Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mundurnya Softbank dan Jurang Pemahaman antara Pemerintah dengan Masyarakat

15 Maret 2022   12:56 Diperbarui: 17 Maret 2022   14:20 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CEO SoftBank Masayoshi Son.| Sumber gambar: Nikkei Asia via Kompas.com

SoftBank Group mengonfirmasi bahwa mereka tidak berinvestasi dalam proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) "Nusantara" walaupun tidak menjelaskan alasan dibalik pengunduran dirinya.

Pada tulisan ini aku ingin menyampaikan bahwa berdasarkan logika-logika yang kupahami, mundurnya Softbank hampir tidak ada pengaruhnya terhadap rencana pemerintah membangun IKN Nusantara.

Apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar tentang pengunduran diri Softbank berada diluar bahasan tulisan ini. Aku hanya akan menjabarkan point-point yang menurutku penting terkait dengan logika-logika investasi dan bisnis, mengapa pengunduran ini tidak ada pengaruhnya terhadap pembangunan Kota Nusantara sebagaimana uraian berikut:

Pertama: Tidak ada kerugian bisnis yang ditanggung pemerintah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Pemerintah bekerja berdasarkan identifikasinya terhadap kebutuhan pemindahan ibu kota yang didukung oleh kajian-kajian akademis yang dibutuhkan, bukan hasil gentlement aggreement di warung kopi antara Jokowi dengan Masayoshi Son pemilik Softbank. Pemerintah memiliki banyak skenario untuk mewujudkan rencana pembangunannya.

Sementara Softbank adalah perusahaan swasta yang bekerja berdasarkan pendekatan bisnis yang mereka kembangkan sendiri dan memiliki SOP mereka sendiri.

Gambaran umumnya, model bisnis Softbank yang banyak diterapkan di Indonesia adalah berinvestasi di perusahaan startup. Jika mereka masuk membiayai IKN pada tahap awal maka posisi mereka hampir mirip dengan pemerintah yang juga melakukan pembiayaan lewat APBN sebagai early investor.

Value yang diperoleh Softbank akan berbeda jika mereka berinvestasi sekarang dibandingkan jika mereka baru berinvestasi 5 tahun lagi, misalnya, saat populasi kota sudah mencapai lebih dari 1 juta orang. 

Malah mundurnya Softbank bisa jadi mendatangkan benefit lebih besar buat pemerintah sebagai early investor terbesar karena selain mendapat keuntungan investasi jika target-target yang ditetapkan dari pembangunan Kota Nusantara bisa dicapai, kondisi ini juga memungkinkan pemerintah memiliki kontrol sebesar-besarnya terhadap pembangunan.

Atau, jika mereka sama sekali mundur di pembangunan IKN Nusantara malah ada sisi baiknya juga. Hal ini akan membuka peluang investor-investor lain yang memiliki spesialisasi untuk masuk. 

Sebagai contoh saja, layanan pengelolaan persampahan dan pengelolaan air bersih akan dibangun dan dibiayai oleh perusahaan berbeda berdasarkan pertimbangan spesialisasi tadi.

Dari sisi pemerintah ada atau tidak adanya Softbank pada tahap awal rencana pembangunan IKN juga tidak terlalu berpengaruh karena dana APBN sudah dialokasikan.

Kedua: Tahapan pengembangan IKN masih sangat awal seperti yang disampaikan juru bicara IKN. Tahap ini lebih tepat disebut sebagai tahap penjajakan di mana dua pihak saling melemparkan ketertarikan masing-masing, belum pada tahap penandatanganan MoU apalagi perjanjian kerjasama.

Dokumen-dokumen teknis dan nonteknis pendukung untuk terealisasinya kerja sama dengan pihak swasta masih dalam proses kajian dan masih ada waktu untuk mempersiapkannya dengan matang.

Bisa jadi inilah alasan mengapa kita banyak menemui informasi yang simpang siur seputar rencana investasi Softbank. Satu yang paling mencolok adalah komitmen investasi 100 milyar dollar atau sekitar 1.400 triliun rupiah sebagaimana yang disampakain pertama kali oleh LBP.

Lha kita butuhnya cuma 466 triliun kok ditawarinya sampai 1400 triliun, sisanya yang hampir 1000 triliun mau dipakai buat apa?

Jadi kemunduran Softbank sebenarnya sesuatu yang biasa yang seharusnya disikapi dengan biasa-biasa juga.

Apa yang menarik perhatianku justru perhatian publik yang besar terhadap berita pengunduran diri Softbank ini.

Artikel kompas.com (12/03) berjudul "SoftBank Mundur dari Investasi Proyek Ibu Kota Negara Nusantara" langsung viral dan menempati posisi teratas berita Terpopuler kompas.com di hari itu.

Sayangnya ketika membaca kolom komentar artikel tersebut isinya masih banyak saling nyinyir saling sinis dan kata-kata cebong, kampret, kadrun bermunculan lagi. Aku geleng-geleng kepala saja lalu berhenti membaca komentar cuma sampai halaman ke-2. Sepertinya kita tidak perlu heran saat Jokowi sudah 7 tahun lebih jadi presiden tapi netizen kita belum akan lepas dari urusan ini.

Menurut pendapatku, yang jadi masalah sebenarnya bukan pada pengunduran diri Softbank, tapi pada jurang yang masih lebar antara apa yang dipikirkan oleh pemerintah tentang pembangunan Kota Nusantara dengan apa yang ditangkap oleh publik.

Inilah yang menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibereskan oleh Kepala dan Wakil Kepala Otorita yang baru saja dilantik.

Informasi yang diterima dari pemerintah yang kita konsumsi dari media selama ini masih berupa potongan-potongan pernyataan dari pimpinan K/L terkait yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang belum terjawab.

Rasanya belum ada kajian resmi K/L tentang IKN Nusantara yang disebarluaskan untuk konsumsi publik atau press release lebih detail untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat seputar Kota Nusantara.

Kajian-kajian tentang IKN Nusantara yang beredar dan tersedia untuk diunduh justru berasal dari kampus, lembagai penelitian, dan organisasi diluar pemerintah. Kesimpulan kajiannya beragam, ada yang pro, ada yang kontra, ada yang optimis, ada juga yang skeptis.

Kepala Riset dan Hubungan Internasional Real Estate Indonesia (REI) DKI Jakarta, Chandra Rambey bersama koleganya, juga mengeluarkan hasil studi terkait IKN Nusantara yang berjudul "Ibukota Baru Indonesia dan Dampaknya Terhadap Industri Real Estate di Jakarta" yang kesimpulannya skeptis terhadap pembangunan ibu kota baru.

Sebagai orang yang berdiri diposisi berseberangan dengan hasil riset tersebut, rasanya ada banyak hal yang bisa dijadikan perdebatan. Tapi harus kuakui bahwa studi-studi yang dilakukan justru memperkaya khasanah pengetahuan apapun kesimpulannya dan polemik yang ditimbulkan akan memberi kontribusi positif bagi pembangunan Kota Nusantara itu sendiri.

Terlepas dari itu, munculnya kota-kota baru adalah sebuah keniscayaan bagi negara yang ingin terus berkembang, baik yang berproses secara alami maupun yang direncanakan untuk dibangun dari awal.

Pembangunan kota-kota baru adalah cermin dari gerak maju satu negara dan menggambarkan masa depan cerah yang ingin diraih dari sana. Kita harusnya bangga dengan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun