Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Larang Siswa Bawa Lato-lato di Sekolah! Sudah Saatnya Konten Viral Jadi Bahan Ajar

16 Januari 2023   21:16 Diperbarui: 16 Januari 2023   21:20 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permainan lato-lato saat ini begitu viral lantaran banyak sekali dimainkan oleh anak-anak, hingga orang dewasa pun turut memainkan permainan yang satu ini. Baru-baru ini berita di media mengabarkan lato-lato dilarang di sekolah karena menimbulkan kebisingan jika bermain bersama-sama.

Coba bayangkan saja, sementara jam pelajaran di sekolah, tiba-tiba siswa yang kelasnya tidak ada guru memainkan lato-lato tentu akan mengganggu proses belajar mengajar bagi tetangga kelasnya yang sedang menerima pelajaran. Akibatnya, konsentrasi buyar.

Makanya tidak heran jika ada sekolah yang melarang lato-lato dibawa ke sekolah lantaran akan mengganggu konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran. Bagi siswa yang membawa lato-lato dan ketahuan bakal disita oleh guru.

Sebenarnya, hal semacam ini bukan sesuatu yang baru. Pengalaman ketika kita masih duduk di bangku sekolah, pasti guru pernah menyita permainan kita ketika dibawa ke sekolah.  Apalagi ketahuan bermain saat jam pelajaran, guru pasti akan berjalan dari kelas ke kelas mengontrol anak-anak yang ketahuan bermain.

Fenomena seperti ini bukan hanya terjadi untuk permainan lato-lato tapi hampir semua permainan, misalkan bermain kelereng. Jika ketahuan membawa kelereng ke sekolah, guru tetap akan menyita kelereng tersebut.

Terkait dengan penyitaan dan larangan membawa permainan oleh pihak sekolah sebenarnya perlu dibenarkan karena tepat dilakukan. Akan tetapi, guru juga harus bijak menyikapi hal tersebut. Biasanya, sering kali masa-masa bermain itu ada sewaktu zaman SD di mana di setiap musim permainan yang lagi tren anak-anak akan membawanya ke sekolah untuk bermain dengan teman-teman.

Kalau SMP dan SMA sudah agak kurang lantaran anak sudah menuju remaja dan merasa malu jika bermain permainan jadul.

Menyikapi fenomena ini, pihak sekolah perlu memperhatikan beberapa hal terkait dengan kebebasan anak dalam mengeksplorasi diri dengan permainan yang ada. Biarkan saja mereka bermain sesuka hati mereka, namun guru perlu mengontrol, misalkan menyiapkan kotak bermain untuk anak.

 Jadi, ketika jam pelajaran semua permainan itu disimpan ke dalam kotak tersebut. Bagi siswa yang melanggar aturan dan bermain di luar jam istirahat, maka permainannya diambil dan tidak dikembalikan lagi. Jika waktu istirahat tiba biarkan siswa bermain sesuka hati mereka.

Selain itu, gunakan alat permainan tersebut menjadi media pembelajaran untuk digunakan oleh guru dalam memberikan pelajaran. Guru dituntut kreatif dalam menyediakan media pembelajaran yang menarik untuk siswa. 

Dengan viralnya lato-lato maka guru bisa menggunakan lato-lato untuk bahan pembelajaran, misalkan untuk menjelaskan terkait materi sains, matematika atau menggunakan lato-lato dalam proses pembelajaran seni budaya. Maka dengan begitu, siswa akan semakin cekatan menerima pembelajaran lantaran tidak menegangkan.

Bukan hanya sebatas memanfaatkan permainan sebagai media pembelajaran, guru juga perlu melihat dan mengikuti perkembangan media sosial agar dijadikan sebagai topik pembahasan dalam proses belajar mengajar. Kemudian dikaitkan dengan materi yang hendak diajarkan.

Misalnya terkait viralnya Fajar sad boy, tentu para siswa akan tahu terkait dengan Fajar sad boy. Ketika masuk ke dalam kelas, guru akan membuka pembelajaran dengan menceritakan Fajar sad boy dengan begitu siswa bakal tertarik dan bakal mengikuti pembelajaran hingga selesai. 

Viralnya Fajar sad boy dapat digunakan sebagai topik pembelajaran, misalkan oleh guru Bahasa Indonesia yang ingin membahas materi terkait dengan puisi dan pantun.

Konsep merdeka belajar memang perlu diimplementasi lewat penyesuaian dengan keadaan siswa saat ini. Guru tidak bisa lagi menerapkan konsep pembelajaran seperti zaman guru tersebut masih menjadi siswa karena sudah tentu zaman sudah jauh berbeda.

Maka dari itu, jangan lagi larang siswa membawa lato-lato di sekolah! Sudah saatnya konten viral dijadikan bahan pembelajaran yang menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun