Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Calon Jemaah Haji yang Khawatir

13 September 2016   10:40 Diperbarui: 13 September 2016   11:10 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam pertemuan G20 di Hangzhou, Presiden Jokowi telah meminta secara resmi kepada Presiden Philipina Rodrigo Duterte agar kuota haji Philipina yang kosong bisa diberikan/ takeover untuk Indonesia, mengingat bahwa Indonesia merupakan satu negara dengan mayoritas penganut agama Islam terbesar. Hal serupa juga dilakukan Pemerintah terhadap negara tetangga. 

Tentunya kita sebagai warga negara akan menyambut dengan hangat langkah Pemerintah yang satu ini mengingat kuota haji yang selalu saja kurang.

***

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Naik haji adalah anjuran bagi mereka yang mampu. Sampai di sini Penulis tidak akan lanjut lebih jauh karena para Pembaca yang budiman pasti lebih mengerti bahkan sangat paham.

Berbagai tragedi yang terjadi khusus nya berkaitan dengan ibadah haji, Penulis tersentak pada kejadian 24 Agustus lalu dimana 177 WNI calon haji ditangkap karena menggunakan Paspor Philipina palsu. 

Benak ku, "Mau ibadah bertemu Tuhan kok pakai cara ilegal? Katanya suci"

Persoalan ini sangat sensitif karena berkaitan langsung dengan iman suatu umat.  Bisa-bisa Penulis akan dikafirkan dan dihakimi oleh para Pembaca karena ngomong sembarangan.

Yang namanya tragedi pasti di luar dugaan. Sama seperti tragedi ibadah haji ini memang selalu terjadi luar dugaan. 

Jemaah haji yang keinjak-injak, tenda terbakar, keracunan makanan, tidak punya ijin haji, kejatuhan tower crane dsb, semuanya diluar dugaan.

Tapi yang kali ini sungguh diluar dugaan, paspor palsu menjadi dalangnya.

Sambil menunggu kebenaran yang sebenarnya apakah paspor palsu ini memang sengaja ataukah keteledoran para calon haji awam (korban), mari kita tunggu karena asas praduga bersalah sungguh tidak baik bagi penerapan hukum kita.

Seandainya saja memang benarlah apa yang terjadi ini adalah suatu kesengajaan, maka Penulis berharap aparat penegak hukum bertindak tegas.

***

Menjadi intropeksi diri, apakah ibadah haji dengan jalur ilegal hukum dunia akan diterima oleh Tuhan? Jawabannya tergantung sudut pandang.

Terlepas dari alasan-alasan yang membenarkan seperti usia yang tidak muda lagi (keburu mati), keuangan masih mampu (udah nabung lama), masih sehat, tidak dapat jatah haji, dsb.

Ibadah haji memang suatu hal yang suci. Urusannya berkaitan dengan Tuhan langsung sang CEO surga.

Hal rohani tetap melampaui hal duniawi karena bernilai kekal. Hukum Tuhan adalah sempurna, tidak seperti hukum dunia yang busuk. 

Tentu standarnya akan jauh beda bagaikan langit dan Bumi apabila kita sebagai kaum agamis membanding-bandingkan Tuhan dan dunia. dipikirkan saja sangat tidak layak!

Tetapi yang harus disadari adalah hal rohani pun mempunyai batasan-batasan. Dan batasan itu adalah 'motivasi'

MOTIVASI

Apakah motivasi para calon jemaah haji ini telah sesuai dengan kehendak Tuhan? Atau pemuasan nafsu belaka karena ingin menjadi haji? oh tetangga saya sudah haji sekarang. 

Apakah mereka tidak percaya bahwa Tuhan akan berkenan dan tetap memberikan satu kesempatan dimana mereka bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik? (Sehat, dana cukup, hidup, dsb)

Menunggu dana memadai memang bisa 20-30 Tahun menabung (bila penghasilan kecil), dana cukup pun belum tentu masih sehat, belum tentu masih hidup, dsb. Bahkan ada jemaah haji yang usianya di atas 100 tahun. Ya, dokter memberi ijin sah saja.

Apa pengertian 'MAMPU' dalam konteks berhaji?

Tentu saja faktor-faktor di atas itu benar semua. Tetapi, makna 'mampu' tidaklah sesempit itu. Tidaklah sebatas mampu membiayai dan mampu berjalan/ sehat. Bahkan ketika kedua faktor ini telah ada, para calon jemaah belum mendapat jatah haji, mereka tetap dikatakan tidak mampu oleh 'kita'.

Apakah Tuhan menilai kemampuan sesempit itu?

Berbicara mampu adalah berbicara substansi. Berhaji adalah untuk mencapaitransformasi diri ibaratnya ulat yang bermetamorfosis menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah. Makin dekat dengan Tuhan, makin menjauhi laranganNya, tidak berbuat maksiat, hidup saleh, dsb.

Khawatirkan kamu bahwa Tuhan itu jahat?  Dia idak memberi kesempatan pada mu untuk beribadah pada Nya jika niat mu benar?

Jangan khawatir tentang dunia, apalagi disandera! Tuhan berada di atas itu semua.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun