Pasti melelahkan apabila kita harus membicarakan sesuatu yang sama kepada beberapa orang. Selain menghabiskan waktu, menghabiskan tenaga, gerak kita juga menjadi terbatas. Dengan menulis, kita bisa membagikan buah pikiran kita kepada banyak orang tanpa harus bertemu dengan mereka satu persatu.
Tinggal bagikan saja tulisan itu, biarkan banyak orang membacanya, biarkan mereka membagikannya kepada komunitasnya bahkan kepada masyarakat dunia dengan menerjemahkan karya kita. Kita bisa lebih banyak bergerak dan berkarya untuk hal yang lain.
Saat ini berkarya lewat video telah banyak diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan harus membaca buku-buku yang tebal. Namun bagaimana bagusnya sebuah video, tulisan tidak pernah sepi peminat. Mereka yang menonton video, banyak kehilangan pesan-pesan atau detil-detil yang tidak dapat disampaikan lewat sebuah gambar bersuara.
Pesan Prof. Satjipto Rahardjo kepada anak didiknya di program S3,"Seorang doktor itu hanya ada 2 pilihan, perish or publish, menulis atau binasa! Menjadi doktor itu dilihat dari seberapa banyak dia bermanfaat di dalam masyarakat, bukan seberapa banyak harta yang dimilikinya".
Dua alasan di atas setidaknya menggerakkan kepada setiap pembaca untuk lebih giat lagi menulis. Menuliskan sesuatu yang bermutu dan bermanfaat walau sederhana. Walau tidak mudah, namun hasilnya setimpal dan kita pasti akan puas bila tulisan kita bermanfaat.
Sekali lagi, budaya akademik adalah budaya tulisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H