Survei pemerintah China pada tahun 2013 saja menemukan bahwa 200 wilayah kota dan distrik baru dibangun dan yang masih tahap perencanaan sebanyak 144 kota.Â
Saat ini seperempat dari 100 kota terbesar di dunia dapat ditemukan di Cina, dan 29 dari 75 kota yang akan berkembang paling dinamis hingga tahun 2025 terletak di sini.
China membangun kota-kota baru untuk mengakselerasi ledakan urbanisasi guna mendukung program industrialisasi yang dicanangkan pemerintah. Skala transformasi perkotaan yang terjadi akibat ledakan urbanisasi tersebut bahkan belum pernah dialami sebelumnya dalam sejarah manusia.
Selama tahun 1980-an, penduduk perkotaan tumbuh sebesar 110 juta; ini meningkat menjadi 157 juta selama tahun 1990-an dan 210 juta selama dekade pertama abad ke-21. Secara nasional, Biro Statistik Nasional (NBS) tahun 2010 melaporkan populasi penduduk 1,34 miliar dimana 670 juta diantaranya tinggal diperkotaan, lebih dari tiga kali lipat pada tahun 1980.
Beberapa analis memperikrakan jumlah warga China yang tinggal diperkotaan dapat mencapai satu miliar pada tahun 2030 mendatang.
"Land-based financing"Â untuk Pengembangan Kawasan Perkotaan
Untuk menjelaskan bagaimana China mampu membangun ratusan kota-kota baru dalam beberapa dekade belakangan, Thierry Theurillat dalam sebuah jurnal berjudul "Financing Urban Growth in China" mengembangkan kerangka interpretatif dan teoritis untuk membantu memahami peran sistem keuangan dalam model pembangunan perkotaan yang berbasis lahan di China.
Tiga bidang literatur telah digunakan untuk menghubungkan berbagai mekanisme antara lahan, infrastruktur perkotaan, pengembangan properti, dan saluran pembiayaan dalam produksi perkotaan, sebagaimana ditunjukkan pada bagan berikut:
Pemerintah China menggunakan sistem desentralisasi sebagai ujung tombak pembangunan kawasan perkotaan hingga memungkinkan pemerintah daerah merencanakan pembangunan  dan memperoleh pendapatan yang terkait dengan komodifikasi hak penggunaan lahan yang menjadi dasar bagi apa yang disebut sebagai "model pertumbuhan berbasis lahan".
Model diatas memperlihatkan peran sistem keuangan dalam hubungan antara tanah, produksi infrastruktur perkotaan, dan properti untuk memahami bahwa akumulasi modal didasarkan pada kenaikan harga tanah dan properti secara berkelanjutan.