Ada baiknya kita melihat secara rasional. Misalkan, ada yang sakit langsung ke puskesmas agar bisa diperiksa kesehatannya.
 Jangan kemudian memvonis bahwa itu disebabkan oleh Suanggi karena mereka yang menggunakan ilmu Suanggi tidak dapat kita buktikan hanya menduga-duga dengan melihat ciri-ciri dan perilaku seseorang.Â
Kemudian hal itu menjadi bahan gosip dan cerita masyarakat yang nantinya berkembang. Akhirnya, kita menuduh orang tertentu sebagai Suanggi.
Adapula ketika antara dua individu ada konflik tertentu. Di kemudian hari, ada yang sakit. Lalu yang sakit tersebut menuduh orang yang menjadi musuhnya sebagai Suanggi. Hal semacam ini banyak sekali terjadi di Maluku.
Akibatnya, kehidupan sosial mereka tidak lagi baik. Masyarakat mulai percaya dengan menjadikannya bahan gosip untuk diceritakan ke sana kemari.
Hal tersebut menjadi stigma buruk kepada orang yang dituduh tersebut. Kemudian, dia perlahan-lahan dijauhi.Â
Keberadaan akan Suanggi masih terus menjadi teka-teki di tengah kehidupan masyarakat Indonesia Timur, khususnya di Maluku. Akan tetapi, percaya atau tidak mereka benar-benar ada dan berbaur dengan kehidupan kita.Â
Jadi, selalu waspada dan berhati-hatilah.
Kuncinya hanya satu. Jika ingin melawan mereka kita harus punya keimanan yang kuat karena sesungguhnya kuasa kegelapan akan tunduk oleh kuasa Sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H