Mohon tunggu...
Hendro Adrian
Hendro Adrian Mohon Tunggu... Insinyur - Penggemar 'Dream Theater'

Pecinta cerita 'mountaineering'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hantu Gunung (Sebenarnya) Tidak Pernah Ada

15 Januari 2022   13:11 Diperbarui: 15 Januari 2022   18:30 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dengan latar belakang bukit 'Teletubbies'di Merbabu (dokumentasi pribadi) 

September 2017, Kharis Munandar hilang selama 3 hari di gunung Slamet (3,428 m) setelah terpisah dari ketiga temannya. Setelah ditemukan, Kharis bercerita bahwa dirinya banyak mengalami kejadian mistis.

Beberapa bulan yang lalu, Gibran Arrasyid juga hilang selama 6 hari di gunung Guntur (2,249 m). Gibran hilang saat ditinggal sendirian di tenda oleh 4 temannya yang mendaki ke puncak. Sama seperti Kharis, setelah ditemukan, Gibran juga bercerita banyak mengalami kejadian mistis. Bahkan cerita Gibran lebih 'seru' daripada cerita Kharis.

Saya sendiri pernah mengalami kejadian serupa saat turun dari gunung Merbabu (3,145 m) : berhadapan dengan seorang kakek yang mengajak saya untuk mengikutinya. Tapi saat itu saya tidak sendirian, ada dua teman lain yang berjalan di belakang saya.

Saat saya berhenti terpana di depan kakek tak dikenal itu, teman di belakang mendorong saya untuk terus berjalan : "Ayo Mas, terus jalan... tidak ada siapa-siapa", katanya.

"Itu ada orang tua baju kuning ngajakin jalan ke arah sana....", kata saya.

"Itu daun kering....terus jalan saja Mas", kata teman saya lagi.

Saya kembali berjalan dengan terus menatap ke arah kakek baju kuning itu, yang semakin dekat justru semakin 'blur', lalu hilang.

Pada umumnya cerita yang dialami pendaki yang hilang di gunung selalu serupa. Biasanya pendaki kelelahan, terpisah dari teman-temannya, kemudian ada yang ajak dan selanjutnya adalah cerita mistis.

Beruntung saat beradu pandang dengan kakek baju kuning di Merbabu itu saya tidak sedang sendirian.

Merbabu adalah gunung pertama yang saya daki. Waktu itu, April 2011, kami bertiga ditemani tiga porter berangkat dari Base Camp Selo jam sepuluh malam, sampai puncak sekitar jam tujuh pagi dan langsung turun lagi.

Saya berangkat tanpa persiapan fisik. Kondisi saya waktu itu memang menyedihkan, kelelahan dan kelaparan. Bukan karena kehabisan logistik, tapi karena tidak makan sejak siang sehari sebelumnya dan saya tidak bisa makan makanan gunung.

Kenyataannya bukan hanya pendaki 'tarkam' kelas 3000-an saja yang sering mengalami peristiwa aneh ataupun mistis di gunung. Pendaki professional kelas 8000-an pun banyak yang mengalaminya, terutama mereka yang tidak memakai bantuan oksigen saat mendaki.

Maurice Herzog misalnya, dalam bukunya 'Annapurna, The First Conquest of An 8000 meter Peak' menceritakan bahwa saat mendaki Annapurna (8,091 m) sendirian, dia merasa selalu ada pendaki lain yang mengikutinya.

Selama berhari-hari, pendaki yang sama yang tidak dia kenal itu, selalu mengikuti dan seolah mengajaknya berbicara. Yang menakutkan adalah, setiap kali Herzog melintas di jalur berbahaya, pendaki itu selalu membisikinya untuk melompat ke jurang.

Kemudian Frank Smythe, saat mendaki Everest (8,848 m) sendirian, merasa terus diikuti pendaki lain. Sedemikian nyatanya ilusi itu sampai suatu saat Smythe berbalik dan menawari pendaki tersebut untuk berbagi makan siang bersama.

Pendaki legendaris Reinhold Messner, dalam bukunya 'The Crystal Horizon', menceritakaan bahwa saat mendaki Everest sendirian, dia juga merasa selalu diikuti pendaki lain. Namun setiap kali menengok ke belakang, tidak ada siapapun.

Beberapa kali bahkan Messner merasa seperti sedang melayang dan bisa melihat dirinya sendiri sedang mendaki.

Masih banyak lagi cerita serupa seperti itu yang umumnya dialami pendaki 8000-an yang mendaki sendirian dan tidak memakai oksigen.

Sekarang pertanyaannya adalah : kenapa pola ceritanya selalu sama ?. Mestinya ada penjelasan yang masuk akal untuk banyaknya cerita yang seragam itu.

Dengan bantuan 'search engine', dengan mudah saya bisa mendapatkan banyak penjelasan. Yang tidak mudah adalah untuk bisa sepenuhnya mengerti penjelasan tersebut, karena umumnya sangat teknikal.

Penjelasan singkat dan sederhananya kira-kira sebagai berikut : Otak manusia bekerja secara modular, dengan bagian modul yang berbeda akan memberikan kontribusi yang berbeda pula pada cara kita berinteraksi dengan ruang sekitar.

Gangguan pada bagian modul tertentu akan mengakibatkan terjadinya perasaan kuat akan hadirnya seseorang di sekitar kita, biasa disebut halusinasi. Gangguan di bagian modul yang lain bahkan dapat menghasilkan sensasi melayang keluar dari tubuh, seperti yang dialami Messner di Everest.

Pada pendaki, gangguan modul di otak ini biasanya dipicu oleh kelelahan yang luar biasa ataupun - dalam kasus pendakian gunung dengan ketinggian ekstrim - karena kekurangan supply oksigen.

Jadi, saat bertemu kakek tak dikenal di Merbabu, kemungkinan besar salah satu modul di otak saya sudah mulai 'error' karena kelelahan dan kelaparan, hingga terserang halusinasi.

Menurut ahli kesehatan - dalam hal situasi di gunung - untuk menghindari halusinasi, jangan pernah biarkan pikiran kosong. Selalu gunakan pikiran untuk (misalnya) memecahkan hitungan-hitungan sederhana supaya tetap dapat berpikir logis. Bisa juga dengan memikirkan hal lain yang rasional.

Pendaki Barat sejak hampir seratusan tahun yang lalu sudah mengetahui phenomena ini, sehingga mereka tidak pernah takut untuk menjelajah ke bagian terpencil manapun di muka bumi ini.

Sedangkan pendaki lokal, (sayangnya) masih cukup banyak yang percaya dengan adanya 'kerajaan makhluk halus' dan semacamnya yang bermukim di atas gunung.

Saya sendiri lebih percaya dengan penjelasan yang lebih masuk akal seperti yang saya tulis di atas.

Sejak dari Merbabu, sudah lebih dari 15 gunung lain yang saya daki. Dengan persiapan fisik dan kualitas logistik yang lebih baik, saya tidak pernah lagi bertemu dengan kakek baju kuning. Termasuk saat bermalam di kawah gunung Sumbing (3,371 m), di dekat makam Ki Ageng Makukuhan yang dikeramatkan....  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun