Mohon tunggu...
Hendrik Munthe
Hendrik Munthe Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Sadarlah bahwa dalam ketidaktahuan, terbuka lebar ruang bagi segala kemungkinan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Andrew Carnegie: Pebisnis Sukses yang Dermawan

9 Oktober 2024   15:00 Diperbarui: 9 Oktober 2024   15:12 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awal Mula Yang Sederhana Seorang Imigran Dari Skotlandia

Kehidupan Andrew Carnegie adalah testimoni dari slogan "American Dream" yang terkenal di Amerika Serikat. Lahir di Skotlandia pada tahun 1835, Andrew Carnegie terlahir di keluarga miskin. Ibunya bekerja sebagai penjahit sepatu, sedangkan ayahnya bekerja sebagai penenun kain. Akan tetapi, kemunculan alat tenun bertenaga uap membuat usaha ayahnya hancur dan membuat keluarganya terjerat dalam kesulitan keuangan. Pengalaman ini berdampak besar kepada Andrew Carnegie muda dan membentuk pandangannya tentang konsep kerja keras, kemampuan bertahan ditengah kesulitan dan pentingnya kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.

Pada tahun 1848, keluarga Carnegie memutuskan untuk mencoba peruntungannya dan pergi berlayar ke Amerika untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka menetap di Pittsburgh, Pennsylvania, tempat ayah Andrew berjuang keras mencari pekerjaan, membuat Andrew tidak punya pilihan selain berhenti sekolah untuk bekerja demi membantu meringankan beban kedua orang tua nya.

Titik balik dalam hidupnya ini membawanya mendapatkan pekerjaan sebagai kurir di kantor telegraf setempat, tempat ia mengembangkan keterampilannya dan menarik perhatian Thomas Scott, seorang manajer regional untuk Pennsylvania Railroad Company.

Bimbingan dan arahan Scott terbukti berperan penting dalam perjalanan Carnegie menuju kesuksesan. Ia mempelajari seluk-beluk bisnis, akhirnya menyempurnakan keterampilan telegrafnya dan menjadi aset berharga bagi Scott. Kedekatannya dengan Scott juga memperkenalkan Carnegie ke dunia investasi, menempatkannya di jalur yang tepat untuk mengumpulkan kekayaan.

Awal Kelahiran Kerajaan Bisnis Carnegie

Selama perang saudara Amerika, Carnegie melihat sebuah peluang bisnis dan memanfaatkannya dengan menjadi penyuplai jembatan besi untuk kebutuhan militer dengan membangun sebuah perusahaan Keystone Bridge Company.

Usahanya ini adalah awal dimulainya kerajaan bisnis Andrew Carnegie, karena setelahnya dia kemudian membangun tiga anak  perusahaan lagi yang berfokus pada jasa ekstraksi hasil tambang, perusahaan kontraktor jembatan, dan perusahaan kereta api.

Langkah strategisnya ini, memungkinkan Carnegie untuk mengendalikan seluruh proses mulai dari proses ekstraksi besi dari tambang, pembangunan jembatan besi dan rel kereta, dan juga menjual rel kereta api nya. Hal ini menjadikan Carnegie sebagai pemain besar di sektor industri tersebut.

Akan tetapi, naiknya Carnegie ke puncak bukan tanpa kontroversi. Ia dikenal dengan taktik bisnisnya yang kejam, menggunakan rumor dan strategi licik untuk menyingkirkan saingan bisnisnya demi memperluas kerajaan bisnisnya.

Salah satu contohnya adalah kisah Duquesne Works, dimana dia menyebarkan rumor palsu tentang buruknya kualitas produk perusahaan itu, yang akhirnya menyebabkan kehancuran perusahaan tersebut yang  kemudian diakuisisi oleh Carnegie.

Pengejaran kekayaan yang tak kenal lelah oleh Carnegie harus dibayar dengan harga yang mahal. Ia terkenal karena kekejamannya dalam mengeksploitasi para pekerjanya, membayar mereka dengan upah yang sangat kecil tapi disaat yang sama menuntut mereka bekerja dengan durasi jam kerja yang panjang dan dalam kondisi lingkungan kerja yang berbahaya.

Aksi mogok dan aksi demo pekerja di Homestead pada tahun 1892, yang mengakibatkan kematian sembilan pekerja pabrik dan tujuh penjaga Pinkerton, adalah bukti nyata tentang besarnya harga yang harus dibayar dalam perjalanan Carnegie mengejar kekayaan.

Filantropi dan Penebusan Dosa

Akan tetapi Carnegie mengambil langkah drastis pada tahun 19010. Carnegie menjual perusahaan bajanya kepada JP Morgan seharga $480 juta, menjadikannya orang terkaya di dunia. Dia kemudian pensiun dari dunia bisnis dan mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan filantropi, menyumbangkan lebih dari $350 juta untuk berbagai kegiatan amal, termasuk pembangunan lebih dari 2.500 perpustakaan dan pendirian Carnegie Corporation.

Perubahan yang drastis dan tiba-tiba ini tentu saja kemudian menimbulkan pertanyaan tentang motivasi Carnegie dan harga  sebenarnya dari kesuksesan yang diraih Carnegie selama ini.

Kesimpulan penulis

Kehidupan Andrew Carnegie adalah paradoks kontradiksi. Dia adalah seorang pengusaha kejam yang tanpa belas kasihan mengeksploitasi para pekerjanya, namun di sisi yang lain, dia juga adalah seseorang yang dermawan yang menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan amal.

Warisannya adalah pengingat untuk kita, bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari kekayaan, tetapi dari dampak yang kita berikan pada dunia di sekitar kita. Saat kita merenungkan perjalanan hidup Andrew Carnegie, kita dibuat bertanya-tanya perihal motivasi di balik semua tindakannya dan makna kesuksesan yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun