Jumlah bangunan sebanyak ini, estimasi saya, akan membutuhkan lahan pembangunan paling kecil 300 hektar (3 juta m2). Jika seluruh kebutuhan lahan ini harus "dibeli", anggap saja dengan harga rata-rata Rp 10 juta per m2, maka dana yang dibutuhkan untuk pembebasan lahan mencapai Rp 30 trilyun
Kedua, terkait dengan pembiayaan. Jika asumsi rata-rata luas lantai untuk 1 unit hunian adalah 30 m2, lalu dijual dengan harga subsidi senilai Rp 9 juta per m2, maka harga jual rata-rata untuk 1 unit hunian adalah Rp 270 juta.Â
Jika diasumsikan (untuk memudahkan perhitungan) bahwa keseluruhan konsumen akan memanfaatkan program DP 0 rupiah dengan harga jual flat, maka kebutuhan dana untuk pembiayaan adalah sebesar Rp 81 trilyun, lebih besar dari APBD DKI Jakarta tahun 2017 yang sebesar Rp 70.1 trilyun
Saya tidak hendak menyuguhkan gambaran bahwa angka-angka tersebut di atas adalah mustahil untuk dicapai, sama sekali tidak, terutama terkait dengan ketersediaan lahan di Jakarta sebagaimana yang dikhawatirkan banyak pihak.
Sederhananya begini, untuk penyediaan lahan dari tidak ada menjadi ada saja dimungkinkan, jauh lebih luas sebanyak 2.700 hektar di area reklamasi teluk Jakarta, apalagi yang "hanya" menyediakan 300-500 hektar saja, tentunya ini masih berada di dalam jangkuan.
Satu hal yang lebih penting yang menjadi perhatian saya adalah tentang target-target yang hendak di capai oleh pemerintahan Anies-Sandi dan bagaiamana cara mereka mencapainya.Â
Saya tentu berharap Anies-Sandi mematok target yang tinggi, yaitu benar-benar semaksimal yang mungkin dicapai untuk menutupi kekurangan supply hunian terjangkau di Jakarta dalam 5 tahun periode jabatan mereka.
Cara-cara untuk mewujudkan hal tersebut bisa jadi dengan menyusun action plan secara menyeluruh melibatkan semua suku dinas terkait, lengkap dengan inovasi-inovasi baru yang berbeda dengan apa yang biasa dilakukan orang sebelumnya.
Atau, bisa juga menggunakan gaya Bill de Blasio di New York, dimana ia tetap manggunakan blueprint pengembangan hunian terjangkau dari walikota-walikota sebelumnya, hanya melakukan improvement sana-sini hingga memungkinkannya memberikan sesuatu yang serba "lebih", yaitu lebih banyak lahan yang dialokasikan, lebih banyak unit-unit hunian yang dibangun, melibatkan pembiayaan yang lebih besar, serta lebih-lebih lainnya, sehingga beberapa pihak di New York lalu menyebut de Blasio sebagai sosok pemimpin yang "progressive".
Menarik untuk ditunggu, dan kepada cagub/cawagub Jakarta terpilih, Anies-Sandi, selamat menjalani hari-hari yang penuh perenungan hingga tanggal 16 Oktober nanti.