Mohon tunggu...
Malin manangguang
Malin manangguang Mohon Tunggu... Jurnalis - Lahir di pariaman, Lubuak aluang, Teluk belibi

Kebaikan., adalah satu satunya investasi yang tidak pernah gagal.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Politik Palanta Menuju Suksesi Pileg, Pilkada dan Peran Ninik Mamak di Rantau

16 Juni 2023   20:39 Diperbarui: 16 Juni 2023   20:45 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poto Ninik mamak PKDP di Rantau pasca Pelantikan dan pengukuhan (dokpri)

Politik Palanta Menuju Suksesi Pileg, Pilkada Dan Peran Ninik Mamak Di Rantau.

Oleh ; Malin manangguang

PALANTA - Atau Lapau tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial dalam konsep budaya Piaman dan Minang umumnya,
Di lapau sambil sarapan pagi, terjadilah berbagai dialog, pembahasan, mulai dari persoalan sehari-hari yang berkaitan dengan kehidupan, ilmu pertanian, ekonomi, sampai politik dan hukum.

"Sasampit sampik" (sempit sempit) apapun waktu yang tersedia, orang-orang yang ada di lapau pasti sempat membahas sesuatu. Dan yang lebih penting. lapau bukan untuk menggosip, tetapi tempat saling berbagai pengalaman, adu argumen/pendapat, dan semua yang ada di situ berperan sebagai  "Narasumber". Dan biasanya pembahasan akan menggunakan berbagai sudut pandang.
 Seperti agama, politik,  Serta persoalan sosial dan realita kehidupan serta filosofis adat minang sendiri ( adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah ).

Bagi orang Minang, berfikir filosofis adalah milik setiap individu/pribadi orang minang itu sendiri. karena sudah terbiasa berbicara dengan "petatah petitih" yang mengandung filosofi tentang kehidupan sosial  dalam keadaan sehari hari.

"Saciok Bak ayam, Sadantiang Bak basi"

Adalah sebuah kata kata filosofi yangg sering kita dengar di palanta (lapau) seiring dengan MOMEN Pemilihan Legislatif (pileg) di setiap kota dan kabupaten, terutama di perantauan. Dan di mana Rantau yang di Dominasi oleh Perantauan Minang dan  Piaman khususnya, sering kita Dengar kata kata  "saciok Bak ayang ,sadantiang bak basi"   atau  dari pado "mangadangan kabau urang, ancak kabau Kito di gapuak kan" .

Dua kata kata di atas mengandung makna untuk Seiya Sekata dan berpihak pada kelompok (Minang) , namun hal itu kerap hanya berupa ajakan atau himbauan atau hanya sekedar mengiringi nikmat kopi di Palanta. Tanpa ada upaya membangun konsekuensi dari kata kata itu sendiri.

Inilah orang Minang.! Terutama warga piaman di Rantau yang sadar akan keberpihakan dalam politik  secara terang terangan akan menimbulkan dampak kurang menguntungkan baik dari segi ekonomi maupun pergaulan.

Dan berprinsip "tidak kemana mana,tapi ada di mana-mana".

Pertanyaan nya. Berarti orang piaman di Rantau tidak kompak dong .??  Jelas kompak.!

Loh kok. Di politik punya sikap seperti itu (di atas)?

Tentu pertanyaan itu kerap kita dengar dan jawaban juga sering kita lontarkan untuk menjawab pandangan orang bahwa kita kita tidak kompak..

Secara organisasi orang Minang di rantau dalam bersikap pada politik, "Netral" dan tidak tidak berpihak pada calon tertentu,baik suku Minang sendiri maupun pada suku lain. Ini jelas. Sejalan dengan di bangunnya pangayuban Minang terutama Persatuan keluarga Daerah Piaman yang di singkat menjadi PKDP, yang merupakan organisasi payung Panji adat masyarakat Piaman di Rantau.

Tetapi secara moralitas dan kebersamaan dan Rasa bedunsanak. jelas menjadi keinginan masyarakat rantau itu sendiri untuk mendukung dan mendorong setiap warga Rantau untuk ikut dalam kancah politik , baik itu pileg dan pilkada.

Dan inilah, yang selalu menjadi Tema pembicangan di setiap palanta (warung kopi) dalam menyikapi keinginan mereka (dunsanak) yang maju Pileg di dapil masing masing.  

Namun keinginan itu. Kadang kala tidak di akomodir dengan rapi rapi sehingga timbul banyak Caleg yang terkesan "Hoby Caleg" dalam pandangan seorang tokoh dan penasehat PKDP Arisman di Rantau Karimun.

Pandangan ini tentu sangat beralasan, karena di sebabkan banyaknya caleg dari suku Minang (Piaman) tanpa bisa bisa bendung. Sehingga sulit untuk mendudukkan satu perwakilan di DPRD,

Ini problem, bagi masyarakat rantau dan juga problem bagi persatuan .  Ini ibarat makan "buah simalakama" di dukung secara organisasi,jelas menciderai semangat organisasi itu sendiri. Di dukung secara gerilya (moral) jelas . Tidak ada jaminan dan konsekuensinya bagi yang menyatakan mendukung.  Sehingga sering terjadi . Para penyataan mendukung dengan Slogan "dari pada mengemukakan kerbau orang ,bagus kerbau yang di gemuk kan" itu bermain kaki dua dalam hal pilihan.  Artinya dukung itu berupa hanya di Mulut. Dan pemanis pahit kopi di Palanta.

Baca juga 

https://www.kompasiana.com/hendrik4215/648947ac4d498a6df50f4c22/ketua-pkdp-adalah-pemimpin-ninik-mamak-di-perantauan-h-nurman-mn?


Fenomena itu , bagaimanakah Niniak Mamak menyikapi.??

Sebagai pemimpin adat Piaman (Minangkabau) di Rantau. Ninik Mamak mempunyai Ruang kekuasaan yang luas , tentu berbeda dengan ketua organisasi Minang (Piaman) yang hanya bertanggungjawab pada anggota organisasi. Tetapi Niniak mamak bertanggung jawab ke semua warga Piaman (Minang) di Rantau. Baik dia sebagai anggota organisasi maupun tidak.

Ini sering kita lihat faktanya. Sesuatu terjadi musibah pada orang Minang (Piaman) di Rantau domisili, tanpa melihat keanggotaan,Niniak Mamak turun tangan untuk membantu dan mengayomi warga itu dengan berbagai cara. Baik secara materil maupun secara prosedural dan sampai pada pemulangan warga ke kampung halaman.

Dalam artian . Sungguahpun tidak tercantum atau tidak aturan yang mengatur peran dan sikap Niniak Mamak untuk melindungi dan mengayomi warga Minang di Rantau. Tetapi secara moral adat jelas Niniak Mamak terpanggil untuk melindungi kamanakan di perantauan.  

"Kamanakan barajo ka mamak"

inilah jadi acuan Niniak Mamak. Sebagai kata Raja pada Mamak dan Raja tentu melindungi dan mendukung warga (Rakyat) dalam kondisi apapun.

Tentu kata mendukung ini yang harus di rumuskan dalam Momen pileg dan pilkada ini dalam bentuk sikap yang Arif dan bijaksana.  Mengingat kamanakan (warga) memiliki hajat untuk maju dan juga merupakan Marwah suku Minang di saat duduk di DPRD nanti. Tentu sikap itu harus lahir dari musyawarah mufakat sesama Niniak Mamak dengan berpedoman pada sikap loyalitas sang bacaleg yang akan di dukung.  Tolak ukur inilah yang sering menjadi landasan yang sehingga bacaleg bisa melenggang ke gedung dewan Rakyat itu. Dalam dukungan Niniak Mamak.

"Ninik mamak harus mempunyai 4 sifat utama yang merujuk kepada sifat kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW, yang disebut dengan Sifat Panghulu Nan Ampek, Siddiq (benar), Tabligh (menyampaikan), Amanah (dipercaya) dan Fathonah (cerdas),"

Kata Fatonah (Cerdas) di sinilah Ninik Mamak Harus cerdas menyikapi setiap fenomena dan persoalan yang ada. Termasuk dalam menyikapi pileg yang sebentar lagi berlangsung. (Mm)

Poto Ninik mamak PKDP di Rantau pasca Pelantikan dan pengukuhan (dokpri)
Poto Ninik mamak PKDP di Rantau pasca Pelantikan dan pengukuhan (dokpri)

Bacajuga

https://www.kompasiana.com/hendrik4215/648ae4f94addee72d93c10a2/menguak-kisah-masa-lalu-dengan-memori-poto-di-jaman-manual?utm_source=Whatsapp&

Poto Ninik Mamak Bersama kepala Daerah di momen acara seremonial paguyuban Minang (dokpkdp)
Poto Ninik Mamak Bersama kepala Daerah di momen acara seremonial paguyuban Minang (dokpkdp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun