Mohon tunggu...
Hendri Kurniawan
Hendri Kurniawan Mohon Tunggu... Operator - Karyawan Swasta/operator sekolah swasta

Hobi menulis, melukis, menggambar, desain komunikasi visual. editing video.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kesunyian Abadi

28 Juni 2024   04:57 Diperbarui: 28 Juni 2024   05:24 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dibuat dengan AI

Tiba-tiba kakiku terasa tersandung sesuatu. Aku jadi hilang keseimbangan dan jatuh terjerembab dan untung saja tanganku dapat menahan jatiuhku sehingga jatuhku tidak terlalu parah. Kutengok ke belakang untuk mengetahui apa yang menyebabkan aku jatuh dan aku melihat sebuah tali tambang yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Aku berpikir siapa yang menaruh tali di tengah jalan seperti itu, kan berbahaya bagi orang yang melintas. Kupegang tali itu dan mencoba menelusuri sampai dimana ujung tali tersebut. Kutelusuri hingga masuk gang yang agak gelap menyerupai gang tempat perempuan menyeramkan yang tadi kutemui. Kutarik tali itu dan sepertinya menyangkut sesuatu. Aku jadi penasaran untuk mengetahui apa gerangan di ujung tali tersebut. Ku telusuri lagi untuk lebih mendekat menuju gang yang gelap dan agak menyeramkan tersebut. Akhirnya aku merasa dekat dengan ujung tali tambang tersebut dan terlihat ujung tali tersebut seperti menyangkut pada tiang atau semacamnya yang aku tidak dapat melihat dengan jelas. Aku hanya melihat sesuatu yang tinggi lebih tinggi dariku dan tali itu menyangkut pada sesuatu yang gelap dan tinggi itu. Ku terus mendekat dan samar-samar aku dapat melihatnya. Oh.. betapa terkejutnya aku dan kaki-kakiku terasa lemas dan badanku merinding ketakutan. Ternyata sesuatu yang gelap tadi adalah berbentuk manusia dengan ujung tali tadi terikat di lehernya. Samar-samar aku melihat wajahnya seperti melotot ke arahku, dengan muka yang pucat pasi seperti tidak memiliki darah dalam tubuhnya. Aku begitu ketakutan dan tubuhku terasa kaku dan tak kuasa untuk bergerak. Orang itu mulai bergerak mendekati aku dengan wajahnya yang melotot seperti mau keluar bola matanya dan mulutnya yang menganga dan wajahnya yang pucat pasi dan bajunya yang terlihat kumal. Aku dapat memperkirakan umurnya jauh lebih tua karena terlihat banyak keriput di wajahnya, mungkin sekitar delapan puluh tahunan. Terlihat mulutnya mulai bergerak dan mulai berkata setengah berbisik dengan suaranya yang serak dia berkata.

"Kamu tak seharusnya ada di sini nak!", katanya dengan suara serak dan menyeramkan.

Aku sangat ketakutan saat dia terus mendekat dan berusaha menggapai tubuhku. Aku dengan segenap sisa tenagaku berusaha mundur dan menjauh darinya. Ku lepaskan tali dari peganganku dan berusaha membalikkan badanku untuk terus berlari menjauh dari orang tua menyeramkan itu.

Akhirnya aku berlari lagi sekencang-kencangnya dan tidak sabar lagi dapat kembali ke rumahku untuk bertemu kedua orang tuaku. Sambil berlari aku terus berpikir ada apa dengan kota tempat tinggalku ini? kenapa begitu sunyi? kenapa hanya orang-orang yang menyeramkan yang kutemui? Kemana orang-orang perginya? Beribu pertanyaan muncul di benakku. Aku merasa benar-benar kesepian dan kesepian itu tidak biasa. Kesepian yang mendalam yang menakutkan. Aku merasa ini bukan kotaku, walaupun jalan dan bangunan sama tetapi yang membuatku janggal adalah hanya ada kesunyian yang mencekam disini.

Tiba-tiba aku merasa ada yang ikut berlari di belakangku. Aku semakin merinding ketakutan, suara langkah kaki yang berlari seperti mengikuti aku terus menerus. Suara nafas orang berlari terdengar jelas di telingaku. Memang jalan yang kulalui terlihat gelap sehingga aku tidak dapat melihat jelas siapa yang mengikuti aku berlari dibelakang. Semakin ketakutan aku mempercepat lariku dan keringat dingin terus keluar dari kulitku. Ada apa lagi ini? Pikirku dalam hati. Kenapa kejadian-kejadian menyeramkan terus menghantuiku. Sampai di jalanan agak yang remang-remang disinari lampu kota, aku berusaha menengok siapa yang berlari mengikutiku. Setelah aku menengok kebelakang sambil terus berlari, aku melihat sosok yang berpakaian serba hitam berlari beberapa meter di belakangku sambil terus melihat aku dan sepertinya mau mengucapkan sesuatu. Aku segera dapat mengenali sosok itu. Dia yang mengawasi aku saat aku berjalan sekitar sepuluh kilo meter dari rumah sakit tadi. Oh.. apa yang dia inginkan? Pikirku dengan ketakutan. Apa dia mau menangkap aku? Apa yang ingin dia katakan padaku? Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantui pikiranku.

"Tunggu..!", teriak dia dari belakangku.

Aku tak menghiraukan teriakannya dan terus berlari untuk menjauh darinya. Aku merasa sangat ketakutan, dan tidak ada seorangpun yang dapat aku mintai pertolongan. Jalanan sangat sepi dan gelap, suasana mencekam tidak ada kendaraan yang terlihat.

Aku terus berlari tanpa menoleh ke belakang dan tanpa terasa aku sampai di perumahan tempat tinggalku. Masih saja terasa sepi mencekam tidak ada seorangpun yang dapat ketemui. Kemana orang-orang? Kemana tetanggaku semua? Aku terus berpikir dalam hati dan aku merasa langkah kaki di belakangku sudah menghilang. Sedikit lega parasaanku karena sudah tidak ada lagi yang mengejarku.

Akhirnya sampailah aku di depan rumahku. Aku mulai mendekati pintu masuk dan memutar knop pintu untuk membuka pintu rumahku. "Krek!!" ternyata tidak dikunci dan aku pelan-pelan masuk ke ruang tamu dan mencari tahu dimana gerangan orang tuaku.

Kutelusuri ruangan demi ruangan di rumahku, tak kutemui kedua orang tuaku dimanapun. Aku mulai cemas dan beribu pertanyaan kembali muncul dibenakku. Kemana kedua orang tuaku? Kenapa begitu sepi rumahku? Kemana juga tetangga-tetanggaku pergi? Aku mulai lemas karena kelelahan berlari terus tadi dan tiba-tiba dari arah depan terdengar suara pintu yang dibuka. Aku berpikir itu pasti kedua orang tuaku yang datang. Bergegas aku berjalan ke arah depan untuk menemui kedua orang tuaku. Aku sudah tidak sabar untuk menemui mereka. Sampai di ruang tamu aku terkejut sekali. Bukan kedua orang tuaku yang kutemui tetapi sosok berbaju serba hitam yang tadi mengejarku. Matanya menatap tajam ke arahku dengan pandangan yang dingin membuat ciut nyaliku. Kakiku seketika itu juga lemas dan lunglai seperti tak ada tenaga lagi untuk berlari dan menjauh. Setelah beberapa detik aku terpaku ketakutan, akhirnya kuberanikan diri untuk berbicara.

"Si..si..apa kamu? Ma..mau.. apa ka..ka.. kamu? Tanyaku dengan suara bergetar karena ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun