larut. Bank Indonesia sudah sepatutnya bergerak dan mengeluarkan peluru-peluru yang dapat mengeskalasi 'anti-virus' device-nya.
Peluru pertama yang dapat diluncurkan adalah program Exchange Coins for e-Wallet, yang merupakan pengembangan dari QRIS. Melalui program ini, masyarakat dapat menyetorkan uang logam yang dimiliki, kemudian ditukarkan menjadi uang elektronik atau dompet digital melalui perbankan.
Sebuah wujud integrasi antara penggunaan tunai dan non-tunai, sekaligus bentuk upgrade dari cash deposit machine yang saat ini hanya mengakomodir uang pecahan besar saja.
Dalam implementasinya, bank sentral tak bisa berjalan sendiri. Bank Indonesia harus bahu membahu dengan perbankan dan penyedia jasa sistem pembayaran. Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris adalah tiga negara yang telah sukses mempraktikkannya. Canggihnya, penukaran uang logam pada ketiga negara tersebut telah terotomasi menggunakan mesin.
Peluru kedua adalah program tebus murah sembako dengan scan QRIS di perbatasan. Praktiknya, Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mengadakan pasar murah yang menjajakan berbagai macam bahan pokok rumah tangga.
Bagi masyarakat yang ingin melakukan pembayaran, diwajibkan menggunakan non-tunai (scan QRIS). Simbiosis mutualiasme, bukan? Masyarakat mendapat sembako murah, sementara pengguna QRIS juga bertambah.
Rupiah merupakan simbol kedaulatan negara. Untuk itu, sudah sepatutnya remote area dan wilayah batas negara diberikan concern khusus. Edukasi kewajiban penggunaan Rupiah dan implementasi pembayaran dengan QRIS harus terus digaungkan di titik-titik krusial ini.
Bilamana peluru-peluru yang dilesatkan Bank Indonesia tepat sasaran, setidaknya terdapat tiga dampak yang ditawarkan terhadap sistem pembayaran di Indonesia.