Mohon tunggu...
Hendris Wongso
Hendris Wongso Mohon Tunggu... -

Pribadi yang tidak ingin menyia-nyiakan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Menguak Sisi Tersembunyi Potensi Energi Indonesia

8 Oktober 2013   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:50 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"......Hingga Senin, 23 September 2013, kecemasan masih meliputi teman dan keluarga Taiban, seorang nelayan asal Pulau Pengerrungan Kecil, Kecamatan Sapekan, Sumenep, Jawa Timur. Suasana cemas tersebut bukan tanpa alasan. Bayangkan saja, sudah lima hari melaut Taiban belum juga pulang. Sampai saat ini tak jua kembali. Besar dugaan Taiban telah tewas ditelan ombak. Beberapa warga yang berusaha mencari mayat Taiban sama sekali tidak membuahkan hasil. Menurut keterangan warga, tewasnya Taiban tak lepas dari aksi nekatnya melaut dengan hanya menggunakan perahu dayung untuk mencari tangkapan. Ketika itu, perahu motor yang biasa ia gunakan untuk melakukan aktivitas keseharian sebagai seorang nelayan tak dapat digunakan. Bukan karena rusak, tetapi tidak ada solar yang dapat ia gunakan sebagai bahan bakar. Oleh desakan perut, Taiban pun terpaksa melaut menggunakan perahu dayung. Akibatnya, ajal tak dapat ditolak."

Penggalan cerita di atas merupakan salah satu dampak nyata dari kelangkaan BBM yang melanda masyarakat Indonesia. Tidak hanya Taiban, di berbagai belahan daerah masih banyak pula masyarakat yang harus hidup dengan keterbatasan BBM. Tak jarang, harga BBM melambung khususnya di pelosok dan perbatasan Indonesia. Dengan harga BBM yang selangit, masyarakat yang hidup jauh dari pusat pemerintahan harus pandai-pandai mengatur kondisi ekonominya. Langka dan mahalnya harga BBM di sebagian daerah boleh jadi disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan masyarakat, sementara ketersediaannya semakin terbatas.

Dengan luas daratan 1.919.440 km2, luas lautan 3.273.810 km2, dan jumlah pulau mencapai 17.508 buah (Wikipedia, 2013), serta kekayaan alam yang melimpah ruah, krisis energi menjadi ironi tersendiri bagi bangsa ini.

Gambar 1. Peta Indonesia

(sumber : di sini).

Sampai hari ini, Indonesia masih mengimpor BBM yang jumlahnya tidak sedikit. Berdasarkan kalkulasi Kementerian ESDM impor BBM Indonesia saat ini mencapai 400 ribu barel/hari dan impor minyak mentah mencapai 350 ribu barel/hari (detik.com, 2013). Kenyatan ini membuat cita-cita kemandirian energi nasional kian buyar. Padahal, Indonesia memiliki banyak peluang dalam mengembangkan energi alternatif.

Di lain pihak, eksploitasi secara terus-menerus terhadap energi yang berasal dari bahan bakar fosil (unrenewable energy) untuk berbagai keperluan manusia seperti industri, transportasi, dan rumah tangga mengakibatkan keberadaan energi tersebut semakin berkurang. Sementara itu, permintaan konsumen terhadap bahan bakar fosil terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan industri, dan produksi kendaraan bermotor. Kondisi ini menyebabkan permintaan bahan bakar fosil tidak sebanding lagi dengan produksinya sehingga dikuatirkan di masa yang akan datang energi tersebut akan habis. BP Migas (sekarang SKK Migas) dalam Statistical Review of World Energy Tahun 2011 memperkirakan bahwa jumlah energi fosil dari seluruh dunia hanya akan cukup digunakan sampai tahun 2050 (BP Migas, 2011). Hal ini juga diperparah oleh dampak penggunaan energi fosil yang semakin terasa, terutama dalam menginduksi terjadinya peningkatan pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim dunia.

Seiring dengan ketersediaan energi dunia (bahan bakar fosil) yang kian menipis, Indonesia pun mulai sadar untuk melakukan transformasi kebijakan di bidang energi. Pencarian energi alternatif dipandang sebagai langkah jitu guna menjawab tantangan energi di masa mendatang sekaligus memutus rantai ketergantungan Indonesia pada energi dunia. Kebijakan yang diambil pemerintah telah melahirkan beberapa opsi sumber energi masa depan seperti geothermal, tenaga angin, tenaga ombak, solar cell, biomassa, hingga nuklir. Dari sekian banyak opsi tersebut, pemerintah masih terlihat gamang dalam menentukan opsi prioritas.

Terlepas dari itu semua, ternyata Indonesia menyimpan sebuah potensi energi yang menjanjikan yaitu biofuel dari mikroalga. Banyak yang belum mengetahui hal ini, namun di beberapa negara pengembangan mikroalga sebagai biodiesel dan bioetanol terus dilakukan. Sebelum menguak lebih jauh potensi energi dari mikroalga, sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu mikroalga.

Kaya Kandungan Bahan Baku Biofuel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun