Kekerasan simbolik pada perempuan Indonesia memang cukup kronis dan berlangsung tanpa disadari. Sehingga, meskipun kata ganti “dia” tidak dibedakan untuk laki-laki dan perempuan, tetapi diskriminasi gender sangat terasa.
Maka dari itu, rasanya kita masih sulit untuk menjauhi mis-gender di Indonesia. Apalagi sampai menyamakan toilet umum (tidak ada pembedaan men dan women atau male dan female) laki-laki dan perempuan. Karena sampai saat ini, pelaku kekerasan simbolik dan korban kekerasan simbolik masih beranggapan: kekerasan itu membawa nikmat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H