Bab memiliki pendidikan formal yang rendah namun, memiliki minat besar di kalangan intelektual Iran yang dikenal Mazhab Syaikh. Bab banyak menulis sastra sejak usianya masih remaja dengan menggunakan bahasa Persia dan Arab, hingga akhirnya tepat pada tahun 1850 dia ditembak oleh pasukan istana. Sebagian besar karya Bab mengutip dari Al-Qur'an dan hadist untuk mendukung argumen utamanya.
Fase selanjutnya adalah tafsir Baqara, dengan caranya yang sangat tradisional. Tafsir Baqara memiliki versi yang khas dengan Aliran Syiah atau dikenal dengan tafsir bi'l-ma'thur. Tafsir ini sangat dikaitkan dengan tafsir Syi'ah karena lingkungan dan kemunculannya yang berada di Iran yang mayoritas beraliran Syi'ah. Ada tiga tema besar dalam karya tersebut, pertama otoritas keagamaan-walaya, kedua manifestasi diri ilahi -tajalli, ketiga kebangkitan dan hari penghakiman -qiyama.Â
Bab menafsirkan Qayyum al-Asma menjadi empat bagian. (1) Pembukaan dan judul. (2) Komposisi yang sebenarnya, adalah bagian huruf-huruf yang terpisah.(3) Mencangkup komentar Bab yang sudah diverifikasi. (4) Pengulangan lemma hanya saja diparafrasekan untuk menekankan pesan utamanya.
Selain itu, ada beberapa ayat kutipan Bab yang mashur, yaitu Ayat 1, 2, 3, 4, 36, 37, 38, 39, 40, 41, dan 42. Ayat-ayat ini menjelaskan simbolisme dan struktur menunjukkan pencapain sastra tunggal di mana Hari Perjanjian dan Hari Penghakiman yang primordial dipahami bergabung dalam satu isyarat wahyu sebagai peristiwa simultan.
Melalui tulisan Todd Lowson ini dapat diketahui keterkaitan antara al-Qur'an dan Baha'I begitu erat. Al-Qur'an dapat dimaknai sebagai Rahmat bagi seluruh alam bukan hanya umat muslim. Namun, kemunculan Baha'i jangan dimaknai sebagai agama penyempurna dari agama sebelumnya. Walaupun keduanya memiliki keterkaitan yang erat karena keduanya sejatinya berbeda.
Ulasan Lowson tentang Baha'i dan Al-Qur'an terlihat menarik namun pada pembahasan tertentu Lowson masih serampangan menyimpulkan. Lowson dalam artikelnya menyebutkan tokoh awal Baha'i mengutip sebagian ayat dalam Al-Qur'an namun itu tidak lantas menjadikan Islam dan Baha'i saling berkaitan hanya karena mengutip dari Al-Qur'an. Lowson juga mengatakan bahwa tafsir Baha'i mirip dengan tafsir Syi'ah namun Lowson tidak menyebutkan secara spesifik disertai bukti yang memadai akan argumentasinya. Lowson hanya mendasarkan argumennya pada biografi Bahaullah yang hidup di Iran yang sebagian besar masyarakat beragama Islam beraliran Syi'ah.
Agama Baha'i dapat diliat sebagai komunitas Al-Qur'an non muslim dan ini merupakan keunikan yang luar biasa tanpa dapat dijumpai di planet manapun. Anomali ini sangat jelas dilihat dari tulisan Baha'I, hubungan Bahai dengan Islam atau dicontohkan hubungan yang terjadi antara  Kristen dengan Yahudi yaitu mengenai perjanjian lama dan baru.Â
Penafsiran Al-Qur'an yang dilakukan Baha'i ini sudah dilakukan sejak abad pertama agama Baha'i. Dalam hal ini sangat jelas bahwa Al-Qur'an memiliki peran yang luar biasa dalam pembentukan agama Baha'i. Perayaan Baha'i terhadap Al-Qur'an merupakan sebuah isyarat keagamaan non muslim atau pasca Islam mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah milik seluruh umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H