Kota Ambon merupakan tempat di mana aku menempuh pendidikanku di Perguruan Tinggi. Jarak dari kota berjuluk manis ini dengan tempat di mana aku berasal bisa ditempuh dengan kapal cepat maupun feri, kurang lebih 2-3 jam. Memang, sejak 4 tahun lalu aku berkuliah, jarang sekali aku pulang ke rumah untuk melepas rindu dengan masakan mama.Â
Biasanya pulang kampung paling banyak hanya dua kali dalam setahun, biasanya pada libur semester atau Natal. Akan tetapi, pada tahun 2022 kemarin, setahun lebih aku tidak pulang kampung lantaran aku harus super sibuk mengurus kegiatan organisasi. Kebetulan aku diberikan tanggung jawab menjadi ketua dewan perwakilan mahasiswa di fakultas. Sekitar bulan Maret 2023, baru aku kembali ke Pulau Seram, tempat di mana aku tinggal dan berasal.
Itupun aku pulang lantaran sakit berat akibat kelelahan mengurus berbagai kegiatan kemahasiswaan yang nonstop. Mama di kampung khawatir tak ada yang bisa mengurusku di kosan. Selain itu, sejak kecil kalau biasanya sakit, aku tak bisa jauh-jauh dari mama, karena mama adalah orang yang paling memahami diriku.
Setelah satu minggu aku di kampung, kondisiku mulai membaik dan aku memutuskan kembali ke Ambon untuk melanjutkan aktivitas perkuliahan ku. Tepat di bulan April waktu di mana aku harus mengikuti salah satu mata kuliah kerja nyata alias KKN, sebelum aku turun ke lokasi KKN, mama telah menyiapkan semua yang aku butuhkan. Aku sering menghubungi mama lewat telepon dan sering kali bercerita apa saja yang aku lakukan di tempat KKN.Â
"Ingat kondisimu, jaga makanmu, hati-hati di sana," itulah kata yang sering kali mama ucapkan.
 16 Juni 2023, aku berhasil menyelesaikan satu tahap dalam proses pendidikanku, yakni seminar proposalpenelitian. Oh iya, beberapa hari sebelum aku seminar, mama telah mengirimkan semua perlengkapan yang aku butuhkan, mulai dari kemeja putih, celana hitam, sepatu, dan lain-lain.
Memang sejak kecil aku selalu menjadi anak yang selalu diperhatikan mama, aku dan mama begitu dekat. Beberapa minggu kemudian, tepatnya 28 Juni 2023, aku kemudian kembali ke Seram untuk melakukan kegiatan penelitian. Kebetulan penelitianku dilakukan di kampung di mana aku berasal. Ketika aku tiba di rumah, mama sedang mencuci pakaian di sungai. Kebetulan di belakang rumah ada sungai.Â
Tak seperti biasanya, kali ini mama melompat kegirangan melihat aku pulang. Mama kemudian memegang pipiku sambil memeluk erat dan menciumku. Seperti biasanya, mama selalu menyiapkan apa yang aku butuhkan. Selama hampir dua minggu melakukan penelitian, aku setiap malam tidur dan bercerita dengan mama. Ada banyak hal yang mama sampaikan, termasuk merencanakan wisudaku nanti.Â
"Mama sudah menyiapkan tas buat pergi ke wisudamu nanti," ujar mama berulang kali tiap hari.
 Melihat semangat mama untuk menemaniku nanti di acara wisuda membuat aku semakin semangat untuk menyelesaikan skripsiku. Aku kemudian berjanji kepada mama kalau akan kubuat usaha untuk menyelesaikan studiku bulan Agustus.Â
"Tak usah dipaksakan, tak usah terburu-buru, pelan-pelan saja," itu kata mama.
Selesai penelitian, cepat-cepat aku kembali ke Ambon untuk berkonsultasi mengenai hasil penelitian agar dapat segera menyelesaikan skripsiku. Sebelum ke Ambon, mama, aku, dan bapa berdoa bersama di ruang tamu. Setelah itu, mama memelukku erat-erat dan menciumku.
 Sampai di Ambon, aku mulai sibuk tiap hari menyelesaikan skripsiku, sampai jarang mengangkat telepon dari mama. Dua minggu setelah aku kembali ke Ambon, tepatnya 26 Juli 2023, telepon berdering, suara bapa menangis. Tiba-tiba mama jatuh sakit dan dibawa lari ke RSU. Padahal, saat di kampung kelihatannya mama sehat-sehat saja.
Sorenya, di hari yang sama, dunia terasa berhenti berputar. Masih sempatnya aku melihat tubuh mama yang terbaring lemas. Aku berusaha memanggil-manggil mama, terlihat lewat layar handphone air mata mama menetes mendengar suaraku. Kemudian video call pun berhenti, beberapa menit kemudian bapa mengabarkan mama telah pergi untuk selamanya.
 Besok harinya aku kembali ke Seram, sesampainya di rumah, mama sudah tidak lagi berlari dan memeluk aku. Tubuhnya terbaring kaku. Hanya bisa mendengar suara ratapan dan tangisan.
Waktu pemakaman pun berlalu, hampir dua bulan aku frustasi, hilang semua semangat hidupku, namun aku pelan-pelan ingat janjiku untuk mama agar bisa menyelesaikan studiku tepat waktu. Aku kemudian memutuskan kembali ke Ambon untuk menyelesaikan skripsiku yang sempat terbengkalai selama dua bulan. Walaupun berjuang tanpa semangat dari mama, namun pelan-pelan aku bisa menyelesaikan tahap demi tahap.
Akhirnya aku bisa menyelesaikan ujian sarjanaku pada 10 November 2023. Malam hari, aku bermimpi didatangi mama.
 "Jangan menyerah, jangan menangis, harus tetap semangat," begitu kata mama dalam mimpi.
 Pagi harinya, dengan tubuh yang lemas dan mata yang bengkak karena menangis, aku memperkuat diri ke kampus untuk melaksanakan ujian sarjana. Ma, kini anakmu telah menyelesaikan semuanya. Tinggal satu tahap lagi untuk wisuda. Meskipun mama sudah tidak ada lagi menemaniku di acara wisudaku nanti, tapi aku percaya doa mama selalu bersamaku selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H