Ini begitu sejalan dengan yang dikatakan oleh Ibu Diana Jahja (Selaku Direktur IIEF Â dalam talkshow), bahwa pandemi ini memang membawa banyak kesulitan, membawa banyak cerita sedih, tapi di satu sisi yang lain pandemi ini juga menunjukkan pesan penting untuk kita semua, betapa berartinya kepekaan dan kepedulian terhadap sesama ternyata bisa menolong dan menyelamatkan hidup banyak orang, ini kalimat yang begitu penting sekali untuk kita perhatikan, beasiswa ini menyelamatkan banyak orang, tentu bukan hanya pihak yang diberikan beasiswa, (kalau berpikir seperti itu mungkin anda berpikir dalam ronde 1) tetapi juga guru yang masih dapat mengajar karena muridnya tetap bisa bersekolah, dan juga pihak sekolah/kampus yang tidak harus tutup atau bahkan mengirit secara paksa karena kekurangan murid.
Direktur IIEF ini juga mengatakan bahwa "kami sudah selalu sering mendapati bahwa mereka yang sukses, meraka yang bisa menjadi the agent of change yang handal adalah mereka yang memiliki hati dan kepedulian yang besar terhadap sesama dan lingkuangannya, saya sangat setuju sekali, betul, bangsa ini bukan hanya butuh orang-orang pintar (misalnya guru yang dapat mengajar, dan seterusnya), tetapi juga butuh orang-orang punya hati dan kepedulian yang besar, sebagaiman IIEF Â yang sudah mengusahakan beasiswa, kita percaya dan yakin kalau saja di bangsa Indonesia ini, dipenuhi lembaga seperti IIEF Â yang memusatkan perhatian dan kepeduliaannya kepada pendidikan, bangsa kita akan menjadi lebih baik, pertengkaran antara Plato yang mengajar demi kebijaksanaan dan Kaum Sofis pun akan segera kelar, karena akan banyak guru yang hidup dengan layak, dan dapat mempersiapkan materi dengan cukup waktu, tidak lagi harus mengais-ngais, lembaga sekolah dan kampus pun terpenuhi dalam biaya operasionalnya, ditambah murid akan belajar lebih tekun, karena tidak harus kuatir, misalnya saja belajar sembari memikirkan bayaran semester depan.
Kiranya apa yang dilakukan oleh IIEF Â ini bisa ditiru oleh banyak lembaga lainnya, lembaga yang tidak hanya memikirkan perut mereka sendiri (Kata Plato ini adalah tujuan hidup paling rendah, karena akarnya adalah di bawah, yaitu apa yang keluar di jamban), tapi kalau orang sudah memiliki tujuan yang lebih tinggi, dia akan menaruhnya di dada, kebanggaan, dan seterusnya, tetapi tujuan paling tinggi manusia bukanlah di dada, seperti kehormatan, kebanggan, senang disanjung, dijilat, dan seterusnya, atau bahkan lebih parah dari itu adalah menjadi penjilat, itu tujuan kedua yang terendah, kata Plato manusia memiliki tujuan di paling atas, yaitu di kepala, rasio manusia, dimana orang itu mampu berpikir dengan rasionya secara tepat, akal budi kita itu bukan hanya memimpin kita kepada yang baik secara teoretis, namun ia juga mendorong jiwa kita untuk melakukan tindakan, itulah sesungguhnya tujuan tertinggi manusia, ketika akal budinya yang baik mendorongnya untuk melakukan hal yang baik.
Sampai bertemu ditulisan berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H