Sementara Kay? Tanpa melakukan recruitment apapun namun di tubuhnya bisa dihuni oleh segerombolan orang yang datang entah dari mana dalam jumlah sangat besar, dan militan. Bayangkan, ada yang bilang jumlahnya mencapai seratus ribuan orang. Ya.., Seratus ribuan!
Pernahkah engkau shock dengan angka-angka ini, Kay? Aku bahkan jadi ragu apakah Kay memang dilahirkan dari rahim yang sama dengan saudara-saudaranya yang lain atau tidak.
Memang ada juga beberapa peristiwa yang menyebabkan banyak kompasianer pergi. Namun, ini bukanlah satu hal yang mengkhawatirkan karena mekanisme reproduksi sel di tubuh Kay sudah berjalan dengan sangat baik hingga selalu ada yang datang disaat yang lain pergi.
Terkadang aku berandai-andai bagaimana jika ada orang yang mampu menyuntikan semacam virus untuk memacu mutasi genetis dalam tubuh Kay hingga ia berubah menjadi sosok fasis maniak, lebih parah daripada Hitler, lalu berhasil mempengaruhi puluhan ribu kompasianer untuk menghujani pikiran orang-orang dengan ide dan gagasan fasis tersebut?
Dahsyat. Begitulah menurutku dampak yang akan dirasakan.
Kompasianer tidak lagi masuk kategori orang-orang biasa, tapi type orang yang memiliki "senjata" yang efektif untuk menyebarluaskan pikiran-pikiran mereka. Apalagi jika mereka berkumpul di satu tubuh menyuarakan ide dan gagasan yang sama.
Aku dengan yakin mengatakan hal ini; bahwa tubuh Kay sudah mengandung semua unsur yang dibutuhkan untuk merakit "bom" berdaya ledak tinggi.
Sebagai contoh saja, aku ingin mengingatkan kembali beberapa peristiwa ledakan "bom" yang pernah terjadi di Kompasiana, yang walaupun masih terjadi secara sporadis, namun cukup menggetarkan orang-orang yang mendengarnya.
Peristiwa pertama, artikel Sri Mulyono berjudul  "Anas: Kejarlah Daku Kau Terungkap", yang berbuah somasi oleh Presiden SBY. Kedua, artkel "Rumah Kaca Abraham Samad" yang berbuah status tersangka bagi Ketua KPK Abraham Samad. Atau contoh yang lebih tragis lagi, sebuah tulisan (satu-satunya) dari akun Penulis UGM berjudul "Anggito Abimanyu Menjiplak Artikel Orang" yang sukses membuat Anggito mundur dari UGM.
Aku tidak sedang memuji Kay disini, tapi justru ingin mengungkapkan sebuah kekhawatiran; kekhawatiran yang pada saat-saat tertentu akan berubah menjadi ketakutan.
Jika ada yang ingin mengatakan bahwa aku lebay, atau ingin menambahkan label baru selain introvert, seperti paranoid, idiot, atau apapun, tidak masalah.