Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalah Terus Kapan Menangnya?, Nasib Sial Timnas Indonesia Mirip Belanda

8 Januari 2023   14:09 Diperbarui: 10 Januari 2023   23:17 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @pssi

Piala AFF adalah turnamen sepak bola yang diselengarakan dua tahun sekali dari negara-negara federasi sepak bola ASEAN. Pertama kali AFF digelar pada 1996, diikuti oleh enam negara pendiri AFF ditambah dengan empat tim undangan yang berasal dari wilayah Asia Tenggara.

Edisi pertama berlangsung di Singapura dengan Thailand keluar sebagai juara pertamanya usai menumbangkan Malaysia dengan skor 1-0 pada pertandingan final.

Hingga saat ini, Timnas Indonesia belum pernah menjuarai Piala AFF. Tercatat Indonesia merupakan peserta AFF yang paling banyak mengoleksi status sebagai runner-up dalam ajang Piala AFF. Terakhir, Indonesia harus menelan kekalahan pada babak final oleh Thailand ketika bermain di Stadion Nasional Singapura, Rabu (29/12/2021) malam. Tim asuhan Shin Tae-yong harus mengakui keunggulan lawan. Thailand mengalahkan Indonesia pada final AFF 2021 waktu itu dengan sekor akhir 0-4.

Sampai saat ini, total sudah 6 kali Indonesia mengoleksi runner-up di Piala AFF. Keenam final yang ditorehkan Indonesia yakni pada tahun: 2000, 2002, 2004, 2010, 2016 dan 2021.

Satu fakta yang mengejutkan bagi Indonesia, yakni sampai saat ini Squad Garuda belum pernah menemukan bagaimana caranya menumbangkan Thailand di babak final, lantaran 4 dari 6 kali kegagalan di final akibat kalah dari Squad Negeri Gaja Putih tersebut.

Nasib Timnas Indonesia hampir mirip dengan Timnas Belanda di piala dunia yang sering kali menjadi langganan di final. Namun sayang, sampai saat ini belum mampu mengangkat trofi piala dunia.

Tercatat Belanda telah beberapa kali melaju sampai ke babak final, namun sayangnya harus kandas. Terakhir pada 2010, Belanda harus menelan kekalahan pada laga final piala dunia yang diselengarakan di Afrika Selatan. Final saat itu menjadi laga pertama bagi Spanyol, sementara bagi Belanda laga ini menjadi kesempatan ketiga merebut trofi piala dunia. Akan tetapi, impan mereka harus kandas.

Sedangkan dua pertandingan final lainnya tercatat pada tahun 1974, Belanda berhadapan dengan Jerman di final. Lalu pada tahun 1978, Belanda berhadapan dengan Argentina. Namun semua laga tersebut, lagi-lagi tidak berpihak kepada Timnas Belanda.

Nasib Timnas Indonesia memang sama seperti penjajahnya, selalu saja kandas di final. Prestasi sepak bola Indonesia tercatat kurang memuaskan. Dilihat dari ranking FIFA yang dilansir dari situs resmi www.fifa.com, Indonesia terpuruk berada di peringkat ke 151. Sedangkan Malaysia berada di posisi 146, Filipina 134, Thailand 111 dan Vietnam yang berada jauh di peringkat 96.

Padahal jika dilihat, Indonesia seharusnya mampu melahirkan banyak pesepak bola handal yang mampu mengharumkan nama negara tercinta. Dibandingkan dengan negara lainnya di ASEAN. 

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang berada di posisi ke-4 dunia sebanyak 269 Juta. Mirisnya, untuk mendapatkan 11 penduduk terbaik dari 269 juta tersebut untuk dimasukkan ke squad timnas saja Indonesia tak pernah mampu.

Prestasi sepak bola kita memang buruk, padahal penduduk kita begitu gila akan sepak bola. Penyebab sepak bola kita tidak pernah naik kelas lantaran ada beberapa factor, antara lain:

Pertama, kurang adanya pembinaan dari usia dini. Jika kita bandingkan dengan negara-negara lain di Eropa, mereka sudah mulai melakukan pembinaan sepak bola bagi anak usia dini, misalkan saja Spanyol. 

Anak laki-laki di sana biasanya diajarkan bermain bola sejak berumur 5 tahun, sedangkan di Indonesia malah berbalik. Anak-anak di Indoneisa justru belajar bermain bola saat menginjak usia 10 tahun atau lebih dan bergabung di klub pada usia sekitar 15 tahun.

Selain itu, Indonesia juga kurang melakukan pembinaan dan membuat sekolah pembinaan sepak bola di daerah-daerah. Apalagi beberapa sekolah sepak bola yang bagus hanya berlokasi dan berpusat di Jakarta atau di daerah Jawa lainnya, sedangkan potensi sepak bola Indonesia masih begitu banyak di luar sana. Akan tetapi, mereka terkendala biaya dan jarak untuk mengasah bakat mereka.

Daripada kita terus-terusan melakukan naturalisasi, mendingan kita kembangkan bakat sepak bola di negara kita sendiri. Buat sekolah pembinaan sepak bola di daerah-daerah seperti di Kalimantan, Sumatera dan daerah di Indonesia Timur yang banyak menghasilkan pemain berkualitas.

Kedua, kita masih minim pelatih lokal yang berkualitas. Kemudian, federasi sepak bola kita kebanyakan hanya dipimpin oleh para politisi bukan para legenda sepak bola kita.

Makanya, sepak bola kebanyakan hanya dijadikan untuk agenda politik ke depan. Mereka tidak memiliki visi dan misi yang jelas untuk sepak bola Indonesia ke depan, namun malah sibuk memikirkan bagaimana mempertahankan jabatan yang ada.

Semoga ke depan sepak bola kita bisa lebih berkembang lagi.Yang di inginkan para penggemar sepak bola Indonesia tak banyak, cukup Indonesia juara Piala AFF saja mungkin sudah menjadi suatu prestasi terbaik untuk sepak bola kita. Apalagi sampai nantinya masuk piala dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun