Mohon tunggu...
hendra yudhy nasution
hendra yudhy nasution Mohon Tunggu... advokat -

Mahasiswa Pascasarjana Fak.Hukum-Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kidung Jalanan

27 November 2018   22:21 Diperbarui: 27 November 2018   22:38 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia, Asa, dan Esa

 

Jangan rengkuh aku dengan tatapanmu

Karena pasti aku akan luluh lantak untukmencintaimu

Mayapada ini bukan hanya tentang tatapanindahmu dan hatiku yang rapuh

Tapi juga tentang mata-mata berbinar lemah

Namun kuat akan asa dari sang Esa

Hiduplah kita di dalam mata-mata itu selamanya

Agar tatapan memiliki makna manusiawi

Sederhana tapi penuh arti

 

@berandabekasrumahku, 25-02-2018

 

Pertiwi Merintih

 

Kupasungkan jiwa pada semesta

Agar mengerti apa itu nirwana

Nestapa telah merasuki seluruh relungku

Hingga tulangpun lemah tak berdaya

Ah sudahlah....

Pertiwi ini lebih berarti daripada seonggok jiwa yang tak punya arti

Desahkan saja sakitmu,

Biar teriakan perih bangsa ini jelas terdengar oleh sang Dewi

Merdeka, hanyalah dusta terbalut dengan indah

Siksalah jiwa-jiwa yang meronta, demi tarian kaku, palsu, dan tak tahu malu

 

@sudutpertiwi, 25-02-2018

 

Sepi

 

Terpeluk sepi disudut ini

Gak mau ramai

Gak mau gaduh

Gak mau ada hati yang terluka karena sepiku

Harus bagaimana?

Angin membelai terasa indah padahal hampa

Gelap mendekat padahal kelam

Ingin menjauh dari semuanya, menghampiri sepi itu sendiri

Biar sepi bisa sepuasnya menghibur diri padahal tak berarti

 

@hutankerinduan, 28-11-2016

 

 

Akan Binasa

 

Badan ini sudah lama binasa

Beserta hatipun demikian

Fajar yang menyingsing dari timur danrembulan malam yang memberikan asa padaku untuk bertahan

Dan tetap berjalan tertatih

Gelap langit sudah diatas kepala, kehilangan arah untuk melangkah

Fajar dan rembulan iringi langkah ini sampai aku berhenti

Hingga kalian bersinar indah

Tanpa aku, yang akan hilang dalam gelap

 

@pelukanbuahhati 24-11-2016

Dua Cahayaku

 

Teriakku hanya terdengar hening

Heningmu menggelegar di relung hati terdalam

Meraba dalam gelap, oh gulita ini begitu pekat 

Dua titik cahaya yang menuntun kala langkah mulai gontai

Kupacu terus jantung agar darah tetap mengaliri tubuh

Dalam menelusuri gelapnya

Dua cahaya agar mampu bersinar terang

@membelaiduacahaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun