Mohon tunggu...
Penjelajah Alam
Penjelajah Alam Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat sosial budaya, politik dan pemerintahan serta aktif di bidang informasi dan komunikasi publik

Sekedar memberikan pandangan, saat perasaan mewajibkan pikiran mencantumkan sebuah kecenderungan untuk memilih berada pada sisi yang jelas, sehingga masih bisa berharap bahwa sesuatu yang mengatur persepsi benar adanya mewakili diri sendiri, bahkan orang lain dan khalayak banyak.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Rekayasa Mudah Memindahkan Hujan dari Jakarta, Sebagai Solusi Tuntas Banjir

15 Februari 2016   23:44 Diperbarui: 16 Februari 2016   00:33 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="awan hujan"]

Uraian di atas merupakan perilaku alam yang sedang menjalankan kaedahnya dalam hukum air dan angin. Alam memahami bahwa tanah Jakarta sudah sangat kering dengan ciri-ciri rendahnya tekanan udara dan rendahnya kelembaban udara, kemudian alam menyediakan air yang banyak untuk ditumpahkan di Jakarta.

Sedangkan fakta alam mengatakan bahwa Jakarta adalah dataran rendah yang seharusnya memiliki tekanan udara atmosfer yang tinggi karena berdekatan dengan air. Namun nyatanya alam memandang dataran Jakarta persis seperti pegunungan yang bertekanan udara rendah dan harus dibasahkan.

Alam tidak akan pernah memahami bahwa sebagain besar permukaan tanah  di Jakarta telah tertutup oleh beton, jalan aspal, perumahan, parkiran, trotoar dan sebagainya. Alam akan terus menerus membawa awan-awan hujan untuk beramai-ramai membasahi Jakarta. Dan ketika air hujan lambat menyentuh tanah, maka terjadilah banjir.

Sebagai perbandingan penulis sering berkendara mobil di Tol Jakarta.  Tekanan angin terasa lebih rendah dibandingkan di jalan Tol Padalarang. Mobil bisa lebih ngebut dan lebih ringan terasa di jalan tol Jakarta ketimbang Tol Padalarang.  Artinya di Tol padalarang tingkat kelembaban udaranya lebih tinggi dan aktivitas penguapan air tanah dikawasan ini berjalan normal, sehingga dalam kondisi biasa ketika awan hujan melewati daerah tol padalarang, awan hujan tidak akan mencair di kawasan ini, hanya sebatas melintasi. Awan hujan akan bergerak terus ke Tol Jakarta yang tekanan udaranya lebih rendah mencair menjadi butir hujan.

Dari kondisi yang diuraikan di atas, maka langkah mengatasi banjir Jakarta berbanding lurus dengan langkah meningkatkan kontinuitas penguapan air tanah dalam rangka menaikkan kelembaban udara dan meningkatkan tekanan udara untuk menahan penumpukan awan hujan yang datang dari berbagai daerah.

Tentu sudah tidak mungkin di Jakarta dilakukan pembongkaran gedung-gedung, pembongkaran halaman parkir, trotoar dan sebagainya hanya untuk mengembalikan penguapan air tanah seperti sedia kala. 

Sebagai contoh penulis pernah menulis artikel tentang pembuatan lubang pori bumi dari bambu yang dilakukan merata di permukaan tanah Jakarta untuk solusi penyerapan air tanah dan menghindari banjir. Hal ini masih sangat relevan untuk dilakukan.

Bambu bisa menyedot 20 juta kubik air dalam 1 jam  dan solusi lainnya adalah pembuatan hole spray water under building foundation

Pada tema tulisan  ini penulis mencoba mengemukakan beberapa rekayasa teknologi sederhana dalam meningkatkan penguapan air dan meninggikan kelembaban udara sebagai berikut :

1.     Setiap gedung pada bagian atasnya, disediakan tempat perebusan air sederhana seperti layaknya mesin uap penjual putu bambu. Uap-uap air ini dialirkan serentak dari setiap atas gedung melalui pipa-pipa ke udara. Dengan aliran serentak ini disimulasikan akan terjadi vakum tekanan udara yang merata sehingga mampu memberikan tekanan yang besar ke atas dan mampu mengalihkan pergerakan awan hujan. Cara ini dilakukan sebagai pengganti penguapan air tanah alami yang telah gagal karena permukaan tanah telah banyak tertutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun