Mohon tunggu...
Hendris Wongso
Hendris Wongso Mohon Tunggu... -

Pribadi yang tidak ingin menyia-nyiakan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Imunisasi dan Masa Depan Indonesia

28 September 2018   12:21 Diperbarui: 28 September 2018   12:51 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5. Wajah sehat dan ceria para anak Indonesia saat peringatan HAN 2016 (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id).

"Imunisasi bukanlah hal baru di Indonesia. Perannya dalam meningkatkan kualitas kesehatan telah dirasakan oleh masyarakat luas. Berbagai penyakit infeksi dapat dengan mudah ditangkal dengan imunisasi. Jadi, masihkah kita ragu dengan imunisasi"?

Disadari atau tidak, imunisasi adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah kerangka kualitas kesehatan masyarakat. Bahkan banyak kalangan menilai imunisasi merupakan strategi yang paling efektif dalam membantu tubuh melawan berbagai jenis mikroba patogen penyebab penyakit tertentu.

Berdasarkan terminologinya, imunisasi dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah proses membangun kekebalan tubuh dalam merespon berbagai jenis infeksi yang berpotensi menurunkan kualitas kesehatan atau bahkan menyebabkan kematian.

Imunisasi pertama kali dikenal dan mulai diterapkan pada abad ke-15 di Tiongkok dengan cara  menginokulasikan serbuk cacar pada orang sehat. Upaya serupa juga dilakukan oleh kelompok kasta Brahmana di India, para dokter di jazirah Arab, dan sarjana-sarjana dari Mesir.1 Sejak saat itu, pengetahuan imunisasi mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. 

Pada tahun 1796, vaksin pertama berhasil dikembangkan dan diperkenalkan oleh Edward Jenner, seorang dokter berkebangsaan Inggris.2 Vaksin ini dikenal dengan sebutan smallpox vaccine yang secara mengejutkan mampu membangun kekebalan tubuh dalam melawan dan mencegah infeksi yang disebabkan virus Variola. Penemuaan yang dinilai fenomenal tersebut seketika menyontak perhatian dunia medis sekaligus menjadi cikal bakal lahirnya ilmu imunisasi yang dikenal sampai saat ini.Seiring berjalannya waktu, pengetahuan dan teknologi imunisasi terus berkembang. Beberapa penyakit infeksi, bahkan yang berbahaya sekalipun dapat dicegah dengan mudah. Dewasa ini, imunisasi tidak hanya digunakan sebagai upaya pencegahan (profilaksis) namun dapat pula digunakan untuk pengobatan (terapeutik), misalnya untuk penyembuhan tumor dan kanker.

Program imunisasi di Indonesia sudah di mulai sejak lama, tepatnya pada tahun 1956 dimana imunisasi cacar pertama kali diberikan.3 Sejak saat itu, jenis dan cakupan imunisasi terus diperluas. Bahkan di tahun 1977 Indonesia kian gencar dalam menggiatkan program imunisasi dengan diterapkannya program EPI (Expanded Program of Immunization) atau dikenal pula dengan Program Pengembangan Imunisasi. Program ini menjadi titik tolak lahirnya era baru program imunisasi nasional di Indonesia.

Namun, sebagai negara berkembang dengan populasi penduduk yang terbilang tinggi, ditambah dengan kondisi geografis yang sangat luas, program imunisasi masih menyisakan beberapa pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pemerintah. Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi secara nasional telah mencapai angka 91% pada tahun 2016.

Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 87%.4  Walaupun angka cakupan imunisasi sudah terbilang tinggi dan mencapai target yang ditetapkan, upaya pemerataan imunisasi hingga ke pelosok daerah masih menjadi isu yang terus dipertanyakan. Hal ini pun berdampak pada belum optimalnya peran imunisasi dalam menyediakan kualitas kesehatan individu secara merata.

Kesenjangan ini dapat dilihat dari angka estimasi imunisasi yang dikeluarkan WHO/UNICEF (joint report) pada tahun 2015, dimana masih terdapat sekitar hampir satu juta anak Indonesia yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap atau sama sekali belum pernah diimunisasi.4 Fakta ini membuka mata kita, bahwa pelayanan dan pemerataan imunisasi masih menjadi permasalahan serius yang perlu dicari solusinya. 

Gambar 2. Peta cakupan imunisasi secara global (Sumber: WHO/UNICEF, 2018).
Gambar 2. Peta cakupan imunisasi secara global (Sumber: WHO/UNICEF, 2018).
Manfaat Imunisasi Bagi Tubuh

Proses imunisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun yang paling umum dapat dilakukan melalui vaksinasi. Vaksin merupakan "senjata" biologis berisikan mikroba penyebab penyakit yang bersifat non aktif karena telah dilemahkan atau dalam kondisi mati. Keberadaan vaksin di dalam tubuh dapat diibaratkan sebagai benteng pertahanan yang mampu membantu tugas sistem imum dalam melawan dan mencegah serangan infeksi. 

Ditinjau dari ilmu biologi, mekanisme kerja vaksin dimulai ketika sistem imun merespon keberadaan vaksin sebagai benda asing yang akan menyerang tubuh. Sistem imun kemudian mengirimkan sel khusus (antibodi) untuk memberantas vaksin sembari membentuk memori atas kejadian tersebut. Sebagai akibatnya, sistem imun akan selalu bersiap siaga (alert) apabila patogen sesungguhnya menyerang tubuh di kemudian hari.  

Melalui vaksinasi, berbagai jenis penyakit infeksi dapat dicegah. Salah satu contohnya adalah infeksi polio. Polio (poliomielitis) merupakan penyakit menular yang disebakan virus Polio yang dapat menimbulkan kelumpuhan hingga kematian. Tercatat, sejak dikembangkannya vaksin tersebut, kejadian infeksi polio menurun dengan drastis di berbagai belahan dunia. 

Di Indonesia, wabah polio terakhir kali muncul pada tahun 2005-2006 yang menyebabkan ratusan anak mengalami lumpuh permanen. Namun, setelah digencarkan kembali imunisasi polio, tidak ada kejadian polio baru yang muncul hingga saat ini. Di tahun 2014 Indonesia pun berhasil meraih sertifikat bebas polio dari WHO.5

Gambar 3. Vaksinasi polio (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id).
Gambar 3. Vaksinasi polio (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id).
Dilaporkan bahwa hingga tahun 2018, hanya tersisa tiga negara endemik polio, yaitu Afganistan, Nigeria, dan Pakistan. Amerika Serikat sebagai negara maju melaporkan bahwa negaranya sudah terbebas dari penyakit polio sejak tahun 1979.6 Di Indonesia sendiri peranan imunisasi telah dirasakan oleh masyarakat luas dari generasi ke generasi. Beberapa penyakit infeksi lainnya yang dapat ditangkal dengan imunisasi meliputi tuberkulosis, campak, campak rubella, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, Haemophilus influenzae type b (Hib).

Tantangan Program Imunisasi

Gencarnya pemberian imunisasi memberikan kontribusi positif dalam menurunkan angka kematiandan cacat permanen yang disebabkan oleh berbagai jenis infeksi. Secara global, imunisasi telah diakui sebagai salah satu alat intervensi kesehatan yang paling ampuh dan ekonomis. UNICEF memperkirakan bahwa secara global program perlindungan imunisasi mampu menekan angka kematian sebesar 2-3 juta jiwa setiap tahunnya.7   

Perlu juga diketahui bahwa imunisasi tidak hanya memproteksi individu yang bersangkutan, namun juga sebagai bagian dari proteksi kesehatan masyarakat secara utuh. Seperti yang kita tahu bahwa kebanyakan penyakit infeksi tergolong ke dalam kategori penyakit menular yang dapat dengan mudah disebarkan dari individu ke individu lainnya. 

Bertolak dari fakta tersebut, upaya imunisasi sangat vital perannya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, tidak hanya kesehatan individu semata. Dengan demikian, pencapaian "imunitas nasional" sudah selayaknya menjadi top priority pemerintah Indonesia. Namun untuk mencapai target ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Minimnya fasilitas layanan imunisasi masih menjadi penyebab utama rendahnya tingkat imunisasi di daerah-daerah pelosok. Selain itu, akses infrastruktur penghuhung suatu daerah ke daerah lainnya juga masih menjadi masalah yang tak kunjung terselesaikan. Hal ini kerapkali menjadi kendala utama bagi para petugas imunisasi untuk menjangkau hingga ke daerah-daerah pelosok, terutama kawasan yang masih terisolasi.

Gambar 4. Potret perjuangan petugas imunisasi di pelosok Lampung (Sumber: Lampung Post).
Gambar 4. Potret perjuangan petugas imunisasi di pelosok Lampung (Sumber: Lampung Post).
Selain itu, tantangan program imunisasi juga datang dari paradigma masyarakat. Segelintir orang masih kerap kali mempertanyakan urgensi dan peran imunisasi bagi kesehatan. Beberapa pertanyaan yang kadang muncul, misalnya: (1) Apakah imunisasi tergolong aman? (2) Bagaimana dengan efek samping imunisasi? (3) Bagaimana imunisasi dilihat dari sudut pandang keagamaan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari beberapa faktor di antaranya pemahaman yang masih kurang, paradigma keliru pada sebagian kalangan, dan mitos salah tentang imunisasi. Hal ini terlihat dengan semakin maraknya gerakan antivaksin di Indonesia yang didasari oleh berbagai argumen. Dan ada pula yang berpandangan bahwa imunisasi merupakan konspirasi besar yang dibangun negara barat.

Tantangan-tantangan yang terjadi saat ini setidaknya menjadi batu kerikil yang sedikit banyak menghambat perjalanan Indonesia guna mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang mumpuni di masa mendatang. 

Oleh sebab itu, diperlukan program nyata dari berbagai pihak melalui edukasi yang menyeluruh dan berkelanjutan, inovasi kebijakan maupun inovasi teknologi di bidang imunisasi, hingga mempererat jalinan kerjasama dengan berbagai pihak terkait dalam menciptakan model kebijakan yang solutif dan tepat sasaran. Selain itu, tersedianya jaminan layanan imunisasi merupakan faktor penting dalam menjamin kerberhasilan program imunisasi nasional.

Bila berkaca dari negara-negara maju, imunisasi menjadi prioritas utama di bidang kesehatan. Sebagai contoh negara Australia, dimana pemerintah negara tersebut sangat getol dalam mengimplementasikan program imunisasi. Di beberapa negara bagian, sertifikat vaksinasi bahkan menjadi salah satu syarat bagi anak untuk mendaftar sekolah ataupun fasilitas child care.

Investasi Masa Depan

Kesehatan anak menjadi dasar dalam menentukan berhasil tidaknya tumbuh kembang mereka. Namun, tumbuh kembang seringkali dianggap sebagai hal yang alamiah, mudah, dan sederhana.

Sebagian orang tua mengartikan tumbuh kembang anak sekedar dinilai dari bertambahnya tinggi dan berat badan. Padahal tumbuh kembang anak mencakup berbagai jenis aspek yang lebih penting misalnya kecukupan gizi, kekebalan tubuh terhadap penyakit, kesehatan mental dan spiritual, bahkan mencakup aspek intelegensi anak.

Sebagai upaya dalam meningkatkan partisipasi imunisasi di kalangan masyarakat, segenap golongan masyarakat baik itu pengambil kebijakan, industri, akademisi, dan tenaga medis memiliki peran yang vital.

Namun upaya ini seyogyanya dimulai dari keluarga. Dengan demikian peran orang tua sangatlah penting dalam memastikan pemberian imunisasi kepada anak-anak mereka. Perlu diingat oleh setiap orang tua bahwa imunisasi bukanlah kebutuhan sekunder ataupun tersier, namun merupakan kebutuhan primer dan hak dasar anak atas akses kesehatan yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu, pemberian perlindungan imunisasi secara lengkap dan tepat waktu adalah sebuah keharusan.    

Berkurangnya wabah-wabah penyakit infeksi di berbagai belahan dunia merupakan bukti nyata bahwa imunisasi memainkan peran signifikan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Beberapa dekade lalu sejarah mencatat bahwa kejadian wabah penyakit seperti cacar, campak, dan polio telah merenggut nyawa jutaan populasi manusia. Namun, seiring dengan dilakukannya imunisasi, wabah-wabah tersebut perlahan berkurang bahkan hilang sama sekali. 

Berkaca dari sejarah masa lalu, benang merah dan urgensi imunisasi semakin terlihat jelas. Imunisasi selayaknya dipandang sebagai solusi masalah kesehatan di masyarakat, khususnya dalam menurunkan angka kejadian penyakit infeksi. Imunisasi pun dapat dipandang sebagai sebuah investasi bagi anak-anak kita. 

Melalui imunisasi pemerintah berupaya memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita dalam menyongsong masa depan yang lebih cerah. Semoga saja anggaran besar (1,84 triliyun pada tahun 2017) yang digelontorkan pemerintah demi menggalakkan program imunisasi nasional tidak menjadi sia-sia. Diharapkan pula, angka cakupan imunisasi dapat terus meningkat di tahun-tahun mendatang demi menyongsong Indonesia sehat. 

Gambar 5. Wajah sehat dan ceria para anak Indonesia saat peringatan HAN 2016 (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id).
Gambar 5. Wajah sehat dan ceria para anak Indonesia saat peringatan HAN 2016 (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id).
Daftar Referensi

1. Djauzi dan Rambe. 2013. Imunisasi: Sejarah dan Masa Depan. Cermin Dunia Kedokteran. CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

2. Kompas. 2011. Edward Jenner, Bapak Vaksinasi. kompas.com. Url:. Diakses 26 September 2018.

3. Info Imunisasi. 2006. Sejarah Imunisasi di Indonesia. infoimunisasi.com. Url. Diakses 27 September 2018.

4. Kementerian Kesehatan. 2017. Cakupan Imunisasi Nasional Alami Peningkatan. depkes.go.id. Url: http://www.depkes.go.id/article/view/17042600002/cakupan-imunisasi-nasional-alami-peningkatan.html. Diakses 25 September 2018.

5. Antara News. 2014. Indonesia Terima Sertifikat Bebas Polio. antaranews.com. Url. Diakses 27 September 2018.

6. VOA Indonesia. 2005. 50 Tahun Ditemukannya Vaksin Polio. voaindonesia.com. Diakses 22 September 2018.

7. UNICEF. 2017. UNICEF Data: Monitoring the situation of children and women. Ur. Diakses 28 September 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun