Mohon tunggu...
Hendy Pebrian Azano RP
Hendy Pebrian Azano RP Mohon Tunggu... Bankir - Pelaksana Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia Kalimantan Barat

𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘱𝘶𝘣𝘭𝘪𝘴𝘩. 𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘭𝘮𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶. 𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘪𝘢-𝘴𝘪𝘢. || IG : pekahade

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Memetik Hikmah dari Hiperinflasi Argentina

5 September 2023   17:53 Diperbarui: 8 September 2023   08:45 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Parque de Espana Rosario, Argentina. (Sumber gambar: via kompas.com) 

Merujuk data Trading Economics, pada Maret 2023 tingkat inflasi Argentina menyentuh angka 104,3 persen, meroket drastis jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 55,1 persen. Tak ayal, harga kebutuhan pokok pun melambung drastis, mencekik warga negaranya sendiri.

Awan gelap yang menyelimuti Argentina tidak muncul secara tiba-tiba. Nestapa ini dimulai dari krisis mata uang yang mengakibatkan nilai peso turun setengahnya terhadap dolar pada tahun 2018. 

Kondisi ini diperburuk dengan kegagalan pemerintah Argentina dalam membayar pinjaman kepada International Monetary Fund (IMF).

Bagai makan buah simalakama, keputusan Presiden Argentina untuk mencetak uang dalam jumlah yang besar selama pandemi covid-19 ternyata berakhir bencana. Teranyar, utang Argentina membengkak hingga mencapai Rp515 ribu triliun. Badai inflasi pun tak terelak.

Indonesia sebagai sesama anggota G20 sudah sepatutnya 'berkaca' dari Argentina, agar tak jatuh pada lubang yang sama. 

Pandemi covid-19 belum sepenuhnya usai, scarring effectnya pun masih terasa hingga kini. Isu resesi ekonomi 2023 juga sempat menghantam Indonesia, walau akhirnya tak benar-benar terjadi.

Selama ini, Bank Indonesia telah berhasil menjadi tumpuan dengan kebijakan makroprudensialnya yang adaptif dan restriktif. Dilakukan dengan countercyclical, menurunkan suku bunga ketika saat menghadapi krisis dan menaikkan suku bunga saat ekonomi sedang menggeliat.

Kendati demikian, tidak ada yang dapat meramalkan masa depan. Berbagai situasi darurat seperti krisis moneter 1998, krisis ekonomi 2008, pandemi covid-19, atau bahkan 'tragedi' yang lebih dahsyat bisa saja menerpa kembali.

Sukuk Hijau

Dalam hal ini, sebagai lembaga yang memiliki amanat menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Sentral selayaknya mempersiapkan amunisi 'handal'. 

Salah satu amunisi yang dapat diluncurkan adalah pengembangan sukuk hijau (green sukuk), obligasi syariah yang diterbitkan dengan tujuan mendanai proyek yang ramah terhadap lingkungan dan mendukung upaya penanggulangan dampak perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun