Ditinjau dari ilmu biologi, mekanisme kerja vaksin dimulai ketika sistem imun merespon keberadaan vaksin sebagai benda asing yang akan menyerang tubuh. Sistem imun kemudian mengirimkan sel khusus (antibodi) untuk memberantas vaksin sembari membentuk memori atas kejadian tersebut. Sebagai akibatnya, sistem imun akan selalu bersiap siaga (alert) apabila patogen sesungguhnya menyerang tubuh di kemudian hari. Â
Melalui vaksinasi, berbagai jenis penyakit infeksi dapat dicegah. Salah satu contohnya adalah infeksi polio. Polio (poliomielitis) merupakan penyakit menular yang disebakan virus Polio yang dapat menimbulkan kelumpuhan hingga kematian. Tercatat, sejak dikembangkannya vaksin tersebut, kejadian infeksi polio menurun dengan drastis di berbagai belahan dunia.Â
Di Indonesia, wabah polio terakhir kali muncul pada tahun 2005-2006 yang menyebabkan ratusan anak mengalami lumpuh permanen. Namun, setelah digencarkan kembali imunisasi polio, tidak ada kejadian polio baru yang muncul hingga saat ini. Di tahun 2014 Indonesia pun berhasil meraih sertifikat bebas polio dari WHO.5
Tantangan Program Imunisasi
Gencarnya pemberian imunisasi memberikan kontribusi positif dalam menurunkan angka kematiandan cacat permanen yang disebabkan oleh berbagai jenis infeksi. Secara global, imunisasi telah diakui sebagai salah satu alat intervensi kesehatan yang paling ampuh dan ekonomis. UNICEF memperkirakan bahwa secara global program perlindungan imunisasi mampu menekan angka kematian sebesar 2-3 juta jiwa setiap tahunnya.7Â Â
Perlu juga diketahui bahwa imunisasi tidak hanya memproteksi individu yang bersangkutan, namun juga sebagai bagian dari proteksi kesehatan masyarakat secara utuh. Seperti yang kita tahu bahwa kebanyakan penyakit infeksi tergolong ke dalam kategori penyakit menular yang dapat dengan mudah disebarkan dari individu ke individu lainnya.Â
Bertolak dari fakta tersebut, upaya imunisasi sangat vital perannya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, tidak hanya kesehatan individu semata. Dengan demikian, pencapaian "imunitas nasional" sudah selayaknya menjadi top priority pemerintah Indonesia. Namun untuk mencapai target ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Minimnya fasilitas layanan imunisasi masih menjadi penyebab utama rendahnya tingkat imunisasi di daerah-daerah pelosok. Selain itu, akses infrastruktur penghuhung suatu daerah ke daerah lainnya juga masih menjadi masalah yang tak kunjung terselesaikan. Hal ini kerapkali menjadi kendala utama bagi para petugas imunisasi untuk menjangkau hingga ke daerah-daerah pelosok, terutama kawasan yang masih terisolasi.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari beberapa faktor di antaranya pemahaman yang masih kurang, paradigma keliru pada sebagian kalangan, dan mitos salah tentang imunisasi. Hal ini terlihat dengan semakin maraknya gerakan antivaksin di Indonesia yang didasari oleh berbagai argumen. Dan ada pula yang berpandangan bahwa imunisasi merupakan konspirasi besar yang dibangun negara barat.