Bagaimana, setelah menyimak fakta-fakta tersebut, apakah kita menyadari bahwasannya selama ini kita bagian dari Googlist, meskipun kita tidak mengikuti ritusnya dan bahkan tak tahu menahu tentang itu.
Sampai disini saya lantas berpikir, apakah ketergantungan saya pada Google kemudian menafikan keberadaan Tuhan yang secara ilmiah tak bisa disahihkan kebenarannya?Â
Saya tak mau berdebat tentang itu, tetapi bahwa poin reflektifnya adalah apakah kita mau memberikan posisi keilahian Tuhan pada ciptaan manusia yang bernama Google?. Anda sendiri yang menjawab, saya hanya membantu mengarahkan. Selamat bergumul dengan pikiran.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!