Tantangan dan Petuah Menjaga Alam
Upaya yang dilakukan pengelola Rumah Pelangi kala itu merintis kawasan perlindungan alam di daerah tersebut bukan tanpa rintangan. Rintangan Pertama menurutnya karena harus berhadapan dengan para penebang pohon, bahkan sejumlah pohon di kawasan Rumah Pelangi pernah ditebang oleh orang luar. ”Kita coba mendatangi yang bersangkutan dan memberikan pemahaman agar tidak meneruskan kegiatannya di lahan kita. Di luar lahan kita, penebangan jalan terus, termasuk pengambilan cerucuk” ungkapnya
Rintangan berikutnya, kesulitan dalam hal keuangan. Namun demikian kendala tersebut tidak menyurutkan langkah yang dilakukan. Meskipun tidak mendapat bantuan finansial dari mana pun, ia mencoba jalan terus semampunya. Ketiga mengenai sikap acuh tak acuh masyarakat kala itu. ”Sebagian besar masyarakat belum menangkap makna pelestarian lingkungan hidup. Hal itu terbukti dari penebangan yang tiada hentinya, termasuk penjualan tanah, eksploitasi tambang yang merusak alam, pembukaan lahan hutan tanaman industri, dan perkebunan sawit yang merambah hutan resapan air.”
Terakhir menurutnya yang menjadi tantangan adalah sikap yang kurang proaktif dari pemerintah, baik propinsi maupun kabupaten. Pihaknya merasa berjalan sendiri, tanpa ada perhatian.
Dibalik sejumlah tantangan, Pastor Samuel Oton Sidin juga memiliki sejumlah petuah. Satu petuah yang penting sebagaimana dikatakan bahwa; ”Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal manusia. Karena itu, siapa pun dia, entah percaya pada Tuhan atau tidak, memiliki tanggung jawab untuk memelihara alam.” Pesan yang menyiratkan pentingnya peran bumi bagi kehidupan sehingga perlu dijaga oleh siapapun.
Ketertarikan sosoknya yang mengesankan atas upaya yang selama ini digeluti disadari bukan karena tuntutan dirinya sebagai seorang biarawan semata, namun karena minatnya yang begitu besar untuk melestarikan lingkungan.
Melalui Rumah Pelangi, Pastor Samuel mewujudkan karya pelestarian lingkungan alam. Dibandingkan dengan begitu luasnya hutan yang telah dirusak, ia menyadari tidak banyak yang bisa diselamatkan.
”Yang kita lakukan di sini adalah menghimbau dengan perbuatan kongkrit, tidak dengan paksaan dan banyak kata, tetapi dengan perbuatan. Sehari-hari kita terus memelihara yang ada dan menanam, sedikit sih yang bisa kita selamatkan tetapi ini menjadi suatu himbauan/peringatan. Ini adalah suara, himbauan, tuntutan kemanusiaan, keimanan dan kefransiskanan. Seruan aktual jaman sekarang ini,” bebernya.
Pemahaman mengenai ekologi beserta hukum-hukumnya dipandang penting untuk memperlakukan alam dengan baik. Pastor Samuel mengingatkan bahwa sebagai manusia kita harus sudah bertanggungjawab terhadap rumah tempat tinggal sendiri yakni bumi.
Ia sadar betul bahwa alam sedang dirusak dan hutan dibabat serta sungai dicemari dengan pergantian hutan dari heterogen menjadi homogen, berdampak negatif bagi terjadinya perubahan cuaca dan iklim. Selanjutnya juga berdampak terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi.
Kondisi tersebut menurutnya menuntut dirinya bertindak secara nyata. ”Jadi kemampuan alam ini untuk memproduksi oksigen berkurang, sementara produksi karbondioksida meningkat dan mengakibatkan ketidakseimbangan. Pemanasan global merupakan bagian dari dampak perlakuan yang tidak wajar terhadap bumi,” bebernya.