Kompasiana.com - Tegal. Permasalahan sampah merupakan hal yang tak bisa dipungkiri dan menjadi momok bagi sebagian besar  masyarakat khususnya di Indonesia.Â
Pertambahan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan ketersediaan lahan pemukiman, sehingga mengakibatkan terbatasnya lahan kosong tempat pembuangan sampah. Â
Sementara produksi sampah yang dihasilkan oleh perorangan 0,7 kg/ hari ( data DLh Kab. Tegal). Jika diasumsika jumlah penduduk 1,5 juta orang, maka sampah yang dihasilkan 1,050 ton /hari. Tentu hal ini menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi.
Untuk mengatasi masalah sampah ini, Kabupaten Tegal menggaungkan Jargon " Sampahku adalah Tanggunjawabku", sehingga masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam mengelola sampahnya sendiri dimulai dari sumbernya yaitu Runah tangga, Perkantoran, Pasar, Pertokoan. Semua stake holder diajak bergerak bersama menjalin sinergi.
Salah satu teknologi tepat guna yang coba diterapkan adalah dengan menggunakan Teknologi Ember Tumpuk yang nantinya akan dikelola oleh masing- masing rumahtangga.
Fungsi ember tumpuk adalah khusus menampung sampah organik sisa limbah rumah tangga seperti sisa makanan, sayur- sayuran buangan dari masakan yang tidak terpakai, buah- buahan di lingkungan rumah. secara teknis teknologi ember tumpuk ini menggunakan 2 ( dua ) Â ember plastik sisa Cat 25 Kg yang di susun bertingkat. Â
Di mana ember yang sebelah atasuntuk tempat sampah organik akan diberi lobang bagian bawahnya untuk pembuangan air sisa fermentasi. sedangkan sampah organiknya akan diurai atau dimakan oleh Hewan Maggot ( Black Solder Fly ) atau jenis Lalat Afrika.
Keuntungan penggunaan teknologi Ember Tumpuk adalah;
1. Biaya Operasional lebih murah
2. setiap orang bisa melakukannya