Tidak ada satupun komunitas yang tidak terpengaruh oleh runtuhnya Caracas. Mulai dari rumah-rumah sederhana di permukiman kelas bawah hingga rumah mentereng di daerah kelas menengah-atas seperti La Florida, semua ikut terkena dampaknya.Â
Luis Saavedra, mantan konsultan keamanan industri minyak, mengatakan bahwa apartemen 13 lantai di tempat tinggalnya telah kehilangan lebih dari separuh penghuninya sejak Venezuela memasuki kekacauan ekonomi dan politik. Itu semua terjadi setelah Nicolas Maduro mengambil alih kekuasaan menyusul kematian Chavez pada 2013.Â
Empat-belas dari 26 flat yang ada sekarang kosong, pemiliknya mengungsi ke Spanyol, Portugal, Jerman, Argentina atau Amerika. Harga satu unit flat berukuran 180 meter-persegi jatuh dari $ 320.000 menjadi hanya $ 100.000, itupun tidak ada yang sanggup membeli. Pada bulan November yang lalu, apartemen tersebut bahkan tidak mendapat pasokan listrik selama 16 hari.Â
"Sosialisme yang dijalankan pemerintah telah menghabisi negara ini" kata Saavedra, 65 tahun, sambil menunjukkan isi salah satu dari lima flat kosong yang sekarang harus dia urus. "Sosialisme tidak membantu menyelesaikan urusan negara. Negara ini sudah selesai", katanya menambahkan.Â
Di bagian dalam flat, terlihat lembaran-lembaran kain disampirkan di sofa untuk melindungi dari debu. Potret keluarga berbingkai yang tertinggal dan tergeletak di meja memberi bukti bahwa kehidupan mereka benar-benar telah terganggu dengan kemunduran ekonomi Venezuela. "Mereka tidak bisa terus menetap di sini. Sekarang mereka tinggal di Portugal", kata Saavedra, "Benar-benar memalukan".Â
Saavedra, yang kedua anaknya tinggal di Spanyol, mengatakan bahwa dia sekarang - meski enggan - juga sudah mulai mempertimbangkan untuk ikut mengungsi. Menurut catatan UNHCR - komisioner PBB untuk urusan pengungsi - eksodus bersejarah yang berlangsung sejak 2015 ini sudah membengkak mendekati 3 juta orang, hampir 10% dari populasi Venezuela atau setara seluruh penduduk Caracas sebelum krisis.Â
Melonjaknya kriminalitas dan hancurnya kota Caracas, di mana bahkan para kelas menengah-ataspun sekarang sering hidup tanpa air dan listrik, membuat mereka tidak memiliki pilihan apapun. "Benar-benar menakjubkan. Pada jam 6 atau 7 malam tidak akan lagi terlihat mobil di jalanan dan pada jam 8 malam, jalanan benar-benar kosong. Ini adalah ibu kota yang dulunya memiliki kehidupan malam. Sekarang tidak lagi. Sekarang semua orang hanya diam di rumah".Â
Saavedra juga menceritakan peristiwa yang dialaminya beberapa waktu lalu saat dalam perjalanan pulang dari Miami. Turun dari pesawat, dia mendapatkan bandara internasional Caracas dalam keadaan gelap gulita karena pemadaman listrik. Padahal bandara ini pada jamannya pernah terhubung langsung ke Paris dengan penerbangan mewah Concorde enam jam. "Petugas imigrasi bahkan tidak bisa memeriksa kami karena tidak ada cahaya!", dia mencemooh. "Kami telah mundur 40 tahun dan kembali ke zaman kegelapan", cemoohnya lagi.Â
Kelas Bawah Ikut Mengungsi
Ketika Chavez berpidato pada perayaan kemenangannya sebagai presiden terpilih, dia menyatakan perang terhadap 'kemiskinan luar biasa' yang merusak tanah kelahirannya yang memiliki kekayaan minyak melimpah itu. Tapi nyatanya penduduk miskin Caracas saat ini juga ikut mengungsi. Mereka melarikan diri ke luar negeri karena kekurangan makanan, kekurangan obat-obatan, tidak ada pekerjaan, sistem transportasi umum yang ambruk dan hiperinflasi. IMF memperkirakan hiperinflasi di Venezuela akan mencapai 10.000.000% (sepuluh juta persen!!!) pada tahun 2019.Â
Solangel Jaspe, wakil kepala sekolah Katolik di daerah Cota-905, lingkungan kumuh dan miskin dengan tinggi tingkat kriminalitas tinggi, mengatakan bahwa dia memulai tahun ajaran baru dengan 909 siswa. "Hari ini tinggal 829 siswa dan terus berkurang", katanya.Â