"TELOR..! Saya dengan tegas berada di gerbong pendekatan sains, Pak Erick, baik era dulu maupun di era industrialisasi sekarang ini."
Sampai disini, pikiran-pikiran liarku tidak mampu lagi merekonstruksi adanya pembicaraan lanjutan; semua sudah selesai hanya sampai disana. Tapi mungkin ada baiknya aku mengupas pandanganku tentang mengapa aku tegas berpihak pada "pembinaan" dalam pengembangan sepakbola Indonesia.
Sebelumnya mari kita pisahkan dulu mana yang menjadi wilayah pembinaan dan mana yang wilayah kompetisi karena masing-masingnya saling beririsan satu sama lain. Dalam pembinaan juga mengandung elemen kompetisi dan di dalam kompetisi juga memiliki unsur-unsur pembinaan.
Kompetisi adalah kompetisi sepakbola professional, kalau di Indonesia kita kenal sebagai Liga 1, 2, dan 3. Sementara Pembinaan adalah pembinaan sepakbola usia muda secara bertingkat berdasarkan kelompok umur.
Adapun indikator sukses persepakbolaan di satu negara utamanya diukur dari prestasi yang dicapai oleh tim nasional mereka, bukan dari seberapa besar uang mereka bisa akumulasikan dari industrialisasi sepakbola.
Satu hal yang menarik adalah aspek Pembinaan dan Kompetisi ternyata berada pada dua kutub yang berbada kalau dilihat dari perspektif industri.
Kompetisi professional telah menjadi industri hiburan yang glamour melibatkan jumlah uang berputar sangat besar sekaligus menjanjikan keuntungan luar biasa bagi para pelakunya. Sebut saja mulai dari penjualan merchant, penonton yang datang ke stadion, hak siar televisi, sponsor, para pengiklan, dan lain-lain. Kompetisi sepakbola, terutama di negara-negara besar di eropa, adalah manifestasi yang paling sempurna tentang bagaimana industrialisasi dunia olahraga bisa dilaksanakan dengan sangat baik.
Sementara Pembinaan justru sebaliknya, proses pembinaan para pesepakbola muda seperti sedang menempuh sebuah jalan yang sunyi, penuh liku dan duri. Perlu komitmen kuat dari para stakeholder mulai dari para orang tua pemain, PSSI, dan pihak klub, dimana mereka berada di pihak yang berinvestasi pada pada para talenta-talenta muda ini.
Sebagian besar negara-negara yang memiliki nama besar di sepakbola pasti memiliki keunggulan dalam sistem pembinaan sepakbola mereka, Ditambah lagi industri sepakbola modern pada prakteknya telah melahirkan beragam kombinasi yang memungkinkan terjadinya sinergi yang paling ideal antara pembinaan dan kompetisi, tergantung positioning yang akan diambil.
Aku mengambil contoh yang mudah kita pahami, yaitu Belanda. Sejak awal positioning pengelolaan sepakbola Belanda adalah concern yang tlebih besar pada aspek pembinaan.
Menariknya Belanda menunjukkan kepada kita bahwa keuntungan bisnis dari industri sepakbola tidak melulu didapat dari komersialisasi kompetisi professioal, tapi juga dari bursa transfer pemain yang merupakan produk dari pembinaan. Kompetisi professional Belanda sudah menjadi semacam etalase bagi penjualan talenta-talenta sepakbola mereka ke klub-klub luar negeri.