PAPUA, ADIK BUNGSU NUSANTARA
Oleh: Hendriko Handana
Flare yang diluncurkan pesawat Belanda di Laut Aru membuat gelap seketika terang benderang. Tiga Kapal Republik Indonesia (KRI) dibuat kocar-kacir. KRI Macan Tutul, KRI Harimau, dan KRI Macan Kumbang malam itu sedang melancarkan misi infiltrasi. Tanpa senjata lengkap, mereka berhadapan dengan kapal belanda berukuran lebih besar.
"Balik kanan", perintah Komodor Yos Sudarso, pemimpin armada Indonesia yang berada di KRI Matjan Tutul agar meminimalkan bahaya.
Seketika ketiga kapal putar haluan. Namun malang, KRI Macan Tutul mengalami macet mesin. Belanda mengira itu manuver tempur. KRI Macan Tutul ditembaki, hancur, dan tenggelam. Komodor Yos Sudarso ikut tewas dalam pertempuran.
"Kobarkan semangat pertempuran!", teriak suara Komodor Yos Sudarso terdengar lewat radio pada dua KRI yang berhasil lolos dalam pertempuran. Lantas, naas komunikasi dengan KRI Macan Tutul hilang.
Kisah tersebut hanya secuil ceritera heroik semasa republik berjibaku merebut West New Guinea alias Irian Barat, satu dari wilayah nusantara yang masih tersisa, kekeuh dikuasai penjajah Belanda.
Masih banyak caritera tak kalah heroik lainnya. Memang, kisah perjuangan itu terkadang hilang ditelan zaman. Dilupakan seiring dihapusnya pelajaran PSPB dari kurikulum SD. Jangan-jangan dulu, Kau enggan baca? Aku tidak, bahkan kubaca detail semua. Tapi, sudah lupa pulak.
Tiga Komando Rakyat (Trikora) yang digaungkan oleh Panglima Tertinggi Angkatan Perang Indonesia Presiden Soekarno pada 1962, erat hubungan dengan mangkirnya Belanda dari penjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949. Penyerahan Irian Barat dalam masa setahun pasca KMB tak kunjung dilakukan. Diplomasi belasan tahun tak membuahkan hasil. Angkat senjata tak terbendung jadi pilihan.
Kamu pikir, takutkah Indonesia? Sama sekali tidak. Justru nasionalisme rakyat Indonesia sedang berada pada puncaknya. Belanda jadi musuh bersama memantik nasionalisme bangsa nusantara membela saudara bungsu mereka etnis melanesia.