Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menyoroti Permasalahan Kebakaran di Kawasan Depo Pertamina Plumpang dari Sudut Pandang Tata Kota

5 Maret 2023   07:22 Diperbarui: 6 Maret 2023   02:45 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkap Layar Google Earth

Zona penting dan strategis memang harus ada jarak antara lokasi dengan lingkungan sekitarnya. Namun perlu diingat, saat dibangun waktu itu kawasan tersebut belum berkembang seperti saat ini. Seiring dengan perkembangan wilayah Tanjung Priok, maka pertumbuhan dan perkembangan penduduk mulai meningkat. Oleh karena berkembangnya pelabuhan dan industri yang ada, makanya kepadatan penduduk makin hari makin meningkat drastis.

Fenomena ini yang kita sebut dengan dinamika pertumbuhan kawasan permukiman. Dalam bukunya yang berjudul "Dinamika Wilayah Peri Urban" yang ditulis oleh Prof Sabari Hadi Yunus menyebutkan bahwa berbagai gejala spasial pada kawasan permukiman dapat dilihat, di antaranya adalah kenaikan luas lahan permukiman, pemadatan bangunan rumah mukim, segregasi rumah mukim dan pertumbuhan permukiman liar.

Hal ini merupakan akibat dari meluasnya kawasan perkotaan. Kondisi ini merupakan konsekuensi logis karena setiap kawasan, baik kota atau desa, pasti mengalami pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas yang membutuhkan ruang tambahan sebagai wadah.

Bertambahnya pertumbuhan permukiman yang semakin padat dan cepat, akibatnya tidak terkontrol lagi. Kebutuhan akan lahan membuat masyarakat terpaksa membangun rumah mendekati kawasan yang seharusnya tidak boleh dibangun permukiman.

Ini akibat dari pemerintah setempat yang tidak tegas terkait pemberian izin IMB, sehingga kawasan sekitarnya kurang pengendalian tata ruang. Itulah mengapa persoalan tumbuh kembang permukiman di sekitar zona inti dan strategis itu mengakibatkan kepadatanya semakin bertambah.

Akibat dari kepadatan ini, sangat berbahaya karena tidak ada antisipasi dari ledakan merambat ke permukiman padat penduduk yang mana kerapatan bangunannya cukup tinggi, makanya saat kebakaran merambat lebih cepat.

Bagaimana sebetulnya kedudukan permukiman dengan fasilitas vital?

 Nah, parahnya lagi antara Depo dengan permukiman hanya dibatasi dengan tembok.Sebenarnya, harus ada jarak antara Depo dengan permukiman. Jika kita lihat jarak antara tangki yang meledak tidak sampai 20 meter dari permukiman warga. Padahal seharusnya, antara tembok pembatas dengan tangki di dalam wilayah pertamina harus ada jalur inspeksi.

Selain itu, perlu diingat kalu besaran tangki akan mengikuti tingkat potensi ledakannya. Jadi, semakin besar tangki maka ledakannya semakin besar. Sehingga, jarak antara permukiman dengan objek vital pertamina tersebut harus semakin jauh.

Sumber: Tangkap Layar Google Earth
Sumber: Tangkap Layar Google Earth

Berdasarkan hasil cek menggunakan Google Maps, lokasi tempat tinggal warga yang terbakar hanya berjarak 1,5 km dari Depo Pertamina Plumpang. Kondisi lingkungan sekitar permukiman dekat Depo Pertamina Plumpang membuat api mudah menyebar ke rumah-rumah penduduk. Bangunan semi permanen yang ada di Jalan Tanah Merah Bawah juga menyebabkan api lebih mudah merembet.

Pentingnya Mitigasi dan Tata Ruang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun