Dengan viralnya lato-lato maka guru bisa menggunakan lato-lato untuk bahan pembelajaran, misalkan untuk menjelaskan terkait materi sains, matematika atau menggunakan lato-lato dalam proses pembelajaran seni budaya. Maka dengan begitu, siswa akan semakin cekatan menerima pembelajaran lantaran tidak menegangkan.
Bukan hanya sebatas memanfaatkan permainan sebagai media pembelajaran, guru juga perlu melihat dan mengikuti perkembangan media sosial agar dijadikan sebagai topik pembahasan dalam proses belajar mengajar. Kemudian dikaitkan dengan materi yang hendak diajarkan.
Misalnya terkait viralnya Fajar sad boy, tentu para siswa akan tahu terkait dengan Fajar sad boy. Ketika masuk ke dalam kelas, guru akan membuka pembelajaran dengan menceritakan Fajar sad boy dengan begitu siswa bakal tertarik dan bakal mengikuti pembelajaran hingga selesai.Â
Viralnya Fajar sad boy dapat digunakan sebagai topik pembelajaran, misalkan oleh guru Bahasa Indonesia yang ingin membahas materi terkait dengan puisi dan pantun.
Konsep merdeka belajar memang perlu diimplementasi lewat penyesuaian dengan keadaan siswa saat ini. Guru tidak bisa lagi menerapkan konsep pembelajaran seperti zaman guru tersebut masih menjadi siswa karena sudah tentu zaman sudah jauh berbeda.
Maka dari itu, jangan lagi larang siswa membawa lato-lato di sekolah! Sudah saatnya konten viral dijadikan bahan pembelajaran yang menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H