Mohon tunggu...
Hendri Ma'ruf
Hendri Ma'ruf Mohon Tunggu... lainnya -

Hobi "candid photo," suka traveling, dan senang membaca plus menulis. Pernah bekerja di perusahaan, sekarang berkarya mandiri. Meminati masalah kepemimpinan, manajemen, dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah tentang Corinne Sutter

8 April 2016   21:16 Diperbarui: 9 April 2016   05:27 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Corinne Sutter"][/caption]Perempuan cantik dari Aarwangen, Swiss, ini bernama Corinne Sutter. Dia adalah pelukis cepat yang bisa menggambar wajah orang dalam waktu singkat. Dan untuk pertunjukan, dia bisa melukis dengan bahan lem dan bubuk berwarna. Suatu hari, acara reality show sebuah TV dari Swiss bernama DGST yang merupakan franchise dari Britain Got Talent mendorong Corinne untuk ikut menjadi peserta. Merespon dorongan itu, Corinne pun bersedia.

Saat gilirannya tiba, dengan peralatannya yang sudah siap, dia pun mulai menggambar. Kisahnya di ajang DGST ini meledak di dunia maya (viral) dan memberi pelajaran penting arti “sabar” dan “bijaksana.”

 

Sebelum kisah Corinne ini dilanjutkan, ada baiknya mampir dulu ke kisah Got Talent lain, yaitu dari negeri Ukraine. Adalah seorang kontestan, bernama Denis Ditinyuk, yang juga seorang pelukis cepat dengan lem dan bubuk berwarna. Kontestan Ukraine ini (Denis Ditinyuk) mulai melukis di menit 1:35, atau dalam jumlah detik sama dengan detik ke-95.

Di menit ke 3:31 barulah terlihat hasilnya. Jika dihitung, maka total waktu dari memulai sampai selesai gambarnya waktu yang dibutuhkan adalah 1 menit 56 detik atau 116 detik. Sampai menjelang akhir proses, audiens dan juri tidak tahu gambar apa yang sedang dibuat.

Selama 116 detik itu, tak satupun juri menekan tombol merah (penolakan). Begitu hasilnya terlihat, maka seorang juri yang wajahnya digambar segera membungkuk sebagai tanda penghormatan. Hormat atau salute karena tak menyangka bahwa gambar yang awalnya sulit diketahui gambar apa, ternyata gambar wajah dirinya. Karena Denis menggambarnya secara terbalik.

Lalu, bagaimana dengan Corinne?

Dalam sebuah tayangan Youtube yang diterbitkan oleh Die grössten Schweizer Talente pada 29 Maret 2016, Corinne yang cantik memulai melukis di awal tayangan. Juri menyimak dengan antusias. Detik demi detik berlalu, antusiasme masih tinggi di hati para juri. Kedua jari Corinne memainkan alat gambarnya. Musik pengiring pun terdengan riang. Juri perempuan satu-satunya, Susanne Kunz, terlihat terbawa alunan musik pengiring.

Sampai kemudian di detik ke-27 segera wajah bosan Susanne tertangkap kamera. Di detik ke-44, Susanne menekan tombol merahnya yang berarti menolak kontestan. Juri pria di sebelahnya menyusul menekan tombol merahnya di detik ke 50. Susanne tampak gelisah karena merasa bosan dengan pertunjukan Corinne yang terkesan biasa saja.

Susanne tampak mencoba mempengaruhi kedua juri lain untuk segera menekan tombol merah mereka. Dia berkata: “Tidak ada lagi yang bisa dilihat—sudah berjam-jam.”

Salah satu dari kedua juri itu berkata: “Apa itu yang di bagian bawah?”

Susanne mengangkat gelas minumannya sambil berkata: “Tak ada apa-apa.”

Rupanya juri ketiga terpengaruh. Maka di detik ke-70 dia menekan tombol merahnya. Sementara juri keempat, yang berambut perak dan dirinya sedang digambar oleh Corinne masih bertahan tidak ikut-ikutan menekan tombol merahnya. Mungkin karena ia masih penasaran.

Susanne berkata: “Mister Gress....” yang segera ditimpali rekannya: “dia tak mau menekan tombolnya karena gambarnya adalah gambar dirinya.”

Mister Gress menjawab: “Saya tidak harus menekan tombolnya kan?!” Namun, tak lama kemudian keraguannya segera terlihat. Jarinya segera siap menekan tombol merahnya. Teeet segera terdengar suara tanda tombol merahnya telah ditekan. Itu terjadi di detik ke-78. Cukup cepat juga dia terpengaruh oleh kata-kata Susanne. Karena semua juri sudah menekan maka lampu panggung berubah menjadi merah semua.

Corinne langsung tahu bahwa dirinya gagal. Namun dia tetap meneruskan pekerjaannya. Semua hadirin terdiam. Mereka semua ingin tahu gambar apa yang akhirnya akan muncul. Detik demi detik berlalu. Wajah Corinne terlihat berubah menjadi sedih. Matanya tampak kemerahan. Bahasa tubuh Mister Gress menunjukkan arti “Maaf.” Tapi Corinne terus menuntaskan tugasnya.

Jika dibandingkan dengan pengalaman Denis Ditinyuk, maka pengalaman Corinne sungguh tidak enak, bahkan cenderung menyakitkan hatinya. Juri di ajang Ukraine Got Talent bisa menunggu 116 detik. Tetapi juri di Switzerland Got Talent punya daya tahan menunggu yang sangat pendek, 45 detik. Paling lama 78 detik.

Pada akhirnya di detik ke-101 karyanya terlihat, ketika lukisan Corinne diputar sisi bawah menjadi sisi atas. Terdengar suara gemuruh audiens yang kagum. Salah satu juri berkata: “Nah sekarang kita semua terlihat bodoh.” Orang-orang di dalam studio pun berdiri. Ketiga juri pria berdiri.  

Mister Gress langsung menuju panggung, menyampaikan permohonan maafnya karena terlalu cepat menekan tombolnya. Ketiga juri lainnya pun memuji kepiawaian Corinne. Akhirnya, Mister Gress, Susanne, dan satu juri lainnya memberi kata “ya” untuk Corinne melanjutkan ke babak berikutnya.

Video tampilan Corinne itu menjadi viral, ditonton 5 juta kali, di berbagai media sosial. Banyak orang yang mengritik juri. Tetapi Corinne tidak ikut-ikutan mengritik juri. Tak ada kata-kata darinya yang menyayangkan tindakan juri sesudah penampilannya itu.

Jiwa besar Corinne memberi kita inspirasi apa arti bersikap positif, berjiwa besar, dan tidak berkata buruk pada orang yang menyakiti hati. (Anda akan lebih merasakan suasana batin Corinne jika Anda menonton videonya via link di bawah ini.)

-------------------------------------------

Catatan:

Video penampilan Corinne di DGST yang menjadi viral: 
https://www.youtube.com/watch?v=U6vSwRHYOSo

Video wawancara Corinne Sutter yang bijaksana, dapat disimak di sini:

https://www.youtube.com/watch?v=qFKYg0UqtyM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun