Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku dan Kay dalam Warna-warni Pelangi

1 November 2020   02:01 Diperbarui: 1 November 2020   14:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://tigerspike.com

Bulan ini menjadi penanda 12 tahun yang terlewati sejak pertama kalinya kompasiana mulai mengudara. Aku tidak ikut merayakan ulang tahunnya yang ke-12 ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, karena aku tidak bisa menemukan cara bagaimana mengekspresikan hubungan seperti ini.

Sebelumnya, aku akan menyebut Kompasiana dengan inisial singkat saja, "K", atau biar terdengar lebih millenial aku panggil saja "Kay".

Terus terang, aku kerapkali berpikir tentang cara menempatkan diri pada sebuah hubungan yang unik dengan Kay. Sesuatu yang sulit karena aku dan Kay tidaklah nyata, dan Kay selalu berubah-ubah sesuai dengan ekspresi sel-sel (Kay menyebut mereka sebagai Kompasianer) yang mengisi sekujur tubuhnya, termasuk aku.

Ini tidak bisa dipungkiri, karena realitas keberadaan kita di sini adalah maya, seberapa pun besar usaha Kay untuk membuatnya menjadi tampak nyata.

Di sini, kita selalu bisa menjadi pribadi berbeda dengan siapa kita sebenarnya di dunia nyata. Termasuk juga mempersonalisasikan diri secara ekstrim dengan menggali sisi psikopath dari dalam diri kita. Masih ingat kasus Pakde Kartono dengan gaya Brad Pitt-nya, bukan?

Sebagai kompasianer, aku memang hanya menulis sedikit artikel, membalas komentar yang tidak banyak, memberi vote pada orang-orang yang menandai tulisanku, dan hanya sesekali memberi vote atau comment pada artikel yang sukses memunculkan keinginanku untuk melakukannya.

Jika semua kompasianer diibaratkan sebagai para pendekar silat dalam dunia persilatan, aku hanya sejenis pendekar yang biasa berkelebat dari satu artikel ke artikel yang lain tanpa banyak dikenal, dan begitu mudah terlupakan. Mungkin sejenis karakter "siluman" kalau dalam dunia persilatan.

Tidak masalah bila ada yang bilang aku adalah pribadi yang introvert, karena aku dengan sadar memilih berada diposisi ini, dan aku yakin aku tidak sendiri.

Namun, dalam rentang waktu 6 tahun sejak pertama kali aku bergabung, bisa dikatakan aku rutin mengunjungi Kay hingga aku bisa memahami seperti apa sosoknya; bahkan aku juga bisa mendeskripsikan bagaimana wujud Kay seandainya dia nyata.

Apa yang membuatku heran sekaligus terkagum-kagum adalah banyaknya Kompasianer yang mengisi sekujur tubuh Kay. Ini juga yang menjadi pembeda antara Kay dengan saudara-saudaranya yang lain.

Bayangkan saja, semua saudara Kay lahir dan besar dengan merekrut sel-sel yang ada ditubuhnya. Mereka terus dilatih dengan baik menjadi para professional sejati, sebagai seorang jurnalist, dan bekerja atas dasar penugasan.

Sementara Kay? Tanpa melakukan recruitment apapun namun di tubuhnya bisa dihuni oleh segerombolan orang yang datang entah dari mana dalam jumlah sangat besar, dan militan. Bayangkan, ada yang bilang jumlahnya mencapai seratus ribuan orang. Ya.., Seratus ribuan!

Pernahkah engkau shock dengan angka-angka ini, Kay? Aku bahkan jadi ragu apakah Kay memang dilahirkan dari rahim yang sama dengan saudara-saudaranya yang lain atau tidak.

Memang ada juga beberapa peristiwa yang menyebabkan banyak kompasianer pergi. Namun, ini bukanlah satu hal yang mengkhawatirkan karena mekanisme reproduksi sel di tubuh Kay sudah berjalan dengan sangat baik hingga selalu ada yang datang disaat yang lain pergi.

Terkadang aku berandai-andai bagaimana jika ada orang yang mampu menyuntikan semacam virus untuk memacu mutasi genetis dalam tubuh Kay hingga ia berubah menjadi sosok fasis maniak, lebih parah daripada Hitler, lalu berhasil mempengaruhi puluhan ribu kompasianer untuk menghujani pikiran orang-orang dengan ide dan gagasan fasis tersebut?

Dahsyat. Begitulah menurutku dampak yang akan dirasakan.

Kompasianer tidak lagi masuk kategori orang-orang biasa, tapi type orang yang memiliki "senjata" yang efektif untuk menyebarluaskan pikiran-pikiran mereka. Apalagi jika mereka berkumpul di satu tubuh menyuarakan ide dan gagasan yang sama.

Aku dengan yakin mengatakan hal ini; bahwa tubuh Kay sudah mengandung semua unsur yang dibutuhkan untuk merakit "bom" berdaya ledak tinggi.

Sebagai contoh saja, aku ingin mengingatkan kembali beberapa peristiwa ledakan "bom" yang pernah terjadi di Kompasiana, yang walaupun masih terjadi secara sporadis, namun cukup menggetarkan orang-orang yang mendengarnya.

Peristiwa pertama, artikel Sri Mulyono berjudul  "Anas: Kejarlah Daku Kau Terungkap", yang berbuah somasi oleh Presiden SBY. Kedua, artkel "Rumah Kaca Abraham Samad" yang berbuah status tersangka bagi Ketua KPK Abraham Samad. Atau contoh yang lebih tragis lagi, sebuah tulisan (satu-satunya) dari akun Penulis UGM berjudul "Anggito Abimanyu Menjiplak Artikel Orang" yang sukses membuat Anggito mundur dari UGM.

Aku tidak sedang memuji Kay disini, tapi justru ingin mengungkapkan sebuah kekhawatiran; kekhawatiran yang pada saat-saat tertentu akan berubah menjadi ketakutan.

Jika ada yang ingin mengatakan bahwa aku lebay, atau ingin menambahkan label baru selain introvert, seperti paranoid, idiot, atau apapun, tidak masalah.

Tapi izinkan aku menjelaskan kekhawatiranku ini secara perlahan-lahan.

Ada hal lain yang membuat Kay sangat menarik yaitu warna warni di sekujur tubuhnya. Warna-warni yang kumaksud adalah warna-warni pelangi, tanpa ada satu warna yang lebih dominan dari warna yang lainnya.

Namun, ada banyak moment dimana tubuh Kay akan bertransformasi hingga hanya ada 2 warna yang menjadi sangat dominan. Kay sudah mirip seperti bunglon.

Moment yang kumaksud (rasanya tidak perlu menggunakan inisial disini) adalah pilpres, pilgub, atau bencana alam seperti banjir kemarin.

Ada semacam mekanisme di tubuh Kay hingga memungkinkan suatu moment atau peristiwa akan merangsang munculnya hormon-hormon tertentu yang membuat 2 pigmen warna akan lebih dominan menyingkirkan pigmen warna yang lainnya.

Masalahnya, tidak butuh kecerdasan setingkat Albert Einstein untuk memahami bahwa dengan semua potensi daya ledak yang dimiliki Kay, maka akan ada orang-orang atau pihak-pihak yang berusaha memanfaatkan "mekanisme natural" di tubuh Kay tersebut untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.

Aku akan coba perjelas lagi. Pernahkah terpikirkan oleh kalian bahwa ada seseorang yang mencoba memicu ledakan-ledakan kecil yang walaupun sporadis tapi efek ledakannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu?

Atau, mungkin saja ini sudah terjadi, ada pihak-pihak yang terus memasukkan sel-sel baru ditubuh Kay hingga dalam jangka panjang jumlah pigmen warna tertentu akan jauh lebih banyak dibandingkan yang lain? Tujuannya bisa jadi terkait dengan politik, ideologi, atau tujuan-tujuan lainnya.

Bahkan, yang lebih ekstrim lagi, bisa jadi suatu saat ada "orang gila" yang melihat celah di tubuh Kay lalu menggelontorkan banyak uang tidak hanya untuk menyusupkan sel-sel baru secara sistematis, tapi juga menebarkan paham-paham tertentu secara terus-menerus untuk mendiskreditkan kelompok tertentu, golongan tertentu, untuk menstimulus kebencian pada mereka, sembari mempersiapkan sebuah "bom" yang dirakit dari tubuh Kay, lalu diledakkan pada peristiwa yang telah direkayasa, hanya dengan satu tujuan untuk melampiaskan kebenciannya pada kelompok atau golongan tersebut tanpa perduli dampaknya bisa memecah belah bangsa ini.

Ya.., yang terakhir ini lebay dan norak memang, aku setuju.

Tapi rasanya tidak masalah untuk memelihara sedikit kekhawatiran yang bersemayam di dalam diri, tentang apa saja, untuk memunculkan sisi kemanusiaan di dalam diri kita, agar kita menjadi semakin waspada.

Bukan bermaksud untuk menularkan kekhawatiran yang sama kepada Kay; apalagi untuk menasehati Kay tentang apa yang sebaiknya dilakukan. Sama sekali tidak. Sama halnya kita tidak akan mau menasehati Superman tentang bagaimana cara berpakaian yang benar.

Ah, sudahlah.., baiknya aku kembali pada bahasan tentang sebuah hubungan yang unik antara aku dan Kay: Apakah kami berteman? Atau bersahabat? 

Rasanya kok terlalu egois memakai penamaan yang sama pada status hubungan di dunia nyata ke dalam dunia maya. Mungkin "sebuah hubungan yang rumit" lebih tepat untuk menggambarkan interaksi diantara kami.

Lalu, biarkan saja aku dan Kay menjalin sebuah keakraban yang sunyi atas dasar hubungan yang rumit ini hingga jauh ke masa depan.

Happy Birthday, Kay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun