Perseteruan meraih posisi ini berlangsung sampai H-7. Setelahnya, pola formasi dan siapa yang akan mengisi yang akan kian kentara. Kemudian, tiap personil fokus dengan posisinya masing-masing. Karena kita tampil tim, posisi apapun adalah bermakna penting. Jangan sampai ada kesalahan sedikitpun.Â
Namun begitu, posisi bisa saja dirombak sesuai kebijaksanaan dan naluri pelatih. Jangan salah, beberapa menit sebelum tampil upacara kemungkinan rombak posisi itu masih berlaku. Dan... itu pernah ada. Mental kami mesti siap tampil di posisi manapun berada.
~~~
Alih-alih memikirkan posisi kami masing-masing, tim putra justru sibuk dengan nominasi posisi pembawa baki. Biasa... itu naluri lelaki.
Suatu kali, beberapa diantara kami sibuk bercengkrama di ruang tamu asrama putra.
"Menurut kalian siapa yang akan terpilih membawa baki?" begitu topik hangat dalam diskusi.
Ada yang menjagokan Inong asal Sulteng, karena putih dan anggun. Ada juga yang menjagokan Erma asal Kalsel, katanya bentuk muka dan rambutnya cocok dengan tipikal seorang pembawa baki. Â Yang lain mendukung Pretty asal Lampung karena pembawaan tenang dan murah senyum. Nominasinya hanya itu saja? Tentu tidak, itu hanya sekedar menyebutkan komentar-komentar yang kuingat. Ada pula yang menjagokan capaska putri incarannya masing-masing. Alasannya, karena naksir. Haha...
Aku mendukung siapa? Acut, seorang putri berjilbab dari Aceh. Sebagai seorang yang berpikiran konservatif, aku menginginkan putri memakai hijab untuk mengisi posisi itu. Belum ada sejarahnya saat itu. Bukan itu saja, tahun-tahun tersebut Aceh sedang panas menghadapi pergolakan separatis Gerakan Aceh Merdeka. Kelihatannya bagus kalau Aceh diberikan posisi itu. Sok serius dan idealis ya..? Haha... Emang dari sononya.
Anehnya... hasil diskusi beberapa capaska putra yang ikut saat itu, tidak ada yang mendukung pasangan propinsinya masing-masing. Hehe... Rumput tetangga memang kelihatan lebih hijau, Kawan.
(masih bersambung...)
Silakan simak cerita berseri lengkapnya di: