Kedua -- Lapisan Naif
Penulis akan mengambil contoh hal membaca. Tidak ada salahnya bila kita menuntut orang untuk gemar membaca, karena kita sudah merasakan sendiri manfaat dari membaca itu.
Namun terkadang kita tidak mengindahkan faktor lainnya yang membuat orang tidak suka membaca. Faktor tersebut ada faktor xyz.Â
Faktor xyz adalah penghambat seseorang sehingga dia tidak dapat/suka membaca (misalnya saja: buta huruf, malas, suasana rumah tidak mendukung, pencahayaan kurang, sirkulasi udara tidak baik, pekerjaan yang memporsir waktu dan stamina, dan berbagai penyebab lainnya).
Kita naif apabila kita tidak memahami faktor xyz ini, terang saja hobby membaca tidak akan mungkin dapat tumbuh bila akar masalahnya tidak diselesaikan. Kita tahu membaca penting, tapi tunggu dulu... pikirkan dulu masalahnya apa.
Ketiga -- Lapisan Kritis
Lapisan yang lebih dalam dari kedua lapisan sebelumnya adalah Lapisan Kritis. Orang-orang yang sudah sampai pada tahap ini dapat dikatakan matang dalam berdiri di atas prinsip sendiri.
Mereka mengerti mengapa harus berbuat dan mengapa tidak perlu berbuat menurut pertimbangan dan logika berpikirnya yang rasional (bukan mistis).
Idealnya mayoritas masyarakat Indonesia perlu masuk ke dalam Lapisan Kritis, karena sistem demokrasi tanpa pikiran sehat hanya akan menjadi democrazy.
Isu hoax, selfisme, hedonisme dan konsumerisme, instanisme, suksesisme dan isme-isme lainnya telah membuat orang menjadi bodoh dan hanya fokus pada diri sendiri.Â
Kedangkalan itu terlihat dari rasa nasionalisme masyarakat, empati dan gotong-royong di antara warga. Diskusi yang seharusnya mendalam hanya berkisar di "tasnya bagus, beli di mana, berapa harga?" dan keterlibatan hanya dikarenakan adanya insentif, tidak lebih dalam dari itu.