Di beberapa spot riam cantik kami berhenti untuk berfoto ria.
Kemudian kami memutuskan naik ke atas Unga dengan melipir ke kiri ke arah hutan diiringi trek yang terjal menaiki tebing akar dan tanjakan yang “miring maksimal” kami berjibaku! Untungnya tak ada barang bawaan yang berat kami bawa…hanya kamera dan botol air minum. Sengaja kami tidak bawa bekal makanan karena berpikir tak kan lama.
Keputusan yang kelak kami sesali, karena belum sampai Unga pun kami sudah kelelahan dan mulai lapar.
Ketemu dengan jalur semestinya tak lama kami tiba di puncak Unga.
Puncak ini ternyata adalah puncak bayangan karena kami lihat ke atas masih ada 2 riam lagi berukuran medium yang letaknya 100m dari bibir puncak Unga.
Cukup tersembunyi dan terlindung pohon serta kelokan aliran sungai. Melepas lelah dengan berfoto, mandi dan merenung maka jam 2 siang kami balik pulang dengan jalur hutan. Beberapa pohon besar meranti menyapa kami dengan diameter sekitar 5 meter menjadi aset hutan tua ini semoga terus lestari.
Tiba di base camp dengan perut lapar pada pukul 3 sore. Sore itu kami habiskan waktu dengan memanjakan diri berenang, melihat2 hasil tangkapan batu akik, persiapkan pukat dan tajur, makan dan berlatih menjadi “native people” ala bedawat.
Setelah makan malam, kami hunting ikan lagi dengan tajur dan sampai jauh malam masih berjibaku dengan makan ikan bakar….yummmmyyyy
Sweet dream.