Mohon tunggu...
Sofyan Hendy
Sofyan Hendy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tak Hanya Diam

20 Oktober 2016   17:10 Diperbarui: 20 Oktober 2016   17:30 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Ketika kita pertama kali keluar dari rahim ibu kita, tangan kita mengepal. Ibu bilang, itu tanda kalau kita dilahirkan di dunia sebagai seorang pejuang. Awalnya gue gak ngerti maksudnya ibu apa, “apakah mereka yang menjadi tentara di medan perang adalah orang berhasil menjadi pejuang yang sesungguhnya?” pikir gue yang waktu itu sedang duduk di bangku kelas 3 SD.

            Nama gue Sofyan Hendy Sumitro, gue baru aja mendapatkan SK Pegawai bulan Juli 2016 kemarin. SK itu menugaskan gue untuk mengisi bagian bidang Junior Technical Engenering PDKB TM di PLN AREA BANYUWANGI.

            Awal pertama kali gue kenal PLN itu sekitar 3 tahun lalu. Waktu gue lagi praktek kerja lapangan SMK di sana. Dari yang gue cuman tau namanya doang, jadi tau gimana sifatnya, sistem kerjanya, kegiatan setiap harinya, dan gimana rasanya bisa jadi bagian dari PLN. Walaupun itu cuman anak SMK yang lagi magang aja sih. Walaupun yang gue pelajari masih sebagian kecil dari banyak nya pekerjaan, seperti pelayanan teknik bareng mas-mas Yantek, mas mas Operator, mas mas rabas, dan mas mas PLN (beneran). Pokoknya waktu itu gue udah nganggep magang itu kayak kerja beneran. Gue sering pulang malem, gue sering ikutan kegiatan mereka yang menurut gue ini pekerjaan yang emang keren dan ada rasa kepuasan tersendiri. Seperti ganti trafo, perbaikan tegangan drop, sampai grebek tunggakan. Satu kenangan yang paling gue inget adalah, pas gue ikutan ganti trafo jam 2 malam. Berhubung rumah gue lumayan jauh dari kantor Rayon Ngadiluwih dan orang tua gue juga tinggal di Bali, gue bisa bebas mau pulang kapan aja, asal inget kasih kabar sama inget makan. Jangan ingetnya mantan mulu. Ehh.

            Entah kenapa walaupun rasanya capek setelah itu, tapi waktu ngejalaninnya gue ngerasa bahagia. Kenapa? Karena gue bangga dan minat dengan kerjaan ini.

            4 Bulan berlalu, gue selesai praktek kerja lapangan. Gue balik lagi belajar di dalem kelas, kelas yang penuh dengan kegaduhan, guru yang banyak jenisnya, temen yang suka ngebully, papan yang gak pernah bersih dari coretan jahil, buku buku tebal yang memaksa dibaca, dan PR yang lebih sering dikerjakan di sekolah dari pada di rumah. Tapi satu hal yang berubah pada waktu itu adalah perasaan gue dan sudut pandang gue tentang sebuah kewajiban. Ibu pernah bilang, semakin kita tumbuh dewasa semakin banyak dan besar juga kewajiban dan tanggung jawab yang kita punya. Apa kewajiban kita sebagai warga Negara Indonesia? Apa kewajiban kita sebagai pemuda Indonesia? Pertanyaan itu yang sering terbesit dikepala gue menjelang waktu kelulusan.

Sejalan dengan seiringnya waktu gue menemukan jawabannya. Gue menemukan jawabannya di dalam kata-kata Pandji Pragiwaksono. Satu pertanyaan dari dia yang sampai sekarang mengarahkan gue dan membuka pandangan gue. Dia bilang “Kalau kalian dikasih milih, kalian milih jadi orang yang cuman bisa menuntut perubahan atau menjadi bagian dari perubahan itu?”. Disitu hati gue bergetar, memang dari dulu gue cuman bisa menuntut perubahan, setiap kali ngeliat berita gak mengenakan di tv, media sosial, berita Online tentang Indonesia, gue cuman bisa marah-marah, sumpah serapah, dan menyalahkan pemerintah. Padahal kan Indonesia ini negara gue, gue tinggal disini, tapi kenapa gue cuman bisa menyalahkan dan menuduh pemerintah atas semua kejadian buruk di Indonesia? Padahal ini juga tanggung jawab gue sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) juga, apalagi gue adalah pemuda Indonesia. Dan pemuda Indonesia yang gue tau adalah PENGGERAK PERUBAHAN. Maka sejak saat itu, gue berkata dalam hati gue “Lo itu orang Indonesia juga bego! Jangan cuman bisa nuntut aja! Turun tangan sana!”.

Lalu apa yang bisa gue lakuin untuk Indonesia sekarang?

Gue senang bekerja di PLN. Gue seneng ngeliat orang-orang disekitar gue bisa memakai listrik di rumah mereka. Melihat sebuah keluarga kumpul di depan TV yang menyala karena listrik yang tersalurkan dengan baik, melihat kota-kota terang dengan PJU yang menghiasi disetiap pinggir jalannya, melihat gunung dari bawah yang berhiaskan lampu-lampu rumah orang yang tinggal disana selalu membuat gue ingat dengan masa kecil gue yang sering keluar rumah hanya untuk memandangi gunung yang berhiaskan lampu itu. . Karena  di PLN juga, selain gue bekerja gue bisa membantu menjadi bagian pembangunan negeri ini menjadi lebih baik. Seperti tulisan yang ada didepan pintu masuk kelas listrik gue “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik!” dan yang sekarang gue tau tulisan itu adalah motto PLN.

Dulu setiap kali mau belajar dimalam hari, ibu sering banget cerita tentang masa kecilnya, yang paling sering ibu ceritain adalah cerita waktu ibu kecil sekolah dulu. Dia bilang kalau dulu itu belum ada listrik, listrik gak semudah sekarang, dulu setiap kali dia mau belajar dia harus menyalakan “cublek” (Lampu minyak) itu pun harus berbagi dengan kedua adiknya. Setiap mau ke masjid atau langgar (Mushola) dia harus mengisi obor dengan minyak dulu tak jarang juga harus kesulitan mencari kain bekas untuk wadah apinya. Gue gak bisa bayangin gimana rasanya hidup di jaman ibu yang kayak gitu.

            Sebagai PDKB gue gak mau biarin cerita ini terus menurun hingga nanti masa depan. Ketika seorang ibu yang mudanya hidup di tahun 2016 ini memiliki cerita seperti ibu. Sungguh gue gak biarin ini terjadi.

            PDKB adalah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan, bekerjaan ini memerlukan keahlian khusus karena itu banyak yang menyebut kami ini dengan pasukan khususnya PLN. Keahlian yang udah dilatih di UDIKLAT Semarang, keahlian bekerja sama dalam sebuah regu, keahlian dalam pekerja tanpa harus memadamkan aliran listrik, keahlian bekerja diantara tegangan 20 kV.

Menjadi bagian dari PDKB adalah sebuah kebanggan dan kehormatan buat gue, untuk itu sudah menjadi kewajiban gue menjaga penyaluran tenaga listrik ini terus mengalir, dan gue akan berusaha memperluas jaringan listrik ini sampai ke gunung-gunung, ke desa-desa, hingga ke pelosok nusantara. Karena gue mau ketika gue tua nanti, gue bisa selalu mengingat masa kecil dan masa muda hanya dengan melihat gunung yang berhiaskan lampu-lampu dan melihat keluarga gue kumpul disebuah ruangan dengan menonton TV bersama. Karena gue gak mau ketika tua nanti, gue ngomong gini “Gue dulu waktu muda ngapain aja ya?”. Karena gue mau ketika tua nanti, gue bisa dengan bangga menjawab pertanyaan “Waktu muda dulu kakek pernah ngapain aja buat Indonesia?” dari anak cucu gue dengan jawaban “Kakek pernah kerja dengan keadaan bertegangan 20 kV demi lampu tetap nyala, anak-anak kayak kalian masih bisa tetap nonton Spongebob, Dora, Tom & Jerry” ngomongnya sambil mengangkat jari telunjuk tangan kanan gue ke atas, kayak Ir. Soekarno gitu. Hehehehe.

Bicara soal suka duka menjadi pegawai PLN, gak lengkap rasanya kalau gak bahas topik ini. SK25.

Bangsa Indonesia takdirnya berjuang, itu yang gue tau dari dulu dan gue yakini sampai sekarang. Maka bagian ini akan menceritakan langkah awal gue dalam perjuangan penghapusan SK25.

Saat gue tau ada lomba menulis blog untuk Hari Listrik Nasional ke 71 ini, gue seneng banget, walaupun taunya telat juga sih. Tapi gapapa, gue jadi punya media atau lebih pasnya gue nyebutnya ini moment. Moment untuk menyuarakan. Berhubung salah satu topik ceritanya adalah “Suka duka menjadi pegawai PLN”, gue mau ngeluarin opini gue dengan lebih jujur di moment ini.

Mungkin ini terlihat remeh buat mereka yang gak merasakan. Tapi gue mohon, baca sampai akhir ya. Karena mungkin kalian bisa menjadi bagian dari perubahannya.

Gue mendukung karena dukungan itu adalah bentuk dari keinginan gue untuk bersatu bersama pegawai PLN yang lain yang hampir setiap waktu dihidupnya yang sekarang kepalanya selalu dipenuhi dengan SK25. Sesuai prinsip yang gue pegang teguh, TAK HANYA DIAM.

Awalnya gue terburu-buru dalam mengambil keputusan menyalahkan kebijakan ini, karena gue termasuk salah satu orang yang merasakan kebijakan ini (Gue gak nyebutnya korban tapi yang merasakan, takut salah ngomong). Yang menjadi motivasi pertama gue menuliskan cerita ini adalah karena gue jatuh hati sama temen seangkatan gue. (Kalau gue ceritain gimana proses jatuh hatinya ntar ini tulisan malah terkesan novel cinta. Jadi gue putuskan untuk gak ditulis aja).

Yang mau gue sampaikan disini bukan tentang keegoisan gue karena gue juga cinta lokasi dengan teman seangkatan gue. Tentu saja gue udah pernah mencoba berusaha menghianati perasaan gue dengan semua saran dan cara. Tapi hasilnya.. hati gue gak bisa. Asli gak bisa!

Jadi tolong jangan berpikir ini hanya sebuah emosi pembrotakan saja. Tapi disini yang mau gue sampaikan adalah coba bayangkan bagaimana perasaan kalian ketika bekerja dalam satu kantor atau mungkin satu bagian juga dengan orang yang kalian sukai? Pasti setiap harinya hati kalian berasa keiris pake silet atau hati kalian lagi luka terus dituangin air perasan jeruk nipis. Dan satu-satunya cara agar bisa terhenti dari siksaan ini adalah salah satu diantara pasangan harus merelakan keluar dari perusahaan yang sudah dengan susah payah kalian perjuangkan. Apakah kalian tahu rasanya mencintai namun bertahan untuk tidak memiliki? Percayalah ini lebih buruk dari sekadar...... PATAH HATI.

Ini bukanlah sekadar keluhan. Opini ini adalah api yang akan membakar jiwa. Gue tau gue bukan pahlawan yang akan menghapuskan SK25 ini, karena gue bukan DIRUT tentunya. Tapi setidaknya gue gak hanya diam melihat teman-teman pegawai yang lain keluar hanya karena dia lebih memilih menikah dengan orang yang dicintai. Dia dipertemukan di PLN lalu dia dipisahkan oleh PLN. Ohh come on! It is a joke or what?

Banyak teman yang pesimis dengan opini gue ini. Sehingga mereka mencoba meruntuhkan semangat, meruntuhkan apa yang pengin gue perjuangkan.

Kan udah tau sebelumnya dikotrak kerja ditulis larangan menikah sesama pegawai?

Emang udah ditulis, udah gue tanda tanganin juga kok. Tapi waktu itu apa gue punya pilihan lain dihiruk pikuknya pengangguran? Apa gue tau bakalan suka sama temen seangkatan sendiri? Apa gue bisa milih mau jatuh hati sama siapa? Itu kan udah kuasa Tuhan, punya kuasa apa gue terhadap kuasa Tuhan?

Cari aja cewek yang bukan PLN!

Lah kan gue udah bilang, emang kita bisa milih mau jatuh hati sama siapa? Cewek/cowok lain emang banyak diluar sana yang lebih baik dan lebih cantik. Tapi kan hati carinya yang buat nyaman bukan yang lebih cantik, kalau cantik aja kan relatif. Dan baik, udah tentu saja jodoh kita adalah orang yang terbaik kan?

Setelah semua yang kamu perjuangkan untuk mendapat pekerjaan di PLN, sekarang kamu lepas gitu aja?

Gue tau mungkin banyak orang diluar sana mau bayarin posisi gue (Pegawai PLN) sekarang dengan harga mahal. Banyak orang yang gugur waktu test rekrutmen. Maka dari itu, karena semua yang telah gue perjuangkan untuk masuk bekerja disinilah makanya gue gak mau keluar tanpa mikirin jalan keluarnya, dan tanpa berjuang LAGI tentunya. Tak hanya diam.

PERCAYALAH ! Mereka yang terjebak cinta SK25 pasti tidak ingin memilih keluar dari PLN, melihat susahnya mencari pekerjaan dijaman sekarang, persaingan ketat, banyaknya orang yang menginkan kerja di perusahaan PLN ini. Tapi mereka juga tidak ingin dekat dengan orang yang mereka sukai hanya sebatas rekan kerja, bertemu setiap hari tanpa bisa memiliki, bekerja sama setiap hari dengan hati yang selalu teriris. Karena PASTI saja mereka pernah berbagi cerita, kenangan, dan perjuangan untuk memajukan perusahaan yang mereka cintai, namun perusahaan itu melarang mereka untuk bersama dalam ikatan dan label HALAL.

Mereka sering ngomong ini ke gue ditiap obrolan tentang masalah ini “tenang ae, iki PLN Persero, Peraturan sering Robah. Pasti suatu saat bakal berubah juga!”

Dan setiap kali mendengar jawaban itu adalah hati gue bertanya, “KAPAN DAN SIAPA YANG AKAN MERUBAHNYA?”

Gue percaya sama yang dibilang bang Pandji. Gak ada berjuangan yang sia-sia.

Oleh karena itu gue milih untuk ambil bagian dari berjuangan, karena tentunya gue percaya ini gak akan sia-sia. Dan untuk kalian yang merasakan hal yang sama namun pesimis. Masih belum terlambat untuk ikut berjuang. Jangan cuman bisa nuntut. Ikut bantu! Minimal dukunglah kita yang lagi berjuang! Gitu.

Kenapa gak nunggu aja sampai dihapuskan?

Enggak deh, makasih.1 hal yang membosankan di dunia ini adalah cuman nunggu (gak ngapa-ngapain, nunggu doang aja!). Karena gue gak mau ngeliat temen-temen pegawai yang gue kenal keluar karena dia milih jodohnya. Senior yang ngajarin gue banyak ilmu dan pengalaman, pegawai yang gue tau dia sangat bangga kerja di PLN, pegawai yang gue tau dia punya keluarga untuk dinafkahi, terutama mereka yang merupakan anak pertama sebagai tulang punggung keluarganya. Dari mana gue tau? Cerita nyatanya dari kerja nyata teman teman pegawai.

Dan karena gue gak mau hal ini selalu menghantui waktu istirahat gue dimalam hari (pasti juga menghantui mereka yang merasakan SK25), menghantui waktu sepi yang seharusnya bisa gue pake buat mikirin sesuatu untuk membuat perusahaan lebih baik (karya inovasi). Apalagi gue PDKB, butuh fokus lebih. Aqua aja gak cukup, udah gue coba kok.

Dan karena gue gak mau juga tiap menjelang istirahat malam kepala gue terlentang dengan pikiran gue menerawang dalam gelap makin pekat, membayangkan perjalanan karir gue terhalangi SK25 ini karena hal itu akan menjadi kegelisahan gue terus.

Sejak gue SMP, gue selalu ingin bisa merasakan berkarya, menjadi dan membuat sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Ingin membuat sebuah karya inovasi, ingin membuat cerita yang memotivasi orang, membuat lagu yang memotivasi orang-orang yang menyerah dan pesimis mirip Eminem dan Pandji Pragiwaksono.

Dan gue menemukan semua itu di PLN. Media untuk menuangkan kreatifitas melalui karya inovasi, memotivasi melalui cerita kisah pengalaman kerja bersama pelanggan, bersama medan lokasi yang sulit, kondisi lokasi yang sulit dilakukannya pekerjaan dan cerita dari keberhasilannya setelah itu. Itu semua merupakan kebanggan terbesar bagi gue dan untuk semua itu gue akan berjuang.

Gue enggak takut seandainya perjuangan gue ini gak berhasil untuk menghapuskan SK25, yang gue takutkan cuman saat gue ngeliat temen-temen pegawai, terutama temen seangkatan gue dan temen satu kantor gue keluar dari PLN hanya karena dia memilih bersama orang yang dia cintai, orang yang dia yakini akan membawa kebahagian, sama seperti pekerjaan yang membawa kebahagian yang dia tekuni. Percayalah, kehilangan seseorang yang dekat dengan kita lalu kitanya cuman bisa diem aja itu sangat menyakitkan!

TAK HANYA DIAM! Melihat orang yang gue sayangi gak bisa bersama karena SK25!

TAK HANYA DIAM! Melihat senior yang mengajarkan banyak hal ke gue keluar dari PLN karena SK25!

TAK HANYA DIAM! Ketika masyarakat kita memerlukan listrik untuk menerangi rumahnya!

TAK HANYA DIAM! Melihat bagian Indonesia yang berpenduduk masih belum ter-terangi!

TAK HANYA DIAM! Melihat banyak rumah padam listriknya karena upaya kita menjaga dan memperluas jaringan kita!

TAK HANYA DIAM! Karena inilah yang disebut KERJA NYATA UNTUK TERANGI NEGERI!

            TAK HANYA DIAM! Karena gue adalah PEMUDA INDONESIA!

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Facebook : Sofyan Hendy

Twitter : @Hendy033

Instagram : Sofyan Hendy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun