Pada titik ini, aku juga harus jujur bahwa jika menggunakan perspektif Bung Towel yang selalu menunjuk Liga 1 sebagai sumber pemain yang mengisi komposisi pemain tim nasional ternyata ada benarnya juga.
Secara teori, kualitas kompetisi profesional domestik akan merepresentasikan juga kualitas tim nasional satu negara.Â
Jadi jika PSSI tidak hanya ingin mendongkrak prestasi tapi juga ingin mengembangkan sepak bola Indonesia maka seharusnya pembinaan dan kompetisi harus bisa dijalankan secara parallel..
Aku ingin kita semua berkaca pada sepak bola Vietnam. Dua kekalahan dari Indonesia pada kualifikasi piala dunia 2026 yang berdampak besar bagi sepak bola mereka, mulai dari pemecatan pelatih Troussier hingga penurunan point FIFA terbesar dunia pada periode Maret 2024.Â
Tapi tidak hanya itu saja, insan sepak bola Vietnam mulai menyadari satu hal: bahwa kesuksesan pelatih Park Hang-seo telah menyembunyikan fakta bahwa sepak bola Vietnam masih memiliki banyak hal untuk diperbaiki.
Komentator sepak bola Vietnam Vu Quang Huy di surat kabar Thanh Nien mengomentari kekurangan sistem sepak bola Vietnam saat ini dengan mengatakan, "Tidak ada gadis yang dapat menjalani seluruh hidupnya dengan riasan," ujarnya, "tetapi saat ingin memiliki kecantikan abadi Anda harus memiliki kecantikan yang bersumber dari dalam diri Anda sendiri."
Jika menggunakan ungkapan Vu Quang Huy di atas, pertanyaan untuk sepak bola Indonesia adalah mau sampai kapan seluruh komposisi pemain timnas sangat bergantung dari program naturalisasi?
Ah, sudahlah.. Tulisan ini akan ku posting beberapa saat sebelum Kick-off pertandingan Qatar U23 vs Indonesia U23 pada Piala Asia 2024, yang akan menghasilkan drama-drama baru bagi sepak bola kita.
Aku akan menunggu kicauan-kicauan Bung Towel selanjutnya, semoga dia tetap konsisten dalam peran antagonis bagi sepak bola kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H