Mohon tunggu...
Hendrika
Hendrika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

A lifelong learner

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ekonomi Asia Terancam, Krisis 1997 Terulang?

9 Oktober 2022   15:48 Diperbarui: 9 Oktober 2022   15:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian India juga melalui Bank Sentral India telah menggunakan hampir 75 miliar dolar AS untuk menekan volatilitas rupee-dolar. Adapun volatilitas merupakan naik turunnya nilai tukar uang di pasar uang yang terjadi antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara yang lain.

Terlepas dari semua itu, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, Asia sekarang berada di posisi yang lebih baik. Fundamental makro yang mendasari ekonomi Asia sekarang lebih baik dibandingkan dengan pertengahan 1990-an. Dimana yang paling penting adalah tidak ada lagi penumpukan utang, yang mana hal tersebut menjadi salah satu penyebab Krisis Finansial Asia.

Peningkatan kualitas pembuatan kebijakan juga membuat potensi krisis finansial di masa depan menjadi semakin kecil, ucap Louis Kuijs, kepala ekonom Asia di S&P Global Ratings. "Nilai tukar menjadi lebih fleksibel, yang membantu menyerap sebagian besar tekanan eksternal," katanya.

China dan Jepang memiliki dua cadangan devisa terbesar di dunia, masing-masing memegang 3 triliun dolar AS dan 1,3 triliun dolar AS. Gabungan dari kedua nilai tersebut, merupakan sepertiga dari seluruh cadangan devisa dunia. Dengan cadangan devisa sebesar 1,3 triliun dolar AS, Jepang hanya menghabiskan sekitar 20 miliar dolar AS. Itu artinya, kemungkinan Bank Jepang untuk kehabisan uang sangat kecil.

Meskipun begitu, ekonomi Asia harus tetap waspada. Diperkirakan suku bunga AS akan mengalami kenaikan lanjutan yang menyebabkan kenaikan dolar yang lebih tinggi sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Bank Dunia baru-baru ini memangkas perkiraan PDB di wilayah Asia dari yang awalnya 5% menjadi 3,2% untuk tahun 2022. Begitu juga dengan China yang ikut menurunkan prospek PDB-nya menjadi 2,8% dari yang awalnya 5%. Prospek tersebut diperkirakan akan membaik pada tahun 2023, menururt para analis.

Krisis finansial yang pernah terjadi tahun 1997 bisa jadi merupakan blessing in disguise karena harus diakui bahwa ketahanan Asia dalam menghadapi guncangan ekonomi global saat ini sebagian karena hasil reformasi yang didorong oleh Krisis Finansial Asia 1997.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun