Mohon tunggu...
Hendy Pebrian Azano RP
Hendy Pebrian Azano RP Mohon Tunggu... Bankir - Pelaksana Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia Kalimantan Barat

𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘱𝘶𝘣𝘭𝘪𝘴𝘩. 𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘭𝘮𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶. 𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘪𝘢-𝘴𝘪𝘢. || IG : pekahade

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Peluru Eskalasi Layanan Bank Sentral

10 September 2023   09:40 Diperbarui: 10 September 2023   17:51 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: KOMPAS/Priyombodo

Seperti kita tahu, biaya yang digelontorkan untuk mencetak uang logam tidaklah kecil. Lantas, kemana 'hilangnya' uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia? 

Kebiasaan masyarakat menyimpan uang logam sembarangan dan jarang digunakan untuk bertransaksi kembali ditengarai menjadi salah satu faktor utama penyebab sirkulasi uang logam menjadi kurang lancar. Parahnya lagi, seringkali uang logam digunakan sebagai 'alat kerokan' punggung untuk menghilang masuk angin.

Peluru Eskalasi

Berkaca dari pengalaman, situasi ini seharusnya tak dibiarkan berlarut-larut. Bank Indonesia sudah sepatutnya bergerak dan mengeluarkan peluru-peluru yang dapat mengeskalasi 'anti-virus' device-nya.

Peluru pertama yang dapat diluncurkan adalah program Exchange Coins for e-Wallet, yang merupakan pengembangan dari QRIS. Melalui program ini, masyarakat dapat menyetorkan uang logam yang dimiliki, kemudian ditukarkan menjadi uang elektronik atau dompet digital melalui perbankan. 

Sebuah wujud integrasi antara penggunaan tunai dan non-tunai, sekaligus bentuk upgrade dari cash deposit machine yang saat ini hanya mengakomodir uang pecahan besar saja.

Dalam implementasinya, bank sentral tak bisa berjalan sendiri. Bank Indonesia harus bahu membahu dengan perbankan dan penyedia jasa sistem pembayaran. Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris adalah tiga negara yang telah sukses mempraktikkannya. Canggihnya, penukaran uang logam pada ketiga negara tersebut telah terotomasi menggunakan mesin.

Peluru kedua adalah program tebus murah sembako dengan scan QRIS di perbatasan. Praktiknya, Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mengadakan pasar murah yang menjajakan berbagai macam bahan pokok rumah tangga. 

Bagi masyarakat yang ingin melakukan pembayaran, diwajibkan menggunakan non-tunai (scan QRIS). Simbiosis mutualiasme, bukan? Masyarakat mendapat sembako murah, sementara pengguna QRIS juga bertambah.

Rupiah merupakan simbol kedaulatan negara. Untuk itu, sudah sepatutnya remote area dan wilayah batas negara diberikan concern khusus. Edukasi kewajiban penggunaan Rupiah dan implementasi pembayaran dengan QRIS harus terus digaungkan di titik-titik krusial ini.

Bilamana peluru-peluru yang dilesatkan Bank Indonesia tepat sasaran, setidaknya terdapat tiga dampak yang ditawarkan terhadap sistem pembayaran di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun