Sarana Rekreasi, Edukasi dan Spiritual
Rumah Pelangi yang dirintis sejak tahun 2000 bukan hanya sebagai kawasan konservasi untuk perlindungan alam semata. Namun demikian, tempat ini juga seringkali digunakan sebagai sarana untuk rekreasi, edukasi dan spiritual bagi para pengunjung. Kawasan Rumah Pelangi dengan keanekaragaman hayati dan upaya konservasi yang dilakukan mempunyai nilai tambah tersendiri seperti nilai ekologis, edukatif, rekreatif, dan nilai ekonomis serta nilai spiritual turut menyertainya.
Menjadi tempat rekreasi, kawasan yang kaya anekaragam tumbuhan hutan ini tentu dapat menjadi pilihan untuk menyegarkan otak dengan suasana alami yang ada. Disamping tersedia pondok pengelola yang berjarak sekitar 80 meter dari jalan Trans Kalimantan, kawasan Rumah Pelangi juga menyediakan fasilitas akses jalan lingkar, rumah retret, tempat ibadah (Gereja Katolik Kalvari), kolam dan tempat penangkaran hewan hutan, Landak.
Sedangkan sebagai tempat edukasi, daerah ini dapat menjadi ruang untuk belajar langsung di alam. Bahkan kalangan mahasiswa dan akademisi kerap menjadikan kawasan ini sebagai tempat melakukan penelitian. Dengan demikian, tempat ini juga memiliki nilai edukatif bahwa wilayah konservasi tersebut dapat menjadi tempat studi ekologis dan kegiatan ilmiah lainnya mengenai keanekaragamanan hayati dan berbagai jenis pohon oleh berbagai pihak.
Pada tahun 2008 silam misalnya, penulis bersama sejumlah rekan pernah menggunakan tempat ini untuk belajar bersama dari alam melalui kegiatan kemping rohani. Disamping berdiskusi seputar upaya pelestarian lingkungan bersama pengelola kawasan Rumah Pelangi (P. Samuel Oton Sidin), kala itu kami juga merangkai kegiatan dengan acara renungan dan pemutaran film dokumenter bernuansa edukatif dengan judul masing-masing; ”Jual Beli Perempuan dan Anak” – ”Chico Mendes”. Warga sekitar yang berbondong turut hadir menikmati tontonan film mengandung pesan sosial dalam suasana petang di tengah hutan sangat antusias.
Disela-sela kunjungan kami kala itu, Pastor Samuel Oton Sidin menyampaikan petuah; ”Bumi ini rumah kita, itu harus disadari. Menjaga untuk keapikan lingkungan, maka kita turut menjaga bumi ini yang harus dimulai dari diri sendiri, dengan membuang sampah secara teratur. Dengan kondisi alam yang begitu di porak porandakan adalah kenyataan kongkrit yang menuntut jawaban dari kita untuk menjaganya. Bagi anggota PMKRI, agar bisa menyerukan untuk melindungi alam. Keyakinan pada pada prinsip penting untuk dipertahankan.”
Nilai tambah lainnya, dimana Rumah Pelangi merupakan sarana spiritual. Kondisi lingkungan sekitar yang aman, nyaman dan jauh dari keramaian menjadi pendukung bagi siapapun yang ingin melakukan olah jiwa serta raganya. Tempat yang sepi dan nyaman biasanya menjadi tempat yang paling dicari oleh mereka yang ingin menata hidupnya dengan cara memelihara jiwa baik melalui doa maupun semadi duna semakin mendekatkan diri pada Sang Khalik. Maka dari itu, tempat ini biasanya kerap digunakan oleh pengunjung untuk melakukan sejumlah kegiatan seperti retret, rekoleksi, pelatihan maupun sejumlah kegiatan rohani lainnya
Rumah Pelangi juga memiliki nilai ekologis, dimana tempat tersebut sekaligus sebagai tempat tinggal beranekaragam flora dan fauna, termasuk penghuninya. Sedangkan nilai rekreatif, bahwasanya lebatnya pepohonan penghasil oksigen menjadi bidikan kunjungan wisata banyak orang, termasuk sebagai kawasan wisata rohani karena seringkali tempat ini digunakan sebagai media kegiatan spiritualitas seperti reatret, rekoleksi dan sebagainya. Dari sisi nilai ekonomis, apa yang diusahaka menghasilkan sesuatu yang dapat menghasilkan terpenuhinya beragam keperluan hidup seperti; kayu bakar, sayur dari hutan dan sumber obat-obatan.
Kaya Tanaman Khas Lokal
Kawasan Rumah Pelangi boleh dibilang unik. Selain sebagai kawasan yang pernah tandus karena terbakar, tempat ini juga menjadi ruang untuk menanam berbagai jenis tanaman khas lokal oleh pengelolanya.
Sedikitnya sekitar ribuan jenis bibit pohon dan tanaman buah asli Kalimantan seperti berbagai jenis mangga, mentawa, peluntan, pengan, ubah, tengkawang, bambu dan berbagai jenis pohon lainnya (termasuk kayu ulin) sudah ditanam. Selain itu juga ditanam berbagai jenis tanaman obat-obatan tradisional.