Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemerhati di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kiat Bagi Mahasiswa yang Mengadakan Riset Agar Berhasil dalam Wawancara

17 Oktober 2022   17:00 Diperbarui: 17 Oktober 2022   17:03 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa sedang melakukan wawancara dalam sebuah penelitian (Dokumen Pribadi)

Seorang mahasiswa, khususnya yang akan dan sedang menyelesaikan tugas akhir, tidak bisa terlepas dari kegiatan penelitian ilmiah atau riset. Penelitian ilmiah merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis, melalui tahapan atau urutan dan prosedur tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan kata lain, penelitian ilmiah harus terorganisir, sistematis, berbasis data, kritis, objektif, dan ilmiah.

Untuk mendapatkan data secara akurat diperlukan beberapa cara, antara lain melalui metode wawancara. Beberapa peneliti menganggap bahwa dalam penelitian (khususnya dengan menggunakan metode kualitatif), wawancara merupakan teknik pengumpulan data penelitian yang paling baik. 

Seorang peneliti perlu mengetahui kiat-kiat atau pedoman wawancara mulai dari persiapan maupun pelaksanaan wawancara.

Berdasarkan pengalaman, kiat-kiat yang saya peroleh dari berbagai sumber bacaan (lihat referensi) yang akan diulas berikut, cukup membantu saya dalam mengadakan penelitian lapangan. 

Beberapa Pedoman Wawancara 

Ada beberapa perdoman yang perlu diperhatikan, baik itu dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan wawancara sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik dan berhasil. Pedoman dari dua tahapan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap persiapan:

  • Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis dan terinci mengenai apa yang hendak diketahui dari responden/ informan. Cakupkan semua hal yang ingin diketahui.
  • Buat latihan wawancara, agar tidak kaku sewaktu pelaksanaan sesungguhnya.
  • Ketika berada di antara responden/informan, akrabkan diri dengan mereka. Bina hubungan baik itu perlu.
  • Sudah dapat mengidentifikasi karakteristik responden sebelum menyusun daftar pertanyaan agar cocok dg kelompok yang hendak diwawancarai.

Tahap pelaksanaan:

  • Jujur perkenalkan diri, menampilkan diri secara sederhana, bersikap rendah hati dan ramah, bersikap hormat dan menghargai responden/informan.
  • Ramah dalam sikap dan ucapan tetapi tetap efisien, jangan terlalu banyak menghamburkan kata-kata basa-basi dan disertai air muka yang cerah.
  • Usahakan meminta kesediaan responden/informan utk diwawancarai.
  • Sikap penuh pengertian terhadap responden dan netral. Hindarkan ketegangan dengannya dan berusaha menjaga kepercayaan responden
  • Bersikaplah seakan-akan, setiap responden yang dihadapi sikap mereka selalu ramah dan menarik.
  • Sanggup menjadi pendengar yang baik yakni dengan selalu memberi perhatian dan penuh pengertian terhadap para responden.
  • Jangan memaksa responden untuk memberi keterangan. Usahakan cara yang persuasif.
  • Jika responden/informan tidak tenang atau kurang konsentrasi dalam menjawab, sebaiknya wawancara ditunda dengan kesepakatan bersama responden kapan wawancara bisa dilanjutkan.
  • Sedapat mungkin pihak ketiga (yang mengintervensi atau mengganggu proses wawancara) tidak hadir di sana, sehingga responden merasa aman.
  • Jangan memberi kesan tergesa-gesa yang mengakibatkan responden memberikan jawaban asal-asalan.
  • Hindari kesan seakan-akan responden sedang diuji, yang mengakibatkan dia jadi tegang.
  • Penting pula menjaga disiplin waktu: datang pada waktunya dan selesai pula pada waktunya.  Lama-singkatnya wawancara jangan didasarkan pada pertimbangan suka-tidak sukanya peneliti pada responden; juga bukan karena menarik atau tidak.
  • Hindari kecenderungan menafsir jawaban responden.  Lebih baik menanyakan ulang kepada responden apa maksud jawabannya, sehingga informasi yang kita peroleh menjadi lebih jelas.
  • Mengenai hal-hal sensitif, dibutuhkan teknik khusus, sehingga responden tidak tersinggung atau marah (yang menyebabkan dia enggan memberikan informasi lebih jauh).

Persiapan Wawancara

Yang termasuk dalam persiapan wawancara adalah seleksi orang yang diwawancarai dan bagaimana pendekatan terhadap individu yang diwawancarai.

1. Seleksi individu untuk diwawancarai

Pertama-tama perlu dibedakan informan dan responden.

a. Informan

Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi atau keterangan tentang pokok yang diwawancarai. Bisa berdasarkan keahlian, otoritas dalam bidang tertentu. Di sini, aspek yang dipertimbangkan adalah keahliannya dalam bidang/pokok yang diwawancara.

Dari beberapa informan ada yang harus menjadi informan informan kunci (key-informan) dan informan pangkal. Informan kunci adalah orang yang dianggap ahli atau punya otoritas untuk menjelaskan sesuatu hal yang dibutuhkan peneliti. Informan pangkal: orang yang memberikan keterangan atau informasi tentang siapa saja yang bisa dijadikan sebagai informan kunci yang diterima banyak orang dalam masyarakat.

Jika sejumlah informan pangkal atau masyarakat umum menyebut siapa yang pantas menjadi informan kunci, barulah peneliti bisa mengadakan pendekatan dan wawancara dengan orang tersebut.

b. Responden 

Responden adalah  orang yang memberikan pandangan atau sikap pribadi terhadap pokok yang diwawancarai. Selain perlu membedakan antara informan dan responden, aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah penentuan sampel yang benar-benar mewakili orang-orang yang diinterview.

Responden yang diwawancarai sebaiknya ditentukan secara random. Dalam mengambil sampel, aspek keterwakilan dipertimbangkan.

2. Pendekatan terhadap individu yang diinterview

Tidak gampang mewawancarai seorang informan, jika ia sibuk, tidak mau diwawancarai dan bersikap tidak kooperatif. Karena itu, perlu suatu pendekatan yang baik dan memahami konteks hidup responden/ informan. Misalnya, ketika melakukan penelitian di kota akan berbeda dengan penelitian yang dilakukan di desa. Untuk itu perlu mempelajari jadwal kerja orang desa maupun kota, agar tahu waktu luang mereka.

Mahasiswa sedang mewawancarai seorang informan untuk cross check data (Dokumen Pribadi)
Mahasiswa sedang mewawancarai seorang informan untuk cross check data (Dokumen Pribadi)

Teknik Bertanya dalam Wawancara 

Terknik bertanya sangat bergantung pada bentuk-bentuk wawancara. Ada tiga macam bentuk wawancara, yakni:

Pertama: Wawancara terencana (standardized interview). Semua pertanyaan dalam jenis wawancara ini sudah tersusun dengan rapih.

Kedua: Wawancara tak terencana (unstandardized interview). Dalam wawancara ini tidak siapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu. Wawancara tidak terencara dibagi lagi menjadi dua yakni wawancara terfokus (focused interview) yang terpusat pada pokok tertentu dan wawancara bebas (free-interview) yang tidak terfokus dan tidak terpusat pada topik tertentu.

Ketiga: Wawancara sambil-lalu (casual interview): wawancara dengan informan yang kebetulan dijumpai; tak terencana. Di sini bisa dilakukan wawancara berstruktur, terfokus, atau bebas.

Seorang yang akan mengadakan wawancara perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Hindari kata-kata bermakna ganda
  • Hindari pertanyaan panjang yang mengandung beberapa tujuan.
  • Pertanyaan harus konkret dengan menunjuk waktu dan lokasi yang konkret.
  • Ajukan pertanyaan yang berhubungan langsung dengan pengalaman responden/informan.
  • Gunakan istilah yang halus dan netral menyangkut hal yang sensitif atau menimbulkan rasa malu pada responden/informan.
  • Dalam hal responden/informan menilai orang lain, sebaiknya pertanyaan bersifat positif dan negatif.

Pencatatan dalam wawancara

Hasil dari wawancara tentu harus dicatat. Ada tiga cara pencatatan hasil wawancara, dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.

Pertama: Pencatatan langsung pada saat wawancara. Keuntungnya adalah langsung dicatat apa yang sedang dikatakan sehingga kemungkinan untuk lupa tidak terjadi. Namun kekurangannya adalah mengganggu kelancaran dalam wawancara.

Kedua: Pencatatan dari ingatan (setelah wawancara berlangsung). Keuntungannya adalah peneliti bisa melakukan wawancara secara bebas karena tidak memegang buku dan alat tulis. Namun kekurangannya adalah banyak data bisa hilang karena daya ingat terbatas.

Ketiga: Pencatatan dari rekaman (tape recorder, video camera). Keuntungnya adalah memudahkan pewawancara mendapatkan banyak informasi. Namun kekurangannya adalah membutuhkan banyak waktu untuk mentranskrip hasil wawancara dan mengetiknya.

***
Referensi:
Berg, B. L. (Bruce L., & Lune, H. (2017). Qualitative research methods for the social sciences (Ninth Edition) Global Edition.
Braun, V., & Clarke, V. (2013). Successful Qualitative Research: A Practical Guide for Beginners. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun