Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

De Javu Pembedaan Tarif KRL

7 Januari 2023   18:24 Diperbarui: 30 Januari 2023   01:33 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu yang menjadi menarik untuk dibahas memang terkait wacana membedakan tarif perjalanan KRL berdasarkan kemampuan ekonomi penumpang.

Sebelumnya, mari kita apresiasi hasrat PT. KAI untuk menelurkan inovasi-inovasi baru di segala lini, termasuk inovasi berupa wacana diskriminasi tarif seperti ini.

Di tulisan ini aku tidak tertarik membahas teknis operasional berupa kerumitan-kerumitan yang terjadi di lapangan seandainya wacana ini tetap dilaksanakan. Aku hanya akan menyoroti mindset yang mendasari mengapa wacana ini digulirkan ke publik.

Menurutku, ide untuk membedakan tarif perjalanan KRL berdasarkan kemampuan ekonomi penumpang adalah kontroversial dan layak untuk ditentang karena tidak sesuai dengan azas fairness. Penentuan tarif berdasarkan berapa banyak uang yang ada di dompet penumpang tidak sesuai lagi dengan paradigma bisnis modern.

Memang benar bahwa tarif bisa saja dibedakan karena beberapa alasan. Tapi, untuk kasus perjalanan KRL yang menyangkut khalayak umum, menurutku pembedaan tarif akan lebih relevan jika penetapannya dilaksanakan dengan berbasis pada "layanan".

Pada konsep ini, PT. KAI sebagai pengelola KRL musti menyediakan berbagai macam fitur layanan untuk para penumpang atau konsumen. Selanjutnya pembedaan tarif ditetapkan berdasarkan ketentuan fitur-fitur layanan mana saja yang bisa mereka akses.

Banyak sekali contoh perusahaan-perusahaan yang menyediakan beragam fitur layanan hingga memungkinkan mereka menyuguhkan produk termahal mereka yang biasanya berupa "paket premium" hingga memungkinkan konsumen bisa mengakses keseluruhan fitur layanan yang disediakan.

Jadi, inovasi yang dihadirkan seharusnya berangkat dari mindset bahwa seseorang bisa membayar lebih mahal jika dia bisa mengakses layanan tertentu yang tidak bisa diakses orang lain yang membayar lebih murah, tapi bukan dari sisi kualitas layanannya.

Sebagai contoh saja, PT. KAI bisa membangun lounge sederhana di setiap stasiun yang menyediakan air mineral siap konsumsi dan hanya bisa diakses secara gratis oleh penumpang KRL yang memiliki kartu premium , maka itulah fitur layanan yang kumaksudkan sebagai faktor pembeda.

Tanpa itu pembedaan tarif akan terlihat sebagai sebuah solusi seadanya untuk memperoleh peningkatan pendapatan guna menutupi beban biaya operasional.

Malah jika berkaca dari cerita tentang kawanku sebagaimana uraian diatas, bukankah pembedaan tarif berdasarkan kemampuan ekonomi penumpang justru akan menghadirkan ironi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun