Secara harfiah, rebranding dapat diterjemahkan sebagai sebuah proses untuk mengubah sebuah citra lama menjadi citra baru yang lebih bernilai. Lalu, mengapa sentra industri Tanggulangin memerlukan upaya rebranding? Menurut hemat penulis, ada beberapa hal yang mendorong perlunya rebranding Tanggulangin, yaitu: sebagai respon terhadap perkembangan dunia industri masa kini, perlunya peremajaan sarana, prasarana, dan model bisnis sebagai daya pikat bagi pengunjung, dan munculnya peluang baru untuk perluasan bisnis (ekspansi pasar).
Mengutip ungkapan dari Jeff Bezos, pendiri Amazon.com "Your brand is what other people say about you when your're not in the room" yang mengandung pesan implisit bahwa brand dapat diartikan sebagai sebuah citra diri yang melekat pada suatu individu. Bila diterjemahkan ke dalam definisi yang lebih luas (misalnya pada skala bisnis), brand dapat pula diartikan sebagai sebuah citra yang dimiliki oleh sebuah entitas perusahaan ataupun komunitas bisnis tertentu. Komunitas bisnis yang baik dan sehat tentunya mempunyai citra yang positif dari sudut pandang pasar. Bertolak dari pertimbangan tersebut, Â pemerintah berkomitmen untuk membangun kembali citra positif sentra industri Tanggulangin sebagai salah satu kekuatan ekonomi kreatif di masa mendatang melalui program rebranding. Â Â
Tujuan utama dari program rebranding adalah membangkitkan kembali masa-masa kejayaan Tanggulangin sebagai sentra industri kerajinan produk kulit melalui beberapa program revitalisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas dan daya saing pelaku usaha. Secara spesifik, program revitalisasi ini difokuskan pada sektor fisik dan kelembagaan. Revitalisasi pada sektor fisik memiliki sasaran utama untuk memperindah sarana dan prasarana sentra industri Tanggulangin di mata pengunjung.Â
Program ini difokuskan pada pengembangan sembilan identitas lokal, yaitu meliputi revitalisasi pintu gerbang utama, area pedestrian (pejalan kaki), kursi taman, tugu tas, dan atap area pedestrian, gapura kampung Tanggulangin, tugu Tanggulangin, storyboard dan mural, taman budaya dan kuliner, workshop perajin, dan moda transport kawasan wisata. Selain itu, program revitalisasi yang dicanangkan pemerintah juga meliputi revitalisasi kelembagaan koperasi INTAKO sebagai wadah yang menaungi kegiatan para pelaku usaha.
Dalam hal ini, INTAKO akan ditransformasi menjadi sebuah asosiasi bisnis modern yang diterima oleh seluruh pelaku usaha di kawasan industri Tanggulangin. Dengan adanya upaya revitalisasi tersebut, sentra industri Tanggulangin diharapkan dapat bertransformasi secara utuh menjadi kawasan wisata terpadu yang mengusung konsep 3 in 1, yaitu wisata belanja, wisata budaya dan kuliner, dan wisata edukasi industri yang terletak pada satu area.
Sebagai destinasi wisata belanja, program revitalisasi difokuskan pada peningkatan produktivitas dan pendapatan para perajin dan pedagang dari proses jual-beli. Selain itu, pemerintah juga akan mendorong tumbuhnya kuliner lokal sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar yang tidak berprofesi sebagai pedagang ataupun perajin.Â
Selain sebagai wisata belanja, Tanggulangin akan disulap menjadi kawasan wisata budaya. Melalui konsep ini para pengujung akan disuguhkan oleh berbagai macam kegiatan budaya asli setempat, misalnya dengan tampilan atraksi seni dan promosi busana lokal yang dipakai para pramuniaga.
Terakhir, sebagai wisata edukasi sentra industri Tanggulangin akan menyuguhkan beberapa kegiatan yang bersifat edukatif bagi para pengujung dengan cara menampilkan informasi sejarah perkembangan sentra industri Tanggulangin melalui storyboard, mengedukasi pengunjung tentang teknik produksi yang ramah lingkungan, mempertontonkan cara perajin memproduksi hasil kerajinan, serta diselenggarakannya berbagai kegiatan workshop.
 Paket wisata 3 in 1 ini seyogianya dapat menjadi magnet dalam menarik minat para pengunjung untuk berbelanja, sekaligus semakin mengukuhkan predikat Sidoarjo sebagai kota UKM.
Rebranding dan Peluang di Era Ekonomi Digital
Sebagai salah satu sentra ekonomi kreatif, IKM Tanggulangindituntut responsif terhadap berbagai perubahan di tengah semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun. Dewasa ini, terjadinya pergeseran dari sistem ekonomi konvensional ke sistem ekonomi digital semakin dirasakan oleh masyarakat. Pada era perkembangan teknologi digital (digitalisasi) di bidang ekonomi, sentra industri Tanggulangin tidak dapat terus-menerus bergantung pada sistem pasar konvensional bila ingin bersaing secara nasional dan global. Berdasarkan hasil studi yang dirilis oleh McKinsey, hampir 12% perdagangan global di sektor barang dilakukan melalui platform digital. Bahkan, di Indonesia sendiri geliat ekonomi digital sudah begitu terasa, yang ditandai dengan munculnya sederetan unicorn digital, diantaranya perusahaan Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia. Bagi para pelaku usaha di Tanggulangin, kehadiran ekonomi digital dapat dipandang sebagai sebuah peluang dalam meningkatkan skala pemasaran produk. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia. Â