Â
Di era modern yang serba cepat ini, timbul aneka persoalan dan patologi entah yang berhubungan dengan keadaan jasmani maupun psikologis. Tanpa kita sadari terutama dengan mekanisme dunia digital yang hampir menyentuh setiap sektor kehidupan kita, selalu ada efek samping yang turut menyertainya. Berbagai macam persoalan baik yang menyangkut realitas praktis maupun realitas digital menimbulkan paradoks terhadap kesehatan kita, terutama kesehatan mental.
 Salah satu penyakit mental yang kerap terjadi adalah stres. Dilansir dari situs Kementrian Kesehatan republikIndonesia (Kemenkes) mendefinisikan stress sebagai Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
Stres pada hakikatnya adalah reaksi alamiah dalam kehidupan sebagai manifestasi terhadap realitas ataupun persoalan/pengalaman yang dialami seseorang, tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan. reaksi  setiap orang terhadap stress diwujudkan dengan cara yang berbeda-beda. Meskipun stres dapat membantu menjadi lebih waspada dan antisipasi ketika dibutuhkan, namun dapat juga menyebabkan gangguan emosional dan fisik.
Berangkat dari  realitas saat ini, yang mana hampir seluruh aktivitas manusia bersentuhan langsung dengan penggunaan teknologi seperti gawai dan aneka perangkat lunak berbasis daring tanpa disadari terkadang membuat kita mudah stress.
Ketika melihat halaman profil seseorang yang kita kenal ataupun tidak, menyimak time line  dan bookmark link yang membingungkan, serta scroll beragam video di media sosial maupun aplikasi tertentu terkadang membuat kita tidak nyaman, terutama jika pekerjaan kita berhubungan dengan dunia coding atau pemrograman tentu akan semakin Merusak mood  dan mental kita jika dilakukan secara berlebihan.
Media Sosial : Curse atau Bless?
Tak bisa menafikan media sosial bak pedang bermata dua, jika dimanfaatkan sesuai koridor penggunaanya akan memberikan dampak positif bagi usernya, sebaliknya jika disalahgunakan tentu akan menusuk sang pengguna pedangnya, semua bergantung seberapa sadar seseorang memahami literasi manfaatnya. Hal tersebut juga berkaitan dengan penyakit stress yang saat ini merebak di kalangan remaja hingga orang dewasa.
platform media sosial paling populer di kalangan remaja adalah YouTube (digunakan oleh 85 persen remaja, menurut survei 2018 Pew Research Center), Instagram (72 persen) dan SnapChat (69 persen). Menurut laporan 2018 yang dikeluarkan oleh GlobalWebIndex, orang berusia 16--24 tahun menghabiskan rata-rata tiga jam menggunakan media sosial setiap hari.
Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri.